Wounds

386 57 46
                                    

Hujan salju kembali menutupi bumi dengan bubuk putihnya yang memberi suhu dingin itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan salju kembali menutupi bumi dengan bubuk putihnya yang memberi suhu dingin itu.

Para warga mendekam di rumah, dihadapan perapian ataupun penghangat, ditemani segelas cokelat hangat dan alunan musik klasik.

Para anjing dan kucing mulai tidur dihadapan perapian, sembari mendengkur kecil karena rasa hangat yang nyaman.

Namun sayangnya, para siswa masih harus berada di sekolah.
Hendery hanya melamun sambil menatap turunnya butiran salju ke sisi jendela.

Kelas itu benar-benar ribut, membisingkan semua suara lain dari pendengarannya.

Sebuah tepukan menyadarkan Hendery dari lamunannya, ia menoleh.

"Hendery, apa yang kau perhatikan?" tanya Yangyang.

"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya, melamun."

"Jangan terlalu sering melamun, nanti kau akan kerasukan setan." canda Yangyang lalu kembali duduk di bangkunya.

"Memangnya setan mana yang berani merasukiku?" gumam Hendery.

"Pardon?"

"Bukan apa-apa." bohongnya.

Terkadang Hendery heran dengan pendengaran Yangyang yang tajam, sampai bisa mendengar gumaman kecilnya setiap saat. Padahal dulu tidak seperti itu.

Entah mungkin karena obat yang ia berikan...?

Hendery tidak tahu pasti.

Drrt.

Getaran yang berasal dari ponselnya itu sedikit mengejutkannya. Hendery meraih ponsel di saku celana dan menatap layarnya.
Ada sebuah panggilan dari Lucas, ia dengan cepat mengangkatnya.

"Halo, Ge?"

"Halo, Dear. Apa kalian masih belum pulang?" tanyanya dari seberang.

"Eum, belum. Kami terjebak disini, ada apa Ge?"

"Jadi begini, aku tidak bisa pulang hari ini karena ada rapat sampai sore, dan aku menitipkanmu sementara di rumah Pendeta Xiao."

Mendengar ucapan Lucas, manik Hendery segera membulat. Ia bangkit dari bangkunya dan melangkah keluar dari kelas.
Kakinya melesat menuju unit kesehatan yang saat itu tengah sepi.

"Untuk apa aku dititipkan? Aku bisa pulang sendiri Ge-"

"Yang Zi berkata, hujan salju di daerah sana sangat deras. Terlalu berbahaya untukmu jika pulang sendiri tanpa kendaraan." potong Lucas dengan nada khawatir.

"Aku bisa pulang naik bus atau menumpang dengan temanku." lawan Hendery seraya menukik bibirnya

"Tidak ada bantahan, Hendery Huang. Kau akan pulang bersama anak pendeta itu."

"Aish, Ge, kenapa harus rumah Pendeta Xiao? Bukankah kenalanmu banyak?" rengek lelaki bermanik kelam tersebut.

"Karena hanya rumah Pendeta Xiao yang terdekat dari sekolahmu. Lagipula, tidak apa-apa, kan? Kau bahkan bisa bermain dengannya, Dear."

Clair De LuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang