⚫ 23. Menghindar.

1K 165 23
                                    

"Penyakit manusia adalah selalu ga enakan, ga berani jujur, takut ngerepotin, dan gamau di kasihanin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Penyakit manusia adalah selalu ga enakan, ga berani jujur, takut ngerepotin, dan gamau di kasihanin. Tapi, sesama teman jangan pernah bersikap begitu, karena sikap begitu bisa membuat teman lo tersakiti dan merasa tak ada gunanya."

~Dentingan Peony~

Hembusan angin menyapa dedaunan, langit biru berhamparan awan tebal, pepohonan besar yang berada di lingkungan sekolah ini membuat suasana menjadi teduh dan sejuk. Aksi kecil-kecilan terpampang di depan pentas, suasana meriah yang bernuansa sederhana tertata rapi di depan pentas sekolah ini. Pagi ini hanyalah acara sambutan sederhana saja, karena acara puncak akan di berlangsungkan nanti malam.

Sma Sakti selalu mengadakan acara seperti ini di setiap tahunnya, meskipun sekolah ini sering ditatap sebelah mata namun, masih banyak yang mendukung sekolah ini. Apa lagi acara aniversary seperti ini, siapa coba yang tidak menyukai pesta? Para panitia osis tampak sangat sibuk, dan juga beberapa guru yang ikut serta, meskipun tak semua guru yang ikut campur tangan.

Berbagai stand bazar ramai dikunjungi para murid, apa lagi kumpulan anak brandal sekolah ini yang membuat acara semakin meriah. Iya, meskipun terbilang anak nakal, tapi anak nakal yang ada di sekolah ini selalu mendukung semua acara dan memeriahkannya. Tetapi, ada juga anak yang tak ikut serta dan memilih untuk tidak sekolah. Namanya juga bebas, jadi jejeran guru kurang mempedulikannya, hanya saja ada beberapa guru yang masih memiliki kesadaran dan memberikan hukuman jika sudah terlewat batas.

Pria berponi yang poninya tampak dijepit oleh pita kecil itu terus berteriak, dengan sedikit lelucon aneh untuk menarik para pembeli agar mampir ke stand bazarnya. "Sok kaya doang, tapi beli air lima rebuan kaga mampu!" cibir Abay kepada para murid yang hanya melewati standnya tanpa membeli satupun.

Abay mendengus kesal karena sedari tadi standnya sangat sepi. "Satya, woy! Lo ngapain dah!" Abay berteriak memanggil Satya yang sangat santai memainkan ponselnya. Padahal dari tadi ia sudah capek teriak-teriak, sedangkan Satya malah enak-enakan duduk santai.

Satya yang merasa terpanggil itu mengangkat wajahnya dan menoleh kearah temannya itu. "Apaan dah, kepo aja lo!" Satya menyahut lalu fokus lagi kepada ponselnya.

"Woy, Sat! Kalo mau nyantai jangan disini dong, bikin gue muak aja ngelihat lo, udah duduk disini kaga beli lagi!" ledek Abay yang membuat Satya bersungut kesal.

"Parah ya lo, bro. Kita 'kan kembar, masa iya lo ngusir kembaran sendiri," canda Satya menanggapi ucapan Abay.

Abay mendelik sinis, "Ogah gue punya kembaran alay kayak lo, canda alay!" cetus Abay.

Satya menatap Abay tajam. "Heh, lo bilang gue alay? Mirror dong, lo yang alay, cowok kok banci, malah make jepitan segala!" sindir Satya dengan tidak santainya. "Oh iya, kenapa kaga ada Husen? Biasanya dia teman main lo di sekolah," sambung Satya bertanya.

Dentingan Peony[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang