05. Angkat Kaki (2)

307 49 11
                                    


"Anak dan calon istriku tak boleh terkena satu tetes air hujan pun," kata Juan.

Eisa segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia tak mau, Juan mengetahui masalah yang tengah dia hadapi, lewat ekspresi wajahnya saat ini. Oleh sebab itu, Eisa terbatuk beberapa kali, sebelum bertanya, "Kau menguntitku?"

Juan menggelengkan kepala. Dia kemudian mengambil tas Eisa, beserta kopernya. Setelah itu, Juan menyerahkan kedua benda itu kepada pengawal di belakang tubuhnya. Namun, sebelum menyerahkan benda itu Juan sempat mengeluarkan alat pelacak di dalam tas Eisa.

"Aku hanya menempatkan alat ini, untuk meneliti di mana keberadaan anak dan calon istriku," kata Juan.

Eisa mengepalkan kedua tangannya. Dia langsung merampas alat kecil di tangan Juan, lalu menjatuhkannya ke tanah. Tanpa izin, Eisa menginjak benda itu tepat di hadapan Juan, lalu menunjuk jemarinya ke depan pria itu. "Ini pelanggaran. Kau menguntit, dan itu berarti kau melanggar privasiku!"

"Privasimu? Apa salahnya jika aku ingin memastikan keselamatan anakku? Ayolah Eisa, ikut aku dan akan kulindungi kalian berdua," kata Juan.

"Melindungi kau bilang? Nyawamu sedang diincar saudara-saudara jauhmu, tapi kau masih berpikir untuk melindungi orang lain?" gertak Eisa.

Eisa menundukkan kepala. Dia melihat telapak tangan Juan mengincar perutnya, tetapi Eisa sudah lebih dulu menepisnya. Sejujurnya terlintas di pikiran Eisa untuk melenyapkan anaknya, kemudian kembali datang ke hadapan sang ayah untuk meminta ampunan.

Namun, melihat Juan begitu terobsesi dengan  bayi di dalam kandungannya, membuat Eisa memiliki senjata untuk memanfaatkan Juan. "Aku tak boleh jadi gelandangan sekarang. Setidaknya, akan kumanfaatkan kekayaan pria ini untuk beberapa hari, sebelum aku mendapatkan permintaan maaf."

Eisa mulai luluh, dan berkata kepada Juan, "Kau yakin menerima anak ini?"

"Tentu saja, hari ini aku bahkan akan membawamu ke rumah orang tuaku, untuk meminta izin menikah denganmu. Kita pamerkan isi perutmu itu," jelas Juan.

Eisa berdecak, sudah dia duga jika anak yang ada di dalam kandungannya hanya alat untuk melepaskan diri dari pernikahan yang tak diinginkan saja.

Eisa lalu berkata, "Juan asal kau tahu, aku mungkin bukan pasangan yang cocok untukmu. Aku bukan Elsa yang akan pasrah menuruti apa pun keinginanmu seperti dulu."

Juan tersenyum, lalu mencolek hidung Eisa. Dia menyipitkan mata, kemudian berkata, "Jauh dari dirimu sendiri, aku mengetahui semuanya tentangmu. Dan aku yakin, aku bisa menjadi pemimpin untuk rumah tangga kita."

Ucapan Juan membuat bulu kuduk Eisa merinding. Eisa jadi menebak-nebak, jika Juan telah mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya. Namun, tiba-tiba Juan mendekat ke arahnya, lalu menarik pinggang Eisa untuk semakin maju ke depan. Juan berbisik, "Saat kau mabuk, aku sudah menganalisis semua hal tentangmu. Dan ternyata, kita cocok."

Eisa mengeluarkan napas panjang. Dia pikir Juan tak seperti bayangannya saat pertama dulu. Namun kenyataannya? Pria itu adalah pria berbahaya, karena berani menitipkan anaknya ke dalam rahim Eisa. Sekarang Eisa bisa apa? Selain menurut?

"Aku tak memiliki pilihan lain, selain menerima tawaranmu. Tapi Juan, aku tidak bisa memastikan anak ini akan terus berada di dalam rahimku, sampai dia lahir," jelas Eisa memberi peringatan kepada Juan.

Juan tiba-tiba menurunkan sudut bibirnya. Dia lalu berjongkok, dan menyentuh perut Eisa. Wajahnya sedikit demi sedikit mulai mendongak, dia mengecup perut rata itu, kemudian berbisik, "Adik bayi tenang saja, ayah tak akan membiarkanmu tergores sedikit saja. Mau atau tidak, ibumu pasti akan melahirkanmu dengan selamat. Ayah pastikan itu."

•••

MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang