***
Hubungan Feli dan Dio semakin hari semakin tak ada kemajuan, mereka masih seperti dua orang asing yang terpaksa tinggal bersama dalam satu atap.
Feli sebenarnya sangat merindukan masa-masa saat ia bersama dengan Dio dulu, dulu mereka bahkan seperti tak ada jarak sama sekali, hingga dua-duanya saling mengerti kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tapi sekarang semua itu sudah tak ada artinya lagi, Dio sudah jauh berubah, Dio sudah bukan lagi Dio Feli yang seperti dulu, yang selalu ada untuk Feli, yang selalu menjaganya dan selalu melindunginya disituasi apapun.
Dan semua ini gara-gara perasaan Feli, tapi salahkah perasaan Feli yang begitu sangat mencintai Dio sebagai seorang pria bukan sebagai seorang paman? Feli tak bisa memilih harus mencintai siapa, karena sejak kecil yang selalu ia idolakan, yang selalu ia banggakan, yang selalu ia sayangi, dan selalu ia cari hanyalah Dio, bukan pria lain. Feli bahkan selalu menolak setiap pria yang menembaknya karena perasannya hanya akan ia berikan kepada Dio, meskipun ia tahu pada akhirnya Dio tak akan pernah mau memilihnya, sampai kapanpun.
"Sayang... Kamu kok pucet, kenapa? Kamu sakit?" Tanya Bella dengan wajah cemas sembari menyentuh pipi Feli. Saat ini mereka semua sedang berada di mansion Wijaya untuk merayakan anniversary Herman dan Ratih.
"Nggak apa-apa ma, mama kan tau dari kemarin aku mager, tamuku dateng ma!" Jawab Feli membuat Bella bernafas lega.
"Oh kirain kamu kenapa, ya udah kalau gitu kamu istirahat aja ya! Mama sama papa kayaknya bakalan nginep disini, tapi nanti mas Dio yang bakal pulang ke rumah, besok dia ada meeting katanya jadi harus berangkat pagi." Jelas Bella.
"Aku juga kayaknya mau pulang aja deh ma, kalau lagi PMS gini mama kan tau kalau aku nggak bisa jauh-jauh dari kamar, ini aja tadi kepaksa ikut karena nggak enak sama opa Oma."
"Hhh, ya udah kalau gitu, kamu pulang aja sama mas Dio ya! Pamit dulu sama opa Oma, nanti kamu mampir ke apotik buat beli obat nyeri haid, soalnya obat di rumah habis."
"Iya ma." Angguk Feli dengan ragu, mamanya ini kenapa masih belum mengerti kalau Feli sudah tak bisa seperti dulu lagi bersama Dio, gimana ngomongnya nanti coba!
Feli pun segera pamit pada Herman dan juga Ratih, sebenarnya Ratih ingin sekali supaya cucunya itu menginap di mansion, tapi mau bagaimana lagi, ia kasihan ketika melihat wajah pucat Feli.
"Baik-baik di rumah ya sayang!" Seru Bella pada sang putri dan Feli pun hanya membalasnya dengan anggukan seolah terlalu lelah untuk bicara, gadis itu benar-benar butuh kasurnya sekarang, selalu seperti ini ketika tamu bulanannya datang, perutnya sangat sakit di hari kedua, apalagi darah yang dikeluarkan semakin deras, membuatnya malas bergerak dan melakukan aktifitas apapun.
Dio yang tengah menyetir mobil sempat sesekali mencuri pandang kearah Feli yang tengah terpejam sembari merintih kesakitan, pria itu sebenarnya sangat cemas tapi ia tak tahu musti berbuat apa, ia tak mau Feli semakin berharap padanya jika ia terlalu perhatian, tapi...
"Berhenti di apotik bentar." Ucap Feli dengan nada yang hampir tak terdengar, namun Dio masih bisa mendengarnya.
Pria itu hanya mengangguk sekilas, lalu setelah menemukan apotik, iapun segera memberhentikan mobilnya. Feli yang sadar jika mobilnya sudah berhentipun segera berusaha untuk turun dari mobil, namun tiba-tiba Dio langsung menarik tangannya membuat Feli benar-benar terkejut.
"Nyeri haid kan? Biar aku yang beli." Ucap Dio, lalu iapun langsung melepaskan tangannya dan segera turun dari mobil menuju apotik.
Feli sempat tercengang dengan tindakan Dio, tapi gadis itu segera bersikap biasa, Dio melakukannya pasti hanya atas dasar kemanusiaan, bukan apa-apa. Jadi ia tak boleh terlalu gr. Dulu Dio juga sering membantunya ketika ia tengah datang bulan, dari mulai membelikan obat bahkan pembalut, bahkan sampai mengompres perutnya. Bagi Dio hal itu mungkin biasa, ia melakukannya hanya untuk membantu keponakannya, sedangkan beda lagi dengan apa yang Feli rasakan.
Lama Feli melamun, akhirnya Dio pun sudah kembali dari apotik, pria itu bahkan membelikannya pembalut juga, padahal pembalut Feli masih ada dirumah, Dio juga hafal betul dengan merk pembalut yang biasa dipakai oleh Feli. Bagaimana Feli tidak melting dibuatnya kalau Dio seperti ini.
'Tujuannya peduli sama aku kayak gini tuh apa sih sebenernya?' gumam Feli dalam hati dengan perasaan sedih, bukannya senang tapi dia semakin sedih.
"Buat jaga-jaga." Ujar Dio sembari memberikan kantong yang ia bawa kepada Feli, Dio pun langsung melajukan mobilnya tanpa mau melihat bagaimana respon Feli padanya. Namun karena Feli sudah tak tahan lagi menahan-nahan seluruh perasaannya, gadis itu tiba-tiba langsung memeluk Dio dari samping membuat Dio langsung mengerem mobilnya secara mendadak.
"Kamu udah gila ya? Kamu mau kita berdua mati ha?" Sentak Dio dengan nada marah, pria itu berusaha untuk melepaskan pelukan Feli namun sayangnya tidak bisa, Feli memeluknya dengan begitu erat sekali, ketika mendengar isakan keponakannya itu, Dio yang tak tega pun akhirnya membiarkan Feli memeluknya dan tak lagi berusaha untuk melepaskannya.
"Aku rela mati, nggak apa-apa asalkan aku bisa lupain kamu, kenapa Tuhan nggak ambil nyawa aku aja? Aku... Aku sakit, aku capek bertahun-tahun kayak gini terus. Nggak ada yang mau ngertiin aku, nggak ada yang mau menerima perasaan aku. Salah aku apa? Apa aku salah kalau aku cinta sama kamu? Apa aku salah mas..." Keluar sudah seluruh kata-kata yang selama ini Feli pendam, gadis itu sudah tidak sanggup menahannya lagi, menahan seluruh rasa cinta dan kerinduan yang begitu besar terhadap Dio. Tangisan Feli begitu terdengar sangat memilukan, Dio sebenarnya kasihan tapi ia tak boleh luluh, Feli adalah keponakannya, dan Daniel sudah begitu baik serta sangat menyayanginya selama ini, mana mungkin ia bisa mengkhianati Daniel dengan menerima perasaan Feli? Itu mustahil, meski ia dan Feli tak ada ikatan darah sama sekali, namun tetap saja, hal itu tidak bisa ia benarkan sama sekali.
"Lepas!" Pinta Dio sembari berusaha melepaskan tubuh Feli.
"Mas..." Feli terus merintih, namun Dio berusaha untuk tega dan tak menatap wajah Feli sama sekali.
"Jangan begini lagi, aku udah punya kekasih, sebentar lagi kami akan tunangan dan menikah, jadi lebih baik kamu segera matikan perasaan konyol kamu itu. Selamanya kamu hanya akan menjadi keponakanku, anak dari mas Daniel, kakak ipar aku." Jelas Dio membuat hati Feli benar-benar seperti diremas-remas, sakit, sakitnya bahkan hampir membuat Feli ingin pingsan.
Gadis itu terus menangis sembari memalingkan wajahnya kearah jendela, membuat Dio merasa sangat bersalah namun segera ia tepis dengan kuat, biarlah ia tega seperti ini, toh ini semua juga demi kebaikan Feli. Feli pasti akan bisa mendapatkan pria yang lebih baik, lebih bisa menjaga dan menyayanginya sepenuh hati.
'Nggak ada satupun cewek yang boleh milikin kamu kecuali aku mas, aku bersumpah, aku pasti akan bisa dapetin kamu, gimanapun caranya nanti. Kamu harus nikah sama aku. Titik!' gumam Feli dalam hati dengan penuh tekad, keputusannya sudah bulat, ia akan melakukan segala cara dan segala hal untuk bisa mendapatkan Dio, terserah nanti bila Dio tak mencintainya, yang penting Feli bisa memiliki Dio seutuhnya.
***
TBC
Vomment yang banyak yah... Besok up lagi 😘😘😘
Gemesin gini gimana Feli nggak tergila-gila? 😭
HOT PROMO AWAL TAHUN!!! Berhubung google play masih dalam kendala, kalian bisa beli novel²ku versi pdf ya! 100rb dapet 4 judul, 150rb dapet semuanya (7 judul). Jadi ayo buruan serbu.... Untuk pembayaran lewat TF BANK yah! Lgsg wa aq di no ini 085854904480
KAMU SEDANG MEMBACA
OnnaDio (Tersedia Ebook Di Google Play/Pdf/Karyakarsa)
Romance"Mas Dio aku cinta sama mas, mas mau kan nikah sama aku?" Felicia Angela Wijaya "Selamanya kamu hanya akan menjadi keponakanku, tidak lebih." Onnadio Abigail Hutomo Sequel of My Naughty Fiancee... Dio&Feli