7

672 84 7
                                    

"Jadi kau ingin bermain denganku?"

Kata itu terus terngiang di telinga tuan Siwat. Kegelisahan melingkupi hati dan pikirannya. Seorang Perth Tanapon bukanlah orang yang suka bercanda, tuan Siwat tau itu. Pria itu tidak akan melepaskan mainannya begitu saja.

Otaknya terus berputar, mencoba mencari solusi untuk lepas dari malapetaka yang ia buat sendiri.

Sejak awal ia tau dan paham seperti apa seorang Perth Tanapon. Seharusnya ia berpikir beribu-ribu kali untuk meminta bantuan dari orang itu. Tapi sungguh, tuan Siwat sama sekali tidak habis pikir dengan keinginan pria itu. Dia menginginkan Mark?

Sampai kapanpun tuan Siwat tidak akan menyerahkan anak semata wayangnya kepada pria itu. Tidak akan pernah. Apapun akibatnya.

***

Disebuah kamar sederhana dengan nuansa putih-biru, terlihat sosok remaja manis duduk di ranjang dengan sprai Putih.

Disebuah kamar sederhana dengan nuansa putih-biru, terlihat sosok remaja manis duduk di ranjang dengan sprai Putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepalanya tertunduk, tatapan matanya kosong. Kilas kejadian dimana Perth berkata bahwa ia menginginkannya terus terngiang.

Tatapan mata pria itu, yang walaupun terlihat menakutkan tapi juga sangat mempesona. Serta senyum tulus yang sempat tertangkap penglihatannya.

Mark tak bisa melupakan kejadian beberapa jam yang lalu.

Dan jangan lupakan kata-kata terakhir yang terucap dari bibir pria itu sebelum pergi meninggalkan restoran tempat mereka bertemu.

Flashback on

"Jadi kau ingin bermain denganku?"Ucap Perth dengan senyum di bibirnya.

"Saya sama sekali tidak berniat untuk bermain-main dengan anda, tuan. Tapi saya juga tidak bisa memberikan apa yang anda inginkan. Sampai kapanpun saya tidak akan pernah menyerahkan Mark pada anda."Jawab tuan Siwat dengan yakin sambil menggenggam tangan putranya yang terasa dingin.

Perth semakin melebarkan senyumnya. Dan siapapun yang melihat senyum itu pasti akan tau bahwa itu adalah pertanda buruk, begitupun dengan pria paruh baya itu. Tapi dia berusaha untuk tetap tenang.

Mark sejak tadi hanya diam dengan jantung berdebar kencang. Perasaan takut menyelimutinya hingga membuat air berkumpul di pelupuk matanya.

"Aku mengerti."

Perth kembali bersuara. Raut wajahnya datar. Tanpa ekspresi.

"Aku tidak akan memaksa jika kau tidak ingin memberikan putramu padaku."Lanjutnya lagi.

Tuan Siwat melihat wajah pria muda dihadapannya. Apakah semudah itu Perth menyerah?

Tapi kelanjutan dari perkataan pria itu membuktikan bahwa, ia dan putranya akan sulit lepas dari pria bernama Perth Tanapon itu.

"Tapi aku juga tidak berjanji untuk diam saja atas penolakanmu itu, tuan Siwat."

Flashback off

Apa yang akan pria itu lakukan?

***

Ditempat berbeda dalam waktu yang bersamaan, Perth terlihat sedang berbicara dengan seseorang melalui ponsel hitam yang menempel di telinganya.

"Hancurkan pria tua itu secepat mungkin. Aku sudah tidak sabar untuk mengambil milikku."Seringai kejam menghias wajah tampannya.

Tanpa menunggu balasan dari seberang, ia langsung menutup sambungan telepon begitu saja.

Langkah kaki jenjangnya mengarah pada dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan malam kota.

"Kau akan segera masuk ke genggamanku, Mark Siwat."Bisiknya.



TBC

Pada suka gak sih sama book ini???

Kalo suka jangan lupa vote dan coment yaaaa



16 Agustus 2020

My Addicted | PerthMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang