02. Baby

947 102 9
                                    

"Elsa, do you wanna build a snowman?"

"Eisa, do you wanna have a baby?"

"Elsa?"

Juan memanggilnya. Pria itu memanggil Eisa dengan sebutan Elsa. Persis seperti yang Eisa minta, saat keduanya berkenalan dulu. Padahal Eisa berharap, nama palsunya itu akan dilupakan Juan, tepat ketika Elsa memutuskan untuk menghilang tanpa jejak. Namun sekarang? Pria berhidung mancung dengan mata polos itu ada di hadapannya. Dia mendambakan kehadiran Elsa si wanita penenang pura-pura. Lalu setelah wanita itu ada di hadapannya, Juan tak akan melepasnya begitu saja.

"Maaf, Tuan. Sepertinya Anda salah orang," peringat Eisa kemudian menunduk, dan terburu-buru merapikan tasnya. Gadis itu sudah bersiap-siap kabur, tapi tangan Juan sudah lebih dulu menahan pergelangan tangannya.

Juan membalik tubuh Eisa sampai berhadapan dengannya. Dia menyibak rambut panjang wanita itu, sampai Juan bisa melihat langsung ke arah mata runcingnya. Juan tersenyum, dia mengungkap, "Aku menemukanmu."

Eisa tersenyum kikuk, sembari memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia menelan ludahnya sendiri, sementara jemari tangannya berusaha untuk melepaskan tangan Juan dari pinggangnya. "Tuan, semua orang memperhatikan kita. Tolong, jauhkan tanganmu dari pinggangku," pinta Eisa.

Kening Juan mengernyit, dia berkata pada Eisa, "Kenapa aku harus memikirkan pandangan orang lain kepada kita? Bukannya kau pernah bilang padaku, untuk hidup tanpa mempedulikan orang lain? Aku selalu mengingat ucapanmu, Elsa."

Rasanya Eisa ingin menangis saja. Ajarannya pada Juan masih tertanam jelas di kepala pria itu. Lalu sekarang, Eisa kesulitan untuk mempengaruhi Juan lagi. Padahal pria itu terkenal dengan pria lugu yang mudah diperdaya.

Eisa langsung mengambil kartu pengenalnya, dia memberitahu, "Tuan, sepertinya Anda benar-benar salah orang. Aku ini Eisa bukan Elsa. Jadi, tolong lepaskan aku."

Bukannya melepas Eisa. Juan malah mengernyitkan kening. Pelukannya pada pinggang Eisa mengerat. "Jadi namamu Eisa, bukan Elsa?"

"Ya ampun! Aku tak mengenalmu Tuan! Cepat lepaskan aku! Kau ingin aku berteria---" Belum sempat Eisa melanjutkan ucapannya, tiba-tiba saja Juan menurunkan jaket yang dipakai Eisa. Pria itu mengintip kemeja yang dipakai Eisa, setelah itu Juan menemukan sebuah tato di bagian bahu Eisa. "Kau benar-benar Elsa. Saat kita bermalam bersama, aku melihat tato angka delapan yang sama persis seperti tatomu ini."

"Aku hapal setiap lekuk tub---" Belum sempat Juan meneruskan ucapannya, Eisa sudah lebih dulu membekap mulut Juan dengan telapak tangannya. Eisa memelotkan matanya. Jika dibiarkan, Juan mungkin akan menjelaskan bagaimana kedua bisa tidur bersama, di hadapan semua orang.

"Baik! Diamlah, jangan diteruskan!" peringat Eisa dengan mata memelotot ke arah Juan.

Juan mengangguk, setelah Eisa menurunkan tangannya dari bibir Juan, Juan kembali bertanya, "Kenapa kau menjauhiku? Kau bahkan tak mengangkat telepon, atau pesan yang kukirimkan padamu. Padahal kau berjanji, untuk selalu menemaniku."

Akhirnya Eisa tak memiliki alasan lagi untuk mengelak. Wanita itu mencoba mengakhiri hubungannya dengan jelas kepada Juan. "Dengar ini, Tuan Juan. Aku menjadi kekasihmu, karena aku sedang menjalankan sebuah misi. Aku sama sekali tidak tertarik dengan hubungan kita. Kau hanya bagian dari misiku saja! Lalu setelah aku tak membutuhkanmu, aku akhirnya akan meningga---"

Belum sempat Eisa mengakhiri ucapannya, wanita itu sudah lebih dulu merasakan mual. Pada akhirnya tubuh Eisa melemas, dan Juan tiba-tiba membantu Eisa. Pria itu bahkan mengantarkan Eisa sampai ke toilet, dan membantu wanita itu untuk membersihkan diri.

Dari kondisi Elsa yang tak baik-baik saja. Kemudian melihat testpack di tas gadis itu, Juan menebak, "Kau sedang hamil?"

"Bukan urusanmu," jawab Eisa.

Juan mengelap bibir Eisa dengan sapu tangan miliknya. Tidak ada rasa jijik, atau rasa malu saat melihat wanita di depannya. Suaranya tetap rendah, sembari menebak, "Sepertinya kau menjauhiku, karena tak ingin aku terlibat dalam masalahmu. Sebenarnya kau sedang mengandung anakku, kan?"

Bahkan ketika Eisa sudah meninggalkannya, Juan masih bisa berpikir positif tentang kehamilan Eisa. Eisa tak habis pikir dengan isi pikiran Juan. Ketika kebanyakan pria asing yang menghamili wanita di luar nikah, akan kabur. Berbeda lagi dengan Juan yang malah mendekati Eisa dan bertanya tentang kondisi Eisa saat ini.

Eisa tersenyum kecut. Dia kemudian mengelak, "Kau pikir aku hanya tidur denganmu saja? Tidak, Juan. Selain dirimu, aku juga sudah tidur dengan pria lain. Jadi, jangan berpikir jika ini adalah anakmu!"

"Cepat menjauh dariku, dan lupakan aku!" perintah Eisa.

Juan masih belum menyerah. Pria itu berkata dengan wajah tanpa dosa. "Kau berbohong. Buktinya kau masih perawan, saat kita berhubungan. Hanya aku saja, yang sudah berani menitipkan calon anak-anakku padamu."

"Sebelum itu, kau tak pernah membiarkan pria lain tidur bersamamu, atau bahkan menyentuh tubuhmu sedikit saja," jelas Juan.

Eisa memelototkan mata, karena semua tebakan Juan adalah fakta. Dia sudah berulang kali kehilangan kewarasannya saat bersama Juan. Namun, wanita itu selalu waspada terhadap pria lain. Karena dia dulu berpikir, jika Juan tak seberbahaya pria lainnya.

"Astaga, bagaimana dia bisa tahu?" gumam Eisa kebingungan sendiri.

Tiba-tiba Juan memegangi kedua bahu Eisa. Pria itu mencoba menenangkan, "Jika kau memiliki masalah, katakan padaku. Jangan ragu-ragu untuk meminta bantuanku. Kau selalu ada ketika aku putus asa dengan hidup ini. Sekarang, aku juga ingin membalas semua perbuatan baikmu."

"Ayo kita periksa kandunganmu ke dokter terlebih dahulu, setelah itu aku akan melamar dan menikahimu. Kau tidak sendirian lagi," ungkap Juan.

"Jadi, jangan berbohong untuk menyembunyikan masalahmu dariku," ujar Juan.

Eisa mengepalkan kedua tangannya. Dia ikut memegangi kedua bahu Juan, kemudian memperingati, "Sudah kubilang berapa kali?! Untuk tidak mempercayai siapa pun di dunia ini, selain dirimu sendiri! Aku ini pendosa! Wanita kotor! Berbahaya! Mes*m! Kenapa kau tak mengerti juga?!"

"Hanya karena aku menolongmu sekali, bukan berarti aku ini wanita baik-baik! Jangan berkata seenak jidat seperti ini!" jelas Eisa mulai kesal.

Sebelum Eisa melanjutkan hinaan terhadap dirinya sendiri, tiba-tiba Juan mendaratkan bibirnya untuk membungkam semua keluhan Eisa. Pria itu tersenyum, kemudian memberitahu, "Aku tahu kau adalah wanita baik-baik. Semua perkataan yang kau katakan saat ini adalah kebohongan. Aku hanya akan mempercayai ucapan yang kau sebutkan, saat dirimu mabuk."

"Karena saat dalam keadaan sadar seperti ini, kau tak pernah berkata jujur pada orang lain. Itu yang kau katakan padaku saat kau mabuk dulu. Jadi, aku tak percaya jika kau mengatakannya dalam keadaan sadar seperti ini, " jelas Juan.

Eisa memelototkan mata, tak percaya dengan apa baru saja dikatakan Juan. Berapa banyak, rahasianya yang dia bongkar pada Juan ketika mabuk dulu? Kenapa Juan tampak tak mempermasalahkan semua latar belakang Eisa? Padahal pria itu pasti tahu, jika Eisa berasal dari keluarga aliran sesat.

"Ayo kita periksa buah hati kita dulu," pinta Juan sembari mengusap lembut perut Eisa. Dari tatapan berbinar Juan, dan senyuman hangat yang ditujukan pada perut Eisa. Eisa bisa menebak jika Juan mendambakan bayi mereka. Namun, Eisa tak bisa menerima malaikat kecil ini begitu saja. Mimpinya adalah menjadi pengganti ayahnya, dan membuktikan dirinya bisa berkuasa. Bukan malah menjadi ibu dari anak manja pewaris perusahaan ternama.

Eisa jadi penasaran, sejauh apa Juan tahu Identitasnya. Wanita itu menahan pergelangan tangan Juan, yang tengah asyik mengusap perut kecilnya. Dia kemudian bertanya kepada Juan. "Saat aku mabuk, apa saja yang aku katakan padamu?"

••• 

MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang