Bab 11

1K 115 8
                                    

***

Feli dan Dio sepakat tak memberitahukan keluarga tentang kondisi Feli saat ini, meski Bella sempat menelpon Feli namun Feli berdalih jika dirinya saat ini sedang sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga belum bisa pulang ke rumah.

Tika sampai saat ini juga masih turut menunggui Feli, namun Feli sempat terkejut ketika Dio malah menyuruh gadis itu untuk pulang dan menyerahkan urusan Feli kepadanya. Feli tak menyangka jika Dio akan bertindak cepat dan diluar dugaannya.

Dio benar-benar penuh kejutan, pria yang awalnya sangat cuek kepadanya selama ini, saat ini telah berubah menjadi sangat peduli kepada Feli.

"Tika mana?" Tanya Feli pada Dio yang baru saja datang dengan membawa beberapa makanan, Feli memang sudah tahu tentang Dio yang menyuruh Tika pulang, tapi wanita itu ingin mendengar kenapa ayah bayinya itu menyuruh asisten Feli pulang.

"Aku suruh pulang." Jawab Dio singkat. Pria tampan itu lantas membuka bungkusan makanan yang ia bawa.

"Kenapa? Terus aku?"

"Aku nggak terlalu suka sama dia, dia kepo banget orangnya." Balas Dio.

"Tapi dia baik. Dia jagain aku." Ujar Feli dengan nada sedih.

"Iya dia emang baik, tapi dia terlalu banyak bicara, makanya aku suruh pulang."

"Yakin cuma karena itu?" Rupanya Feli sedang berharap lebih.

"Iya, terus?" Dio malah bertanya dengan tatapan tak mengerti membuat Feli langsung memasang wajah kesal. "Ada aku yang jagain kamu, jadi kamu nggak perlu khawatir lagi." Imbuh pria itu membuat senyuman dibibir Feli langsung terbit, ya Tuhan Dio... Kenapa sih selalu suka sekali membuat hati Feli terombang-ambing. "Dokter bilang kalau kondisi kamu udah stabil besok boleh pulang. Tapi kamu tetap harus dalam pengawasan."

"Aku nggak mau pulang ke rumah dulu." Ujar Feli.

"Lambat laun, masalah ini pasti akan diketahui banyak orang termasuk keluarga kamu. Berani berbuat harus berani bertanggung jawab, kalau kamu emang mau sama aku, kamu harus berani menghadapi mereka. Karena setiap perbuatan pasti ada konsekuensinya, dan kamu pasti udah memperhitungkan itu semua sebelum mengambil jalan kotor ini." Ucapan Dio langsung membuat Feli menoleh kearah pria tampan itu, Dio benar sekali, Feli tak boleh dan tidak pantas untuk merasa takut, jika ia takut, seharusnya ia tak melakukan semua hal gila ini, itu artinya ia harus berani, berani menghadapi semua orang yang menentang hubungannya dengan Dio.

"Kira-kira kapan kamu mau jujur sama papa dan mama Bella?"

"Satu atau dua Minggu lagi mungkin sampai kondisi kamu benar-benar pulih, kamu juga harus siap karena aku akan membawa kamu sewaktu-waktu." Balas Dio sembari mendekat kearah Feli.

"Kenapa kamu mau tanggung jawab? Kamu bisa aja nggak peduli sama aku kayak biasanya, kamu bisa pergi, toh kamu juga udah tau kalau semua ini adalah permainan aku supaya bisa nikah sama kamu." Tuntut Feli.

"Feli, aku udah bilang kalau aku bukan pengecut, meskipun semua ini ulah dan kesalahan kamu, tapi aku tetap andil di dalamnya, kamu tetap melibatkan aku. Kalau aku pergi, mereka pasti akan semakin membenciku terutama papa kamu, dan aku nggak mau papa kamu semakin benci sama aku. Aku juga nggak mau anakku tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah, besar tanpa kasih sayang kedua orangtua itu berat, apa kamu tega lihat makhluk tak berdosa itu dicaci maki banyak orang karena lahir tanpa ayah?"

"Enggak." Cicit Feli, ya Tuhan Dio sampai memikirkan hal itu secara detail, sedangkan Feli tak sampai memikirkan sejauh itu akibat perbuatannya. Yang ia pikirkan hanya bagaimana caranya supaya ia bisa menikah dengan Dio. "Apa alasannya hanya karena itu?" Tanyanya.

"Apa lagi? Tentu aja supaya kamu puas dan bahagia karena impian kamu selama ini akhirnya terwujud, melihat kamu bahagia itu udah cukup ngebuat aku merasa lega dan bahagia juga." Yakin Dio bahagia? Kenapa Feli tak merasakannya sama sekali, pria itu seakan gamblang mengatakannya, bahkan ekspresinya tetap datar membuat Feli sedih.

"Apa nggak ada perasaan lain mas?" Tanya Feli takut-takut, meskipun ia tahu jika jawabannya pasti akan mengecewakan, namun Feli harus tetap menanyakannya untuk mencari kejelasan supaya ia tak berharap lebih.

"Perasaan apa?" Dio sebenarnya tahu arah bicara Feli, namun ia tak mau buru-buru dalam memberikan jawaban kepada wanita itu. Dio ingin memastikan perasaannya terlebih dahulu karena ia sempat meragu. "Apa itu penting untuk dibicarakan saat ini? Tolong kamu jangan pernah jadi serakah, saat ini aku udah jadi milik kamu, apa itu masih belum cukup juga?" Hati Feli langsung mencelos, Dio memang selalu terang-terangan, dan Feli sungguh tak menyangka jika terus terang Dio malah membuat hatinya terluka. Tapi Dio memang benar, Feli tak boleh serakah, Dio mau menikahinya saja rasanya sudah untung, inikan yang ia inginkan selama ini. Jadi Feli tak boleh terlalu berharap akan perasaan Dio.

Feli harus sadar dan bisa menempatkan diri, dia harus tegar, yang penting bisa menikah dengan Dio, sudah lebih dari cukup baginya.

"Aku ngerti." Ungkap Feli dengan suara lirih. 'Aku harus sadar diri, menaklukan hati kamu itu sulitnya minta ampun.' imbuhnya dalam hati.

"Untuk sementara kita rahasiakan dulu semuanya, sampai situasinya kondusif baru kita jujur ke keluarga kamu. Hanya keluarga kamu. Aku nggak mau jika orang lain sampai tau."

Cukup sudah, apapun keinginan Dio akan Feli ikuti meskipun itu sangat menyakitkan, Feli akan menuruti semua kemauan Dio.

"Meski kita udah resmi menikah?"

"Hm, karena yang mereka semua tau bahwa kamu adalah keponakanku, apa jadinya jika om menikahi keponakannya sendiri? Kamu bisa bayangin reaksi mereka nan-"

"Tapi kitakan nggak sedarah ha-"

"Menurut atau nggak ada pernikahan sama sekali? Aku bertanggung jawab tapi aku nggak akan nikahi kamu, atau aku akan ambil alih hak asuh anak itu, aku bisa culik dia dan bawa dia pergi jauh dari kamu." Sahut Dio dengan nada mengancam. Feli sungguh tak menyangka jika Dio bisa berubah menjadi seperti ini kepadanya, mana Dio yang penyayang dan lembut itu? Yang selalu memberikan perlindungan dan kasih sayang kepadanya seperti dulu? Kenapa pria itu jadi jahat seperti ini. Buat apa mereka menikah jika status pernikahan mereka harus dirahasiakan? Oh ya Tuhan, kenapa Feli malah terlalu banyak menuntut begini? Bukankah yang ia inginkan intinya adalah menikah? Asalkan bisa menikah dengan Dio dan bersama dengan pria itu harusnya sudah cukup bagi Feli, lantas kenapa ia malah menginginkan lebih?

"Iya, semuanya terserah kamu. Asalkan kita menikah." Ungkap Feli tanpa mau menoleh kearah Dio.

"Hm." Diopun mengangguk paham, meski ada sedikit rasa sesal dihatinya karena sudah bersikap terlalu keras kepada Feli. "Ayo makan! Kamu belum makan siang, katanya tadi mau makan nasi Padang." Ajak Dio sembari mengambil piring berisi makanan.

"Nanti-"

"Aku nggak suka wanita egois, kamu siap hamil itu artinya kamu juga harus siap untuk berbagi kehidupan bersama anakku." Sahut Dio membuat Feli langsung terdiam dan tercekat, wanita itu sungguh merasa bersalah. Iapun langsung meraba perut datarnya. Dio jauh lebih dewasa darinya, tentu saja hal itu membuat Feli merasa malu. Namun kata terakhir Dio sempat-sempatnya membuat hati Feli menghangat.

"Aku mau makan banyak, tapi aku takut mual."

"Sedikit tapi sering, hal itu nggak akan membuat kamu mual. Aku suapi." Feli pun langsung mengangguk antusias, disuapi oleh Dio adalah hal yang sangat ia sukai.

"Makasih." Ungkap Feli dengan tulus sembari menatap wajah Dio dengan penuh cinta. Sudah sepantasnya Feli berterimakasih kepada paman tirinya itu karena mau bertanggung jawab dan menikahi Feli.

"Hm." Angguk Dio dengan senyuman tipis, senyuman yang benar-benar selalu membuat Feli jatuh cinta lagi dan lagi kepada pria tampan itu.

***

TBC

Banyakin vomment yah! Biar makin semangat, maaf baru up, habis menenangkan diri mencari passion 😁

Masih jualan PDF yah! Yang berminat silahkan pesan 085854904480

OnnaDio (Tersedia Ebook Di Google Play/Pdf/Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang