12

995 83 11
                                    

Perth membawa Mark memasuki kediamannya. Tangan mereka saling bertaut. Tepatnya Perth menggenggam pergelangan tangan kurus Mark dengan erat.

Setelah memeluknya--dan membuatnya menangis--di halaman tadi, Perth menariknya begitu saja untuk masuk ke dalam Mansion mewah miliknya.

Kedua kaki pendek Mark terseok mengikuti langkah lebar sosok yang menggenggam tangannya itu. Sisa-sisa air mata masih tampak menghiasi pipinya, isakan kecil juga masih sesekali terdengar. Namun Perth sama sekali tak peduli, justru genggamannya pada tangan Mark semakin kuat.

Si manis meringis pelan saat sosok tegap itu menghempaskan tubuhnya ke arah sofa di ruang tamu. Tangan kanannya yang bergetar mengusap pergelangan tangan kirinya yang memerah dengan sedikit rasa sakit. Pandangannya menunduk, tak berani sekedar untuk melihat orang yang berdiri di hadapannya.

Perth hanya berdiri diam dengan kedua tangan yang berada di saku celana hitamnya. Tatapannya terus tertuju pada Mark. Dia tak melakukan apapun setelahnya.

5 menit telah terlewati dengan hening. Mark mulai merasa aneh saat tak merasakan pergerakan apapun dari pria di hadapannya. Karena penasaran, kepalanya mendongak, mencoba mencari tau apa yang dilakukan sosok itu.

Saat kepalanya terangkat, ia terkejut begitu menyadari wajah tampan Perth berada tepat di depan wajahnya. Mata tajam pria itu meneliti setiap inci wajahnya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Tangan Mark menggenggam ujung kemejanya, melampiaskan rasa gugup sekaligus takut yang menguasai dirinya.

Melihat Perth yang tak kunjung mengeluarkan suara, dengan sisa-sisa keberanian yang dimilikinya, Mark mencoba mengeluarkan suara.

"A-apa yang k-kau lakukan?" Tanyanya gugup.

Tangan besar Perth terangkat. Secara spontan Mark memejamkan matanya, genggaman pada kemejanya pun semakin menguat. Tubuhnya kembali bergetar membayangkan tangan itu akan mendarat di pipinya.

Memang benar tangan itu mendarat di pipinya. Tapi bukan sebuah tamparan keras seperti yang diduganya, melainkan elusan lembut dari jemari panjang pria itu yang ia rasakan.

"Kau cantik."

Matanya terbuka saat telinganya menangkap apa yang baru saja diucapkan oleh Perth. Jantungnya berdegup kencang, dan debarannya semakin menggila saat mata keduanya bertemu. Netra lembab si manis dan netra kelam si tampan.

Sama halnya dengan Mark, Perth juga merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Matanya tak bisa lepas dari mata lembab sosok manis didepannya. Hembusan nafas keduanya menyatu menghantarkan rona kemerahan di pipi tirus Mark.

Dan hal itu semakin membuat Perth tak bisa mengalihkan tatapan dari keindahan tersebut.

"Aku tak pernah merasakan hal ini sebelumnya." Ujar Perth setelah beberapa saat terdiam.

Keduanya masih berada di posisi yang sama. Mark yang terduduk di sofa dan Perth yang berdiri dengan tubuh bagian atas sedikit membungkuk, memposisikan wajah keduanya untuk saling berhadapan.

Mark hanya terdiam, menunggu kelanjutan dari ucapan pria tampan itu.

"Saat melihatmu untuk pertama kalinya, ada sesuatu dalam diriku yang menyuarakan bahwa aku harus bisa memilikimu. Perasaan itu aneh, dan sebelumnya aku tak pernah merasakannya." Jeda sejenak, Perth mengamati raut wajah Mark. Wajah manis yang masih sedikit memerah itu menampilkan ekspresi yang sarat akan kebingungan. Sorot matanya pun seolah menuntutnya untuk melanjutkan ucapannya.

"Dan kau tau, aku adalah orang yang akan melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang ku mau. Aku tak segan berbuat licik sekalipun, asal apa yang ku mau aku dapatkan." Lanjutnya.

Perth menyeringai dengan tatapan yang menajam. Kemudian dia berdiri tegak, berjalan menjauh dari Mark yang masih terdiam di sofa.

"Sebenarnya ini akan menjadi mudah. Jika saja saat itu, ayahmu tak membuatnya menjadi rumit dengan menolak keinginanku. Jika saat itu ayahmu mau menyerahkan mu padaku dengan sukarela, maka saat ini dia tidak akan mendekam di penjara." Ucapannya di akhiri dengan kekehan.

Mendengar setiap kata yang keluar dari bibir Perth, membuat air mata kembali menggenangi pelupuk matanya. Ternyata pria itu memang jahat.

"Kau jahat." Ucapnya sangat pelan disusul dengan jatuhnya air mata membentuk aliran sungai kecil di pipi tirusnya.

"Aku tidak jahat." Perth berbalik dan menatap tajam Mark yang menunduk.

Langkahnya kembali dibawa mendekati Mark, dan saat sudah berdiri tepat di depan remaja manis itu tangannya menggenggam tangan kanan Mark dan menariknya kasar. Membuat tubuh kecil Mark menubruk tubuhnya sendiri.

Tangannya yang lain terangkat dan mencengkeram rahang Mark, memaksanya untuk menatap wajahnya.

"Aku hanya tidak suka jika keinginanku ditolak. Lagipula...." Perth mendekatkan bibirnya pada telinga Mark, kemudian berbisik pelan disana.

"Ayahmu telah meminta bantuan padaku, tidak salah kan jika aku meminta imbalan untuk itu?"

TBC

Yuhuuu hai hai

Book sebelah udah update, gak adil rasanya kalo book ini aku anggurin hehe

Semoga suka yaa dan maaf baru bisa up sekarang~

Jangan lupa vote dan coment yaaaa



15 Januari 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Addicted | PerthMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang