03. Sebelum Mengandung (1)

923 97 13
                                    

Hari-hari sebelum Eisa mengandung:

Sudut bibir melengkung ke atas. Mata runcing yang menyipit seperti bulan sabit. Gaun selutut berwarna putih cerah, disertai suara lembut bak malaikat. Eisa bersumpah, jika dia tak akan mau tampil seperti ini, jika bukan karena menjalankan sebuah misi.

Misi Eisa hari ini adalah menggantikan sosok Elsa, seorang wanita penghibur yang berpura-pura menjadi psikiater untuk memenuhi panggilan Juan. Juan sendiri merupakan anak bungsu dari pemilik perusahaan ternama, yang sedang putus cinta.

Pria itu ingin mencurahkan semua kegelisahan hatinya, tetapi dia tak ingin orang terdekatnya tahu masalahnya saat ini. Oleh karena itu, Juan sengaja menyewa psikiater sekaligus wanita penghibur. Meskipun akhirnya, yang dia dapatkan adalah seorang mata-mata.

"Padahal dia berjanji akan menungguku untuk melamar, tetapi dia lebih memilih menerima lamaran musuh keluargaku. Aku merasa dihianati," jelas Juan dengan tatapan kosong. Tangan pria itu menyangga pipi, sembari mengeluarkan napas panjang.

Eisa pura-pura mengangguk, dan memahami masalah Juan saat ini. Dia mengernyitkan kening, dengan mata berkaca-kaca. Setelah itu, Eisa memegangi punggung tangan Juan, lalu berkata, "Pasti sulit untukmu menerima kenyataan ini. Siapa juga orang yang tak sakit hati, ketika wanita yang sudah diberi segalanya, ternyata malah memilih musuhmu. Aku tahu rasanya kehilangan sekaligus penghianatan itu seperti apa. Rasanya pasti sangat tidak enak."

Eisa berusaha memahami Juan, dan Juan langsung mengangguk setuju. Pria itu melirik ke arah Eisa, lalu berkata, "Rasanya benar-benar sangat sakit! Tapi keluargaku, tak ada yang peduli pada perasaanku."

"Mereka pikir, sebagai seorang pria harusnya aku tak sakit hati dan bersikap biasa-biasa saja! Lalu mereka memaksaku menikah dengan wanita pilihan mereka, padahal aku sendiri masih sakit hati," jelas Juan.

Eisa menggeleng-gelengkan kepala, dia lalu berkata, "Memangnya pria bukan manusia? Manusia mempunyai hati, jadi wajar jika kau merasa sedih dihianati seperti ini."

Juan membinarkan matanya, lalu tersenyum lebar. Selama ini, dia membutuhkan orang yang berada di sisinya, untuk memahami perasaan yang dia rasakan. Akan tetapi, Juan selalu mendapatkan orang yang memerintah dirinya, tanpa mempedulikan perasaan atau pemikirannya.

Hal ini membuat Juan menggenggam erat tangan Eisa, sampai Eisa tersentak kaget. "Terima kasih Elsa, karena mau menerima tawaranku untuk bertemu. Aku membutuhkan teman untuk mendengarkan semua keluh kesahku, bukan orang yang hanya bisa menghakimiku saja."

Eisa tersenyum, meskipun jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, karena takut ketahuan. Dia masih mencoba memerankan sosok Elsa sebagai teman penghibur Juan. Sampai Juan menceritakan semua masalah hidup, dan Elsa sibuk menerima informasi terbaru tentang keluarga Juan.

Eisa bergumam, "Kakaknya Juan baru meninggal beberapa bulan lalu, dan Juan si anak manja sekarang merupakan satu-satunya pengganti sang kakak. Tetapi karena dia manja, dan naif, para saudara jauh keluarganya mulai mengincar keselamatan Juan juga."

"Miris, lagi-lagi harta membuat mata manusia menjadi buta. Dan parahnya lagi, aku ditugaskan untuk memata-matai sekaligus menerima informasi, untuk mencelakai Juan sendiri," gumam Eisa.

"Juan, kau tak seharusnya mempercayai semua manusia di sisimu," gumam Eisa.

Setelah mengobrol dan memakan makanan di restoran. Eisa memiliki banyak informasi baru di dalam otaknya. Dia tersenyum, karena misinya untuk memenuhi tugas berhasil dia lalui dengan lancar. Namun, ketika melihat Juan tiba-tiba menurunkan sudut bibirnya, Eisa jadi mengernyitkan kening.

"Meskipun aku sudah mendapatkan informasi yang kumau, tapi aku masih bertugas sebagai wanita penghiburnya," batin Eisa.

Eisa berdiri dari duduknya. Dia berjalan ke depan Juan, lalu menyentuh bahu sang pria. Eisa berbisik, "Ada apa? Apa yang membuat senyummu luntur lagi? Jika ada masalah, katakan padaku saja, sampai kegelisahanmu mereda."

Juan menunjukkan layar ponselnya. Dia tersenyum miris, lalu berkata, "Mantanku baru saja memposting videonya berdansa, di acara tukar cincinnya."

"Padahal aku yang mengajarinya berdansa, tapi ternyata... dia sekarang berdansa dengan pasangan barunya," gumam Juan.

Eisa menurunkan sudut bibirnya. Dia menebak, "Dari ceritamu ssbelumnya, aku tebak jika kau pasti sangat suka seni."

Juan mengangguk, lalu berkata, "Seni akting, menyanyi, menari, memainkan alat musik aku memang menyukai semuanya. Tapi tidak dengan ini seni yang satu ini, menyaksikan mantanku menari dengan musuhku."

Eisa tersenyum, lalu menjulurkan telapak tangannya di depan Juan. "Kalau begitu, mau mencoba menari denganku?" tawarnya.

Juan melirik ke sekelilingnya. Dia kemudian mengernyitkan kening bingung. "Aku sedang tak ingin menari ketika suasana hatiku buruk."

Eisa tersenyum, lalu menjawab, "Aku tahu, dan aku akan mengajakmu mengurangi kesedihanmu dengan menari. Bukannya kau suka hiburan?"

Juan mengangguk, lalu tersenyum kikuk. "Tapi, banyak orang yang melihat. Apa kau tak malu?"

Eisa tersenyum, lalu menyentuh kedua bahu Juan. Dia melingkarkan tangannya di leher pria itu, lalu menatapnya tanpa berkedip. "Malu? Kenapa harus malu? Lagi pula kau sudah menyewa sekaligus membayar tempat ini, bukan? Musik juga berjalan, karena kau membayarnya."

"Tak akan ada yang mengganggu kita, dan kita tak perlu memikirkan pandangan orang lain. Memikirkan pandangan mereka tak akan membuat kita bahagia," jelas Eisa.

Sebenarnya tawaran yang Eisa buat, hanya Eisa berikan supaya Juan percaya dirinya adalah seorang wanita penghibur. Namun, Juan ternyata berdiri dan menarik pinggang Eisa untuk lebih dekat dengannya. Pria itu menerima tawaran Eisa dengan bisikan di telinga. Sampai seluruh bulu kuduk Eisa merinding. "Aku terima tawaranmu, Nona Elsa."

•••

MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang