Bab 6

1.1K 125 17
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Feli menatap foto Dio dengan penuh cinta, cintanya sudah terlalu besar kepada sosok pria yang selama ini selalu ada di dalam hatinya itu, Feli hanya ingin menikah dengan Dio, satu-satunya pria yang ia inginkan dimuka bumi ini hanyalah Dio, bukan yang lainnya.

Sejak tadi gadis cantik itu terus menimang-nimang rencana sang ibu, memang hanya cara itulah yang bisa mengikat Dio dan membuat pria itu menikahinya, namun resikonya sangat besar, Daniel dan Bella bisa sangat membencinya bahkan Dio juga. Tapi setidaknya, jika ia hamil, ia bisa punya Dio junior, hal lain dari diri Dio yang bisa Feli punya. Lagipula saat ini Dio sudah membencinya, biarkan saja pria itu semakin membencinya.

Ia sudah lelah mengalah dan memendam perasaannya, tak ada yang mengerti betapa sakitnya ia selama ini.

"Maafin Feli pa, Feli terpaksa lakuin ini semua, Feli cinta banget sama mas Dio, papa nggak mau lihat Feli bunuh diri kan? Maka dari itu Feli ambil jalan ini." Gumam Feli dengan linangan air mata, ia ambil obat perangsang yang ada didalam tasnya, obat tersebut adalah pemberian Alice, lalu iapun segera menghubungi Dio.

***

Sedangkan di rumah, Daniel dan Bella kini sedang berada di mansion Wijaya bersama ketiga anaknya, hari sudah larut malam namun Feli belum pulang juga membuat Dio merasa gelisah, jujur pria itu masih sering memikirkan Feli namun sering sekali ia sangkal dan pungkiri karena ia tak mau semakin bersimpati dengan keponakannya itu.

Sebenarnya sudah lama hati kecilnya terketuk akan perasaan Feli, namun Dio sadar jika banyak sekali orang yang akan menentang keras hubungan mereka berdua, Dio tak mau menyakiti banyak orang termasuk kakaknya, Dio tak mau rumah tangga Bella dan Daniel bermasalah hanya karena hubungannya dengan Feli.

"Siapa nelfon malem-malem." Gumamnya ketika mendengar ponselnya berbunyi, saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, perasaan Dio pun langsung dilanda rasa khawatir, iapun langsung mengangkat ponselnya.

"Hallo!"

"Mas Dio..." Diseberang sana suara Feli terdengar sangat lemah dan parau. Hati Dio pun langsung tak tenang.

"Kamu dimana? Kenapa belum pulang? Jangan coba-coba belajar jadi wanita nggak bener ya kamu, pikirin papa sama mama kamu!" Seperti inilah Dio, mulut kasarnya selalu tak bisa ia kontrol jika berhadapan dengan Feli.

"Tolong aku mas... aku di hotel, ada yang jebak aku." Pinta Feli dengan nada merintih penuh permohonan.

"APA? Aku kesana sekarang, kamu shareloc aja." Karena merasa begitu panik, Dio pun segera mematikan ponselnya dan bergegas pergi untuk mencari Feli. Pikiran Dio sudah bercabang kemana-mana, ia takut Feli diapa-apain oleh laki-laki hidung belang, dan jika hal itu sampai terjadi maka Dio tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Bagaimanapun juga Dio masih begitu menyayangi Feli, kebersamaan mereka dahulu tak bisa Dio lupakan begitu saja, Feli adalah bagian terindah dalam hidupnya, dan kini ia belajar membenci gadis itu karena ia memang harus terpaksa melakukannya.

***

Setibanya di hotel, Dio pun langsung memarkirkan mobilnya, pria itu berlari dengan tergesa menuju resepsionis, setelah mendapat informasi, iapun segera menuju kamar yang terdapat dilantai enam, hati Dio sudah tak karuan rasanya, takut bercampur panik, ia takut Feli sudah diapa-apakan.

Ketika ia sudah sampai di depan kamar yang Feli tempati, Dio pun segera masuk ke dalam kamar yang memang pintunya sudah sengaja Feli buka.

"FELI!" panggil Dio, iapun lantas masuk dan menyusuri kamar hotel berbintang tersebut untuk mencari keberadaan Feli, dan benar saja Dio melihat keponakannya sedang meringkuk disamping ranjang dengan hanya berbalut lingerie tipis, rambutnya basah dan berantakan membuat Feli terlihat begitu sangat menantang, Dio pun langsung menelan ludahnya, namun ia segera menyadarkan diri, bagaimana mungkin ia bisa berpikir kotor disaat genting seperti ini, Dio memang selalu kehilangan akal jika melihat tubuh molek Feli.
"Kamu nggak apa-apa? Apa kamu sudah di ap-"

"Tolongin akuh... Aku mau kamuhhh mas... Ad-ada yang sengaja campurin obat ke minuman aku, aku udah nggak tahan lagi mashhh... Panas..." Desah Feli membuat bulu kuduk Dio langsung meremang, gadis itu langsung maju memeluk tubuh Dio, lalu mencoba untuk melepas jaket pria yang masih terdiam itu.

"Ini ulah kamu kan?" Dio langsung menepis tangan Feli dengan kasar, wajahnya langsung murka, ia tahu betul jika Feli tengah berbohong.

"Enggak mashh... Tolong akuhhh aku mohon..." Pinta Feli dengan penuh permohoanan, wajahnya sudah bersimbah air mata, namun Dio masih tetap tak mau mengasihaninya.

"Enggak, ini salah, kamu jangan begini! Ini salah Feli ini dosa! Bagaimana mungkin kamu bisa melakukan hal sepicik ini ha? Sadar kamu! Inget orangtua kamu! Mereka sayang sama kamu." Seru Dio sembari mencengkram tangan Feli dengan kuat.

"Kalau sayang, kenapa selalu maksa aku? Kalau sayang kenapa biarin aku kesakitan sendirian selama bertahun-tahun kayak gini? Demi kebaikan aku? Mereka tau apa tentang kebaikan aku? Yang ada hanya aku yang terus pura-pura baik dan bahagia didepan mereka semua, dan itu rasanya sakit banget mas, rasanya kayak mau menghilang dari muka bumi ini, apa itu yang mereka mau?"

"Tentu nggak seperti itu, mereka tentu mau kamu bahagia." Dio bisa melihat dan merasakan betapa menderitanya Feli selama ini, kedua mata Feli menyiratkan rasa sakit dan luka yang amat dalam. Selama di luar negeri Dio juga merasakannya namun ia mengabaikannya.

"Kalau gitu ayo!" Feli pun kembali menyerang Dio, namun Dio kembali menepisnya bahkan kini menghempaskan tubuh Feli ke ranjang membuat tangis Feli semakin kencang.

"Kamu bukan Feliku yang dulu, kamu orang lain." Ungkap Dio dengan nafas memburu.

"Feli yang dulu udah mati kamu bunuh." Ujar Feli membuat hati Dio langsung berdenyut, ya Tuhan apakah penolakannya dulu memang memberikan akibat yang begitu sangat buruk kepada Feli hingga keponakannya berubah sederastis ini.
"Hhhh... Aku udah nggak bisa nahan lagi, kalau kamu nggak mau, aku bisa minta tolong orang lain buat puasin aku." Ancam Feli dengan nada sungguh-sungguh membuat Dio mulai panik, bagaimana mungkin Feli dengan begitu mudahnya mengatakan hal itu, dimana harga dirinya?

Feli pun mulai beranjak dengan sempoyongan, meskipun dalam pengaruh obat perangsang, namun ia masih bisa mengendalikan dirinya. Ia sudah berusaha menjatuhkan harga dirinya didepan Dio, tapi jika cara ini tak berhasil juga, maka entahlah, Feli rasanya ingin menyerah saja, lebih baik ia pergi entah kemana, atau mungkin lebih baik lenyap saja dari dunia ini.

"Ok kalau itu mau kamu." Dio sudah memikirkannya matang-matang, biarlah Daniel dan Bella membencinya bahkan seluruh keluarga Wijaya sekalipun, jika memang hal ini yang begitu Feli inginkan selama ini, maka ia akan memberikannya, selama ini Feli sudah cukup menderita karenanya. Maka sekarang, Dio akan mengikuti permainan keponakannya. Feli pun langsung menghentikan langkahnya, bibirnya langsung menyunggingkan senyum, rencananya berhasil, dan ia akan memanfaatkannya sebaik mungkin.

"Hanya laki-laki pengecut yang akan berubah pikiran." Gumam Feli sebelum ia berjalan kearah Dio dan menerjang tubuh atletis paman kesayangannya yang ia puja setengah mati itu.

Dio pun pasrah, ia sudah tak peduli lagi, terserah apapun yang akan Feli lakukan, ia akan membebaskannya.

"I love you more than everything." Gumam Feli ditengah kecupan-kecupan dan cumbuan panas yang ia berikan pada bibir tipis Dio.

Tubuh Dio sungguh menggairahkan, membuat panas ditubuh Feli semakin terbakar, Dio begitu sangat sempurna sebagai seorang laki-laki, dan hanya Felilah yang boleh memilikinya, tak akan ia biarkan paman kesayangannya itu dimiliki oleh wanita lain selain dirinya, tak boleh dan tak akan pernah boleh sampai kapanpun jua.

***

TBC

Vomment yang banyak yah.... Makin hot nih 😘

Yang mau promo masih ada ya! Silahkan chat aq 085854904480

OnnaDio (Tersedia Ebook Di Google Play/Pdf/Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang