• 002/365 •

82 23 37
                                    

“Entah kenapa, gue suka tiap kali lo kesel gara-gara keusilan gue.”

_____________

Seorang gadis dengan seragam putih abu-abu serta rambut sepinggang yang dikucir kuda tengah duduk sendirian. Tatapannya mengarah ke papan tulis. Namun, pikirannya melayang entah ke mana. Di kelas yang ia tempati memang banyak siswi lain, tetapi tetap saja gadis yang bernama Lyra itu merasa sendiri.

Tiba-tiba sebuah ide melintas di benaknya. Sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas tanpa seorang pun yang menyadari. Kini tatapannya mengarah ke meja yang ada di depannya. Tangan kanannya meraih pensil yang tergeletak di samping sebuah kertas putih.

Baru saja ingin menulis sesuatu, tiba-tiba sebuah sapaan yang masuk ke indra pendengarannya menghancurkan segalanya. Semua yang terlintas di benak Lyra seketika hilang entah ke mana.

“Hai, manis.”

Suara itu, begitu mengganggu di telinga Lyra. Tangan kanannya menggenggam pensil begitu erat. Lyra memejamkan matanya sebentar untuk mereda emosinya. Entahlah, setiap kali makhluk yang ada di depannya itu hadir, sekujur tubuh Lyra merasa panas dan rasa ingin menghajar timbul pada dirinya. Jika tidak ditahan, maka Lyra akan kebablasan.

“Mau nulis atau gambar, nih?”

Tangan kiri Lyra tiba-tiba saja mengepal kuat. Perlahan, gadis itu melihat orang yang ada di depannya. Terlihat jelas seorang cowok dengan seragam putih abu-abu serta rambut yang berantakan berdiri di depannya. Tidak lupa tas yang masih tersampir di pundaknya. Tandanya cowok itu baru saja berangkat.

“Lo nyasar?” Kata pertama yang Lyra lontarkan untuk cowok itu. Bukannya takut, cowok itu malah tersenyum lebih lebar membuat Lyra menatapnya tajam

“Iya, nyasar ke hati lo. Tiap hari rasanya pengen ke jurusan ini terus. Eh, ternyata ada bidadari. Tau gitu, dulu gue masuk jurusan ini aja,” ujar orang itu. Tentu saja membuat Lyra semakin emosi. Memang, di Mars High School setiap jurusan memiliki gedungnya masing-masing.

“Nggak jelas lo.”

“Farel yang ganteng gini dibilang nggak jelas. Gimana sama Reno tuh yang mukanya kek gitu.” Cowok dengan nama Farel itu menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jemari tangannya.

Reno adalah murid dengan badan yang kecil serta tinggi yang pas-pasan. Ditambah dengan penampilan yang menurut orang lain terlihat cupu. Membuat orang lain mengejeknya, termasuk Farel.

“Lo anak otomotif, sedangkan ini gedung jurusan busana. Ngapain lo ke sini?” Gadis dengan nama lengkap Lyra Aurelia itu masih berbicara dengan nada rendah meskipun terdengar judes.

“Nggak ada larangan anak otomotif main ke gedung busana. Lagian, anak busana juga sering ke gedung otomotif dan kita fine-fine aja. Kenapa kalau gue ke sini lo sewot?”

Lyra semakin kesal melihat raut wajah yang ditunjukkan seorang Vega Alfarel Anando. Namun, dirinya sudah tidak bisa melawan. Di sini hanya dirinya yang terganggu dengan kehadiran Farel, dan yang dibilang Farel ada benarnya. Jika sudah seperti ini, Lyra sudah pasti kalah ucapan.

Lyra mengembuskan napasnya kasar. “Maksud gue, ini masih pagi. Seharusnya lo ke gedung lo dan nunggu guru dateng.”

“Cieee perhatian.”

Rasa ingin membunuh tiba-tiba muncul pada diri Lyra. Ia kesal dengan ucapan Farel. Masih pagi tapi sudah bikin emosi. Lyra semakin emosi ketika melihat Farel yang justru malah tertawa.

“Muka lo lucu, Ra. Merah kek tomat,” ujar Farel di sela tawanya.

“Pergi lo!” Lyra sudah tidak bisa menahan emosinya. Tatapan matanya sudah berbeda kali ini.

Siswi yang melihat itu hanya diam saja. Sudah terbiasa melihat Farel yang selalu mengganggu Lyra hingga membuat gadis itu marah. Bahkan Lyra pernah melempar buku ke cowok itu karena sudah terlanjur kesal. Tidak ada kata akur di antara keduanya.

Untung saja keduanya tidak satu jurusan. Jika satu jurusan, sudah dipastikan mereka akan selalu adu mulut hingga tidak ada yang mengalah. Farel sendiri tidak ada bosan-bosannya mengganggu Lyra.

Bel masuk berbunyi membuat Lyra sedikit lega. Akhirnya bisa juga mengusir cowok itu. “Telinga lo masih berfungsi 'kan?”

“Jam sekolah nggak bener tuh. Harusnya bel berbunyi satu jam lagi.” Meskipun mengomel, tak urung Farel berjalan menjauh dari tempatnya.

Sebelum benar-benar pergi, Farel menghentikan langkahnya di dekat pintu. “Ra, gue tunggu lo dateng ke gedung otomotif sendiri.”

Lyra memutar bola matanya malas. Ia sendiri tidak paham dengan ucapan Farel. Ngapain juga ke gedung itu sendiri. Lyra tidak pernah ke gedung cowok itu kecuali jika ada pelajaran yang mengharuskan ke gedung itu.

Lyra melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Masih ada tiga puluh menit sebelum guru memasuki kelas. Tiba-tiba sebuah ide kembali terlintas di benaknya. Ia ingin menulis sesuatu kali ini. Lembaran kertas putih yang tadinya ingin Lyra gunakan untuk menggambar, ia masukkan ke dalam tas kembali.

Lyra mengambil buku diary yang selalu ia bawa. Ia tidak takut isi buku tersebut diketahui orang karena memang buku diary itu ada kuncinya. Buku dengan sampul bergambar kuda poni serta berwarna kuning itu sangat berharga untuk Lyra. Ia mengambil kunci kecil untuk membuka.

Perlahan, Lyra menuliskan kata demi kata hingga membentuk sebuah kalimat. Kedua sudut bibirnya kembali terangkat. Kemarahan dan kekesalan yang hadir beberapa saat yang lalu telah hilang. Kini tergantikan dengan senyuman tipis tetapi begitu manis bagi yang melihatnya. Ketika menyadari jika dirinya tengah tersenyum, Lyra menutup mulutnya dengan tangan kiri.

Lyra tidak mau ada yang mengetahui jika ia tengah tersenyum. Entahlah, ia tidak suka jika ada orang lain melihat dirinya tersenyum ataupun menangis. Ia ingin terlihat biasa-biasa saja. Tanpa sadar, Lyra sudah menulis beberapa lembar. Tak lupa, Lyra menuliskan tanggal sebelum menutup dan menguncinya agar hanya dirinya dan Tuhan saja yang tahu.

Lyra memasukkan kembali buku itu ke dalam tasnya serta menyimpan kunci kecil itu agar orang lain tidak bisa mengambilnya. Lyra duduk sendirian di kelas ini. Tidak ada yang mau duduk bersamanya. Namun, semua itu tidak membuat Lyra patah semangat. Tak lama seorang wanita paruh baya memasuki kelas itu dan mulai menjelaskan materi kali ini.

Lyra mengeluarkan bukunya untuk pelajaran pertama di hari pertama pada tahun baru. Ia menuliskan tanggal di sudut buku halaman ke dua.

Senin, 02 Januari 2017

Lyra mulai mendengarkan penjelasan guru dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya tanpa orang lain sadari.

***

Hayo loh ada yang nggak asing sama cerita ini? Masih inget Flavors that change? yaps ini adalah cerita FTC dan sekarang menjadi The Secret.

FTC aku publish satu tahun yang lalu dan baru dapet sedikit part akhirnya aku un publish. Di tahun ini aku memutuskan buat publish ulang dengan judul baru tentu saja dengan alur yang berbeda dari sebelumnya.

Doakan semoga ditahun ini bisa menyelesaikan ya, makasiiii.

Typo adalah ketidak sengajaan yang terjadi.

Luvv all

Salam hangat

naa_
Senin, 03 Januari 2022

The Secret • (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang