• 005/365 •

44 16 14
                                    

- Tanpa sengaja -

"Mungkin Tuhan sudah menyiapkan skenario yang baik untuk kita "

_______

Lyra berjalan menyusuri koridor dengan setumpuk buku di tangannya. Sekolah sudah sepi karena memang bel pulang sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Namun Lyra ditugaskan guru bahasa Indonesia untuk mengumpulkan semua tugas milik teman sekelasnya sehingga ia masih berada di sekolah.

Terkadang memang ketua kelas yang disuruh untuk mengumpulkan. Namun karena tadi Lyra ketiduran, akhirnya gadis itu yang disuruh mengumpulkan. Ia berjalan hati-hati agar bukunya tidak berjatuhan. Hingga tanpa sengaja, kaki kanannya menginjak tali sepatu kirinya. Membuat buku yang di bawa berserakan.

Gadis itu berjongkok untuk mengambil buku milik teman-temannya. Tatapannya teralihkan ketika sepasang sepatu berada di depannya. Lyra mendongakkan kepala, ia mengembuskan napasnya kasar.

Cowok itu adalah Farel, orang yang selama ini selalu membuatnya kesal. Tiba-tiba Farel ikut berjongkok, berniat membantu Lyra mengumpulkan buku-buku itu.

"Gue bantu," ujarnya.

Mereka saling diam. Kali ini Lyra sedang tidak ingin berdebat dengan cowok itu. Entahlah, mood-nya untuk berdebat sudah hilang.

"Biar gue yang bawa," ujar Farel.

Lyra kembali meletakkan buku itu. Entah karena Lyra sudah lelah atau bagaimana, Lyra tidak kebanyakan protes kali ini. Gadis itu berjalan lebih dulu untuk memberikan petunjuk pada cowok itu.

Sedangkan Farel yang melihatnya sedikit bingung dengan sikap Lyra. Menurutnya ini aneh. Lyra yang dia kenal adalah gadis pemarah ketika bersamanya. Namun siang ini, Lyra menjadi sosok yang pendiam.

"Lagi ada masalah kali ya," gumam Farel.

Dua remaja itu saling diam. Bahkan setelah meletakkan buku itu di meja sang guru, keduanya masih saling diam. Hanya satu kata yang keluar dari mulut Lyra.

"Makasih."

Setelah mengatakan itu, Lyra mempercepat langkah kakinya. Farel masih memperhatikan Lyra hingga gadis itu tidak lagi terlihat.

"Tumben banget nggak ngomel."

Farel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Hari yang sangat aneh adalah hari di mana sikap Lyra berubah-ubah. Lalu cowok itu berjalan ke arah parkiran. Dia tadi ke gedung ini karena netra matanya tak sengaja melihat sepeda milik Lyra masih terparkir. Akan tetapi yang ia temui malah Lyra si pendiam.

Farel menaiki motornya. Cowok itu mulai melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata. Baru beberapa meter dari sekolah, matanya tanpa sengaja melihat Lyra yang tengah berhenti di sebuah warung. Tanpa pikir panjang, Farel menghampiri gadis itu.

Terlihat Lyra yang hanya memandangnya sekilas. Farel terus saja memperhatikan gerak-gerik Lyra secara terang-terangan. Hingga gadis itu kembali menaiki sepedanya. Ketika Lyra mulai mengayuh sepeda, Farel terus saja mengikuti gadis itu. Jujur saja, Farel ingin mengetahui di mana rumah Lyra. Namun sedari kelas sepuluh, Farel tidak menemukan informasi apa pun tentang Lyra.

Farel menghentikan lajunya ketika melihat Lyra berhenti di bawah pohon rindang. Lyra yang sedari tadi diam, kini melihat cowok itu.

"Ngapain lo? Bukannya rumah lo arahnya bukan sini?" tanya Lyra.

Farel memperhatikan Lyra yang kini tatapannya berbeda dengan Lyra yang ia temui tadi pagi, seperti sedang memikirkan sesuatu. Ingin sekali Farel menawarkan menjadi pendengar. Akan tetapi, sudah pasti Lyra tidak akan bercerita apa pun.

"Pengen tau rumah lo." Farel menjawabnya dengan jujur, tanpa ada yang dia tutupi.

Sedari dulu, Farel ingin sekali mengenal Lyra lebih jauh. Dari pertama melihatnya saja, Farel ingin menjadi salah satu orang yang bisa dijadikan sandaran oleh seorang Lyra Aurelia. Entah apa yang membuat Lyra begitu istimewa di mata Farel.

"Buat apa?"

Farel menatap seberang jalan. Ia bingung harus menjawab apa. Seketika otaknya tidak berfungsi. Farel yang blak-blakan kini menjadi Farel yang lola.

Farel kembali melihat Lyra. Namun, gadis itu sudah terlanjur pergi. Bisa saja Farel mengikuti Lyra, tetapi matanya menangkap kertas yang tertempel pada motornya.

"Jangan ikutin gue. Lo nggak perlu tau rumah gue. Nggak guna."

Entah kapan Lyra menulisnya, tetapi Farel yakin kalau tulisan itu adalah tulisan Lyra. Karena memang cuma mereka berdua yang berhenti di bawah pohon rindang ini. Tidak mungkin jika makhluk lain.

"Perasaan gue tadi mikirnya cuma bentar. Tuh cewek nulisnya kapan ya?" gumamnya.

Farel mengacak rambutnya frustrasi. Lebih baik ia pulang. Memikirkan gadis yang sangat tertutup itu cukup menguras tenaganya. Aneh, hanya mencari informasi tentang Lyra saja rasanya susah sekali.

***

Cowok dengan rambut acak-acakan itu membantingkan dirinya pada kasur yang tersedia. Matanya menatap langit-langit kamar. Tangan kirinya dia jadikan bantal, sedangkan tangan kanannya memijit pelipis yang terasa pusing.

Setelah pulang sekolah, Farel langsung mandi karena badannya sudah terasa lengket sekali. Namun setelah selesai mandi, justru kepalanya terasa pusing ketika kembali mengingat gadis yang selama ini dia kagumi. Farel mengagumi Lyra bukan tanpa alasan, tetapi memang ada suatu hal yang membuat rasa kagum itu sampai sekarang masih ada.

Bahkan banyak sekali yang mengatai dirinya bego karena teman-temannya tahu, sedari dulu Lyra selalu mengabaikannya. Padahal Farel termasuk siswa yang memiliki paras tampan. Akan tetapi Farel tidak pernah memedulikan akan hal itu. Dalam pikirannya, yang penting dia merasa senang.

"Kapan gue bisa jadi temen lo. Gue pengen lo jadiin gue sebagai sandaran saat lo ada masalah. Lo emang cewek kuat. Tapi gue tau kalo lo sebenarnya ada banyak masalah."

"Hari ini kayaknya masalah lo agak banyak, ya? sampai lo mau ngomel ke gue aja susah."

"Lo terlalu misterius, Ra. Bahkan lo nggak ngizinin orang lain masuk di kehidupan lo gitu aja. Lo juga gila udah buat gue cinta sama lo selama ini."

Farel berbicara sendiri. Masih dengan mata yang terus saja menatap langit kamarnya. Ketika teringat sesuatu, Farel segera meraih benda pipih yang ada di atas meja nakas. Tangannya mengetik sesuatu agar bisa membuka layar ponselnya.

Senyum tipis terbit begitu saja. Selama tiga tahun mengagumi sesosok Lyra Aurelia, Farel belum pernah melihat Lyra tersenyum. Namun kini ponselnya menampilkan sesosok gadis yang tengah bermain air dengan senyum yang merekah terlihat jelas.

Farel mendapatkan foto itu dari hasil stalking nya. Di dalam foto itu, Lyra sangat berbeda dengan Lyra yang sekarang.

"Gue bakalan balikin tawa lo lagi supaya jadi seperti ini, Ra."

***

Hayyy, duhh kok makin absurd ya.
Maaf ya.

Btw, itu Farel stalking lama kenapa baru dapet foto si Lyra ya? Apa emang cowok tuh nggak pro masalah stalking? Xixi, beda banget sama cewek ya.

Semoga kalian masih stay.

Salam hangat

queen of haluu
Minggu, 15 Mei 2022

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Secret • (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang