S3 - MLP| A Painful Reluctance

7.7K 1K 517
                                    

Jangan lupa tinggalkan Vote dan komentar. Setidaknya berikan apresiasi terhadap tulisan yang sudah author buat 😊



Sungguh... Merangkai kata agar bisa dinikmati sangatlah tidak mudah :')



Selamat membaca. Terimakasih ☺️




||||||||||||||||||||||









|||||||||||||||








|||||||





By : avrG




°
°
°




⚠ Author akan kembali update jika merasa Vote yang ditinggalkan sesuai dengan usaha yang sudah author lakukan. ⚠










**





"Jika aku memilih karir, apa itu artinya aku tidak mencintai keluargaku?"



Lalisa menarik pelan dahinya hingga terbentuk kerutan tipis, bertanya ragu-ragu pada Jennie yang kini jelas menunjukkan keterkejutan.



Lalisa bisa membayangkan betapa tak terduganya kalimat yang ia ajukan, karena memang selama ini ketulusan cintanya pada sang istri dan buah hati tak perlu dipertanyakan.



Seketika Jennie terdiam, dipandanginya sorot sang suami dalam-dalam. Lalisa tidak sedang bercanda, guratan wajah dihadapannya ini seolah meminta pertolongan.



Akan tetapi, Jennie merasa begitu marah. Ia tak mengira Lalisa akan menanyakan hal semacam itu, sebuah pertanyaan yang seharusnya dapat dijawab dengan mudah.



Atau bahkan seharusnya tidak perlu menjadi sebuah pertanyaan. Bukankah sang suami begitu mencintai dirinya dan anak-anak mereka? Jennie, ia tidak ingin meragukan cinta Lalisa.



Sepulang menemui sajjangnim Lalisa memang terlihat mencurigakan, sang suami tampak terus berpikir meski melakukan pekerjaan dengan professional. Kelucuan Lalisa yang menjadikan suasana pembuatan musik video lebih hidup tadi tidak banyak tampak, si Manoban itu hanya sesekali menggoda Jennie.



Jennie tidak ingin menduga-duga, akan tetapi ia tidak bisa menunggu lebih lama pejelasan Lalisa jika ini menyangkut ketiga buah hati mereka. Sontak suasana hening, kekhawatirannya mendadak ingin meledak.



"Katakan apa yang sebenarnya sajjangnim sampaikan padamu Li." suaranya bergetar lirih, ada ketakutan disana. Terkaannya terbayang ngeri didalam kepala, dan itu membuat dadanya sesak.



Tatapannya jauh memandang Jennie, tak berkedip dengan jemari menepuk pelan paha Cia yang menggeliat dipangkuan karena sedikit terusik.



"Sajjangnim memintaku untuk memilih, antara karir atau keluarga."









~~~



Flashback On.



Pagi ini Lalisa lebih sibuk dari hari-hari biasanya. Jika pada keseharian pagi perannya hanya menemani Yoo Jin, Ace juga Cia bermain setelah ketiganya mandi dan makan, kali ini tugasnya bertambah.



My Lovely Partner -SEASON 3-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang