4

789 90 1
                                    

Perth, tuan Siwat, dan Mark duduk di meja yang sama. Perth duduk berhadapan dengan tuan Siwat sedangkan Mark duduk di sebelah ayahnya. Belum ada yang mengeluarkan suara sejak 5 menit yang lalu.

Perth sejak tadi mengarahkan pandangannya pada sosok manis yang hanya menundukkan kepalanya. Tuan Siwat yang menyadari itu, mulai mengeluarkan suaranya.

"Tuan Tanapon."

Perth tersadar lalu pandangannya beralih pada pria paruh baya didepannya.

Tuan Siwat melanjutkan ucapannya setelah yakin fokus Perth mengarah padanya.

"Alasan saya meminta bertemu dengan anda adalah untuk berterima kasih atas bantuan yang anda berikan. Berkat bantuan anda, perusahaan saya telah kembali normal."Tuan Siwat berbicara panjang lebar disertai dengan senyum mengembang.

Reaksi Perth? Tidak ada.

Bukannya menyambut ucapan terima kasih yang diterimanya, pria tampan itu justru hanya diam. Raut wajahnya datar. Seolah apa yang baru saja didengarnya hanya kicauan burung belaka.

Tuan Siwat yang tak mendapat balasan tetap tersenyum. Dirinya maklum dengan respon yang diterimanya. Pria yang telah menolongnya ini memang terkenal dengan sifat 'dingin dan tak perduli'.

Untuk mencairkan suasana yang terasa beku, tuan Siwat kembali membuka suara. Kali ini ia berniat mengenalkan putranya pada Perth.

"Tuan Tanapon. Ini adalah putraku, namanya Mark."Tangannya mengelus surai hitam Mark.

Mark menoleh pada ayahnya. Tuan Siwat mengisyaratkan padanya untuk memperkenalkan diri.

Mark menundukkan kepalanya seolah menolak. Dirinya enggan menuruti perintah ayahnya.

Perth yang melihat itu hanya diam sambil terus memperhatikan Mark.

Tuan Siwat merasa tak enak dengan Perth atas tingkah anaknya. Tidak biasanya Mark bersikap seperti ini.

Kemudian ia mendekat pada Mark dan berbisik.

"Ada apa? Kenapa diam saja?"

Mark masih menundukkan kepalanya. Hatinya gelisah. Pada awalnya dia benar-benar antusias untuk bertemu dengan orang yang telah menolong ayahnya.

Tapi sejak melihat sosok orang itu, entah mengapa Mark merasa takut. Apalagi sejak ia mendudukkan tubuhnya pada kursi, tatapan pria itu tak pernah lepas darinya. Entah apa yang ada dipikiran pria itu, yang jelas Mark merasa gelisah dan takut.

Tepukan pada lengannya mengembalikan kesadarannya dari lamunan. Perlahan kepalanya terangkat, dan pandangannya bertabrakan dengan tatapan tajam dan dalam dari pria tampan didepannya.

Tatapan itu seolah menyiratkan sesuatu yang entah apa itu. Jantungnya berdegup kencang, antara gelisah, takut, dan juga terpesona oleh mata tajam pria itu.

Dengan sedikit terbata, bibirnya mulai mengeluarkan suara.

"N-namaku Mark. Salam k-kenal."

Setelah mengucapkan itu kepalanya kembali tertunduk, tak sanggup menatap mata sekelam malam itu lebih lama.

Sedangkan pria tampan itu menggerakkan bibirnya, tersenyum tipis. Sangat tipis.

Sosok yang baru saja memperkenalkan diri padanya benar-benar membuatnya penasaran. Baru pertama kali ia merasakan perasaan ini. Aneh, tapi ia menyukainya.

Suara terbata yang sangat lembut, serta wajah manis yang terlihat gugup itu...


Perth menyukainya.


TBC

Pendek. Vote nya, please~


5 Agustus 2020

My Addicted | PerthMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang