Bab 33

707 115 21
                                    

***

Dio tampak gugup, pria itu langsung gelagapan ketika melihat siapa yang datang keruangannya saat ini. Demi Tuhan ia takut, takut jika calon istrinya akan cemburu dan membuat keributan sehingga memancing kemarahan Amanda pula, apalagi Feli sedang hamil besar, Dio takut Amanda akan menyakiti Feli.

"Sa-"

"Hay! Kamu Feli kan? Kita belum kenalan lho, aku Amanda temennya Dio." Sahut Amanda sembari mengulurkan tangannya pada Feli. Feli pun langsung menjabatnya dengan santai.

"Felicia." Balas Feli dengan senyuman tipis.

"Dio tuh... Bucin banget lho sama kamu, selama kamu pergi ke entah kemana, dia selalu nangis-nangis kayak orang gila. Padahal aku udah sering pengaruhin dia supaya ngelupain kamu, tapi ternyata yang aku lakuin selalu aja sia-sia, Dio tetep cinta sama kamu." Jelas Amanda pada Feli membuat Dio langsung menghela nafas lega, ia pikir akan ada perang dunia ke dua di dalam ruangannya saat ini tapi ternyata tidak. Syukurlah...

Feli sendiri terlihat tampak biasa saja menanggapinya, wanita itu hanya tersenyum tipis tanpa mengeluarkan kata-kata apapun.

"Aku cuma mau nganterin undangan pertunanganku nih!" Amanda pun meletakkan sebuah undangan diatas meja. "Jangan lupa datang ya Di! Ajak Feli juga sekalian. Ya udah kalau gitu aku pergi ya!" Setelah menyerahkan undangan, Amanda pun segera pergi meninggalkan ruangan Dio, ia tak mau berlama-lama disana karena sekarang status mereka sudah sama-sama mempunyai pasangan. Apalagi disana juga ada Feli, Amanda tak ingin jika Feli semakin salah paham dengan kedatangannya kesana.

"Sayang..." Panggil Dio pada Feli yang tengah meletakkan belanjaannya diatas sofa, sedangkan kini Dio sedang berusaha berjalan menghampiri Feli. Tubuh Dio masih agak lemas, apalagi perutnya belum terisi oleh makanan apapun sejak tadi pagi, membuat pria itu terlihat begitu lemah dan sangat menyedihkan.
"Maafin aku, demi Tuhan aku sama Amanda nggak ngapa-ngapain, dia baru aja datang terus abis itu kamu yang datang. Kamu jangan marah ya... Aku cintanya cuma sama kamu kok, aku bahkan udah nggak punya teman wanita sama sekali, atau lebih tepatnya aku yang menghindar dari mereka, semua nomor telepon mereka aku blokir." Dio memeluk Feli dari samping, Feli yang masih bersikap biasa saja tampak merasa geli dengan seluruh penjelasan Dio barusan, padahal Feli merasa biasa saja, tapi kenapa Dio yang lebay dan ketakutan.

"Iya nggak apa-apa." Balas Feli dengan santai. Sedangkan Dio kini malah menatap wajahnya dengan tatapan tajam.

"Kamu... Kamu kenapa biasa aja?" Tanya Dio dengan tatapan terluka.

"Terus... Harus gimana? Apa aku harus marah-marah terus jambak rambut Amanda seperti yang ada di pikiran kamu?"

"Apa?" Dio tak menyangka, ternyata Feli bisa menebak isi kepalanya. "Kamu nggak cemburu?" Nah... Mulai lagi kan dramanya, baru aja ketemu.

"Cemburu?"

Ketidak pekaan Feli malah membuat Dio semakin sedih, pria itu langsung memasang tampang terluka, perasannya sensitif, tak bisa disinggung sama sekali dengan sikap atau kata-kata.

Feli pun mulai menghela nafas, semakin kesini, kenapa sikap Dio jadi makin childish? Padahal dulu dirinya yang selalu sok manja pada Dio, yang selalu mencuri-curi perhatian dan selalu menempeli Dio yang tampak biasa saja. Dan sekarang situasi itu malah dibalik dengan begitu lucunya.

"Maaf mbak, saya langsung masuk aja. Ini obatnya pak Dio, kasihan dari pagi mual-mual terus, dibawa ke rumah sakit nggak mau, diajak ke rumah mbak Feli nggak mau, disuruh makan nggak mau, haduuhh... Rewel banget deh mbak, saya sampai pusing. Kan berabe nanti kalau sampai sakit pas mau nikah, mending mbak Feli ajak pulang aja deh dari pada di kantor." Jelas Dito sembari menyerahkan bungkusan obat kepada Feli. Lalu asisten Dio itupun segera pergi dari ruangan Dio.

Feli kembali menatap punggung Dio yang masih membelakanginya, kasihan juga melihat paman sekaligus calon suaminya itu seperti ini. Semenjak berada di Pacitan, Feli selalu merasa sehat dan jarang mengidam apapun. Ia pikir fase mengidamnya itu sudah berakhir, tapi ternyata malah berpindah kepada Dio.

"Kita pulang ke apartemen kamu yuk! Nanti aku nginep, apa kamu nggak kangen sama anak kamu?" Feli mencoba membujuk Dio, wanita itu mendekati Dio dan memeluknya dari belakang.

"Bukan anak kamu Fel... Tapi anak kita." Ya ampun Feli sampai lupa, kesalahan kecil saja pasti akan diprotes oleh Dio.

"Iya anak kita, maaf." Ungkap Feli dengan penuh rasa bersalah. Wanita itu lantas membalikkan tubuh Dio dan membawa kepala Dio bersandar di pangkuannya. Dio pun menurut, pria itu kini malah menyerukkan kepalanya ke perut Feli dan mengendus-endus. "Aku cemburu kok. Tapi aku nggak mau bersikap egois, lusa kita udah nikah, kalau aku egois, main ribut sana sini, kamu bisa bayangin gimana nantinya rumah tangga kita, mau ribut tiap hari gara-gara masalah sepele doang?"

Setelah diberikan penjelasan dan pengertian seperti itu, Dio pun akhirnya mulai paham, ia bahkan kagum pada pemikiran Feli yang jauh lebih dewasa darinya. Keponakannya itu ternyata sudah jauh berubah, Feli yang kekanak-kanakan sudah pergi entah kemana.

"Iya aku ngerti."

"Gitu dong, ngambekan sih... Makan dulu yuk! Abis itu minum obat, kamu kok suka banget sih minum obat terus. Nggak bosen apa? Jangan sakit-sakitan dong."

"Kita jauhan, gimana aku nggak sakit. Mau ke rumah kamu tapi takut sama ibu, aku juga nggak mau rusak kepercayaannya." Jelas Dio sambil mengusap-usap perut Feli yang sangat ia rindukan.

"Kalau gitu kamu harus tahan-tahan, tinggal dua hari lagi, jangan sampai tumbang. Kamu pengen makan apa? Nanti aku suapin."

"Mau ke KFC depan kantor. Abis itu buatin aku soto, kamu udah janji waktu di Pacitan."

"Masih inget aja sih?"

"Kalau kamu nggak mau aku nggak mau makan." Ancaman yang sama terus, tapi cukup membuat Feli kalang kabut kalau Dio benar-benar mogok makan.

"Iya-iya, kalau gitu nanti mampir ke supermarket dulu buat belanja."

"Suruh Dito aja, kita langsung ke apartemen aku, aku kangen banget sama kamu, sama anak kita juga. Mau kayak gini dulu." Aduh-aduh manjanya nggak ketulungan, tapi Feli benar-benar sangat merindukan sikap Dio yang seperti ini, lucu dan bikin gemes. Tapi kadang bikin elus dada juga.

"Ya semau kamu aja." Feli pun akhirnya mengangguk pasrah, menurut saja apapun yang Dio mau, yang penting Dio mau makan dan bisa sehat kembali.

***

TBC



Vote n comment please... 😏

Yang mau pdf masih ada promo ya 100rb dpt 4 150rb dpt 7 judul. Armand Baby, Adik untuk Jevin, Beby, Rajendra, Dokter Cintaku, My Naughty Fiancee, My Handsome Devil. Bayar via TF BRI yah bisa lgsg wa 085854904480

Yang mau passionate & suamiku tersedia ebook di google play book

OnnaDio (Tersedia Ebook Di Google Play/Pdf/Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang