S3 - MLP| Take My Hand

7.3K 1K 340
                                    

Target vote sekarang 850. Sebelum itu tercapai author tidak akan update 😁Jadi, jangan lupa untuk tinggalkan vote dan komentar 😉



Setidaknya berikan apresiasi terhadap tulisan yang author buat 😢



Sungguh.. merangkai kata agar dapat dinikmati sangatlah tidak mudah :')



Selamat membaca. Terima Kasih 😊






||||||||||||||||||||||||||||||||||||




|||||||||||||||||||||||||




|||||||||||||||




By: avrG




^^

^^

^^




~🌼~



Kebisingan bergelut ditengah ketegangan. Suara gaduh dari mondar-mandir langkah kaki bergantian memenuhi ruangan, setiap orang sedang diburu oleh waktu.



Tidak ada satu pun yang bisa bersantai ditengah keadaan terdesak, si manager memaksa dan tak henti memburu para staylist juga makeup artist untuk lekas menyelesaikan pekerjaannya.



Lalisa duduk terpaku menatap pantulan dirinya sendiri didepan meja rias didalam ruang wardrobe. Maeng sibuk mendandaninya agar setidaknya terlihat rapi saat konferensi pers.



Tak jauh dibelakangnya, Jennie berdiri menunggu dengan dua sudut bibir terangkat tipis tersenyum getir. Wanitanya berusaha tersenyum meski saat ini waktu sedang tidak berpihak pada mereka.



Tidak membutuhkan waktu lama, Maeng juga Lee selesai merapikan rambut dan mengganti pakaian Lalisa. Manager oppa yang sudah diberi perintah langsung oleh sajjangnim tidak bisa melakukan banyak hal selain menuruti titah si bos besar. Ia iba, tapi sekarang ia tidak memiliki kekuatan lebih untuk membantu Lalisa.



Terlebih lagi, beberapa bodyguard mengawasi gerak-gerik semua orang yang ada didalam ruangan. Tubuh tinggi dengan dada bidang dan otot-otot besar melekuk membuat jas hitam yang dikenakan tampak sesak, mereka diutus oleh sajjangnim untuk mengamati si manager agar berkerja sesuai perintah.



Manager oppa menghampiri Lalisa yang baru beranjak dari kursi, berbisik jika para awak media sudah menunggu dan mengingatkan apa-apa saja yang harus Lalisa katakan.



Sementara Lalisa hanya diam, berusaha keras menulikan telinga mengabaikan kalimat manager oppa yang persis dengan ucapan sajjangnim sebelumnya.



Lalisa ingin menjerit keras, detak jantungnya berdebar tak karuan dengan desiran darah meletup-letup tiap kali otaknya berpikir kuat akan kalimat-kalimat sajjangnim dan rencananya sendiri. Detik terus bergerak, kekalutan didalam kepalanya menjadikaan beban dibahunya terasa ribuan kali lebih berat.



Dan selalu, Lalisa merasa ketakutan dan kekhawatirannya sirna saat Jennie berdiri disebelahnya dan menggenggam tangannya. Sang istri memberikan kekuatan, terlihat bagaimana binar mata Jennie menatap tulus hazel berkaca Lalisa. Seakan, Jennie sedang mencoba merebut ketakutannya lalu membuangnya sejauh mungkin.



My Lovely Partner -SEASON 3-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang