"Kau selalu berpikir kalau boomerang dan cakram itu sama, padahal sebetulnya ... tidak, mereka benar-benar berbeda."
***
Burj Khalifa, UEA 2050
Akhir tahun, suhu di gurun pasir seperti inipun menurun drastis kala malam datang. Begitu menggigit sampai rasanya bernapas saja sulit.
Ah ya ... sebetulnya memang tidaklah seburuk itu, dibanding negara-negara Eropa dan kawasan bersalju lain. Musim dingin Dubai tidaklah seberapa. Terlebih jika kau memakai mantel dan syal hangat.
Suasana hati Li Xie lah yang mungkin menjadi penyebab utama rasa dingin itu. Kenyataan Rakilla memutuskan untuk setuju menjadi subjek eksperimen adiknya mau tidak mau membuat tubuhnya menggigil.
Melihat peralatan serba canggih di dalam gedung tertinggi di dunia itu saja sudah cukup membuat bulu kuduknya meremang.
Dan Rakilla harus jadi subjek dari salah satunya?
"Sudah ... berhenti memasang wajah seperti itu, aku bahkan belum masuk ke dalam sana."
Rakilla menyenggol bahunya, berusaha terlihat santai. Sejak tiba di Dubai dia memang terlihat biasa saja, tidak takut apalagi tegang. Seolah ... apa yang terjadi hari ini sudah diketahuinya sejak lama.
"Kalau nanti kau tidak bisa kembali, apa yang harus kulakukan Ra? Aku tidak bisa tanpa dirimu." Pria bersurai legam itu mengeluh pelan. Mengeluarkan kegelisahan hati yang sejak lama dipendam saja.
Rakilla tersenyum tipis, meraih jemari pria itu dan menggenggamnya dengan erat. "Satu-satunya yang harus kau lakuan hanya melanjutkan hidup." Ungkapnya. Santai berjalan menelurusuri lorong demi lorong. Mengikuti beberapa staf lab dan keamanan yang membimbingnya menuju lab utama.
"Bagaimana mungkin? Alasan hidupku selama ini adalah dirimu Rakilla. Kalau kau sampai tiada, bagaimana aku akan tetap bernapas?"
Li Xie menghentikan langkah, membalik tubuh mungil gadis itu kemudian memegang bahunya dengan kedua tangan. Rakilla kembali tersenyum, perlahan menurunkan kedua tangan di bahunya.
"Itu hanya akan berlaku kalau kau masih mengingatku." Ungkapnya.
Dahi Li Xie terlipat, "apa maksudmu?"
"Sudahlah ... tidak perlu memikirkan apa yang belum terjadi, mari nikmati sisa waktu kita sebelum semuanya berakhir."
Lepas mengatakan itu staf lab yang berjalan di depan mereka menghentikan langkah. Sebuah pintu lapis baja terlihat menjulang. Dengan mata telanjang saja Rakilla bisa melihat mekanisme keamanan yang ditanam di dalamnya begitu rumit. Jika tidak dengan pindai iris mata dan detak jantung maka kau tidak akan bisa masuk ke sana.
Staf Lab terlihat memasukan beberapa digit angkan kemudian memindai iris matanya. Selepas itu, pintu mulai berdesing terbuka, beberapa efek asap dari disinfektan yang keluar dari lubang udara memberi kesan dramatis sendiri.
Rakilla mengendikan bahu dengan cuek, mengikuti orang-orang berjas putih itu memasuki ruangan.
Dan disanalah dia berdiri, diantara deret layar hologram raksasa, tabung-tabung berkaca buram, serta segudang peralatan canggih lain. Menatap ke arahnya seraya tersenyum lebar.
***
"Apakah kau baru saja mengatakan bahwa CYTEX akan memulai misi penjelajahan waktunya hari ini?"
Kerut dahi mendalam, pria di balik meja terlihat gelisah dan tidak nyaman seolah berita yang didapat adalah berita yang tidak pernah ingin didengarnya. Atmosfer dalam ruangan berpemanas itu mendadak berubah, panas tak tertahankan sekalipun di musim dingin seperti sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/253220688-288-k299916.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION (#2 RANJAU)
Ciencia FicciónWARNING! 18+ Setelah berhasil menyalakan api peperangan besar di Pesanggrahan Bubat, Rakilla Huan Mei, Manusia yang dikirim ke masalalu akhirnya memutuskan untuk kembali ke masa depan dan menghapus semua ingatan orang-orang pada zaman itu di ujung h...