"Ikutlah denganku."
"T-Tidak, aku tidak mau..."
"Ikut denganku."
"Aku bilang aku tidak mau!"
"Kubilang ikut denganku. DAN KAU HARUS MAU."
***
Dan disinilah Mark sekarang. Duduk di sebelah sosok pria yang ia takuti mulai saat ini, sosok yang baru saja membawa badai dihidupnya.
Sosok itu, Perth Tanapon. Pria dengan wibawa serta aura yang tak terbantah. Yang mampu melakukan apapun yang ia mau, apapun.
Sedangkan Mark hanyalah kelinci kecil yang bahkan tak bisa untuk sekedar menghindar dari terkaman tangan dingin Perth.
Setelah kejadian di kantor polisi tadi, yang Mark yakini merupakan ulah Perth. Pria itu mengajaknya untuk ikut bersamanya. Yang pada awalnya Mark tolak, namun berakhir dengan ia yang hanya bisa duduk diam di dalam mobil bersama sosok itu.
Mark rasa mengikuti apa yang Perth inginkan adalah yang terbaik. Karena jika tidak, mungkin saja dia akan melakukan hal yang lebih buruk dari sekedar menjebloskan sang ayah ke penjara.
Dan Mark tak menginginkan itu.
***
Laju mobil mewah itu melambat saat memasuki sebuah Mansion yang juga mewah.
Mobil yang mereka kendarai berhenti dengan mulus. Kemudian datang dua orang pria dengan pakaian hitam yang membuka pintu di kedua sisi mobil. Mempersilahkan dua orang di dalamnya untuk keluar.
Perth keluar kemudian memutar langkahnya menuju sisi lain mobil. Menatap pada Mark yang masih setia duduk tak bergeming. Sepertinya anak itu melamun.
"Turun."
Mark yang mendengar suara itu lantas menoleh dengan sedikit keterkejutan di matanya yang masih sedikit basah.
Lalu pandangan mengedar ke sekeliling. Saat ini ia berada di halaman yang sangat luas, dan beberapa meter di depannya berdiri bangunan kokoh yang juga sangat luas. Dan mewah, tentu saja.
Pandangan matanya kembali terarah pada sosok pria yang berdiri di hadapannya. Perasaan takut mulai kembali memenuhi pikirannya. Segala pemikiran buruk tentang apa yang mungkin akan Perth lakukan padanya membuat matanya kembali berkaca-kaca.
Dan itu tak luput dari pengamatan Perth. Sudut bibir pria tampan itu terangkat, menunjukkan seringai yang menawan sekaligus menakutkan.
Lalu tangannya bergerak meraih pergelangan tangan kurus Mark, menariknya sedikit kasar. Sampai sosok itu berdiri tepat dihadapannya.
Tubuh Mark bergetar pelan. Refleksi dari rasa takut yang saat ini ia rasakan. Tangannya yang masih berada dalam genggaman kuat Perth, digerakkannya pelan. Mencoba lepas namun tak memiliki kekuatan untuk melepaskannya.
"Kau takut?"
Kepalanya mengangguk saat telinganya kembali mendengar suara berat itu. Bulir-bulir air mata berlomba-lomba keluar dan membasahi wajah manisnya, tubuhnya juga semakin bergetar dengan isakan yang sesekali terdengar. Dia benar-benar ketakutan. Dan tak berusaha menutupinya.
Entah apa yang ada dipikirannya, namun Perth merasa senang saat melihat pemandangan di depannya saat ini. Pemandangan sosok manis nan mungil dengan air mata berlinang dan tubuh bergetar serta isakan kecil yang anehnya terdengar merdu di telinganya.
Perth merasa dirinya sudah gila karena menyukai hal tersebut.
Kemudian kedua tangan kekarnya meraih tubuh kecil Mark ke dalam sebuah pelukan. Mark tentu saja terkejut. Dan semakin terkejut saat sosok yang kini memeluknya membisikkan sesuatu.
"Ini terlalu awal untuk kau merasa takut, aku bahkan belum melakukan apapun padamu." Kekehan kecil terdengar setelahnya. "Dan, aku menyukai suara tangisanmu. Sepertinya mulai saat ini kau akan sering menangis, Mark Siwat."
TBC
Aku kesel. Udh cape nulis, ehh malah kehapus.
Jadinya kerja dua kali:(Jadi aku mau minta vote dan coment dari kalian yang mampir ke book ini. Biar semangat lagi hehe
Dan maaf karena baru up sekarang. Semoga kalian suka sama cerita gaje ini~
17 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
My Addicted | PerthMark
ספרות חובביםSesuatu yang telah masuk ke dalam genggaman ku, tak akan kubiarkan lepas. _Perth Tanapon *** Update sesuai mood.