Daydream

269 40 25
                                    

Seduhan teh hangat itu menguap diatas nakas kamar Xiaojun, tidak tersentuh sedikitpun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seduhan teh hangat itu menguap diatas nakas kamar Xiaojun, tidak tersentuh sedikitpun.
Bongkahan gula hanya didiamkan begitu saja disampingnya, menunggu untuk para semut mengangkutnya.

Kaki kurusnya ia ayunkan kedepan dan kebelakang, sembari melamun.

Oh, tapi apa yang ia lamunkan?

Huang Hendery tidak pernah melamun. Karena menurutnya, melamun hanyalah membuang waktunya.
Memangnya apa yang muncul dilamunan? Hanya seonggok mimpi yang konyol, tidak ada gunanya jika dipikirkan.

"Hendery."

"Hm?"

"Kau sudah mendiamkan tehmu selama 10 menit." tegur Xiaojun.

Ia menghela napasnya, menatap teh yang mulai dingin itu dengan malas. Hendery baik-baik saja, tidak perlu teh, hanya perlu waktu untuk menenangkan diri.
Namun Xiaojun tidak mau meninggalkannya sendiri.

Well, biarpun sudah berpacaran, ia masih tak bisa mempercayai Hendery sepenuhnya untuk berada di kamarnya sendirian.

"Aku tidak ingin teh." ucap Hendery.

"Kita baru saja kembali dari luar, setidaknya minumlah sedikit untuk menghangatkan tubuhmu."

"Aku bilang, ti-dak."

"Hendery."

Untuk pertama kalinya, suara Xiaojun sedikit lebih rendah. Semacam memperingatkannya, namun Hendery benar-benar keras kepala. Helaan napas pelan terdengar lagi dari Hendery.

Entah harus berbuat apa, ia merasa sangat bosan, kesal dan mati rasa.

"Hen-"

"Bisa tolong ambilkan aku aspirin? Kepalaku sangat sakit." potong Hendery.

Awalnya Xiaojun ingin menolak tapi pada akhirnya ia benar-benar keluar untuk mencari aspirin.
Ia beranjak dari tepi kasur, dan keluar dari kamar.
Sebenarnya Hendery tidak sakit kepala, ia hanya ingin sendiri untuk beberapa saat.

Lelaki bermanik kelam itu ikut beranjak dari duduknya, kakinya melangkah ke arah jendela yang mulai membeku karena cuaca.
Maniknya menangkap butiran salju yang beterbangan di luar, bagaikan bunga dandelion beku.

"Waktu berlalu dengan cepat." gumamnya.

Ia beralih ke hadapan kalender yang terletak didekat cermin Xiaojun. Hari ini, adalah hari pertama di minggu keempat.

Berarti sudah dekat dengan akhir bulan, kan?

Jika sudah dekat dengan akhir bulan, maka awal bulan baru pun akan datang. Hendery sadar waktunya semakin menipis, tapi ia tidak tahu harus bagaimana.

Terlalu cepat baginya, semua seperti sedang melamun beberapa lama kemudian disadarkan kembali ke kenyataan.

Tanpa sadar, ia menatap foto keluarga Xiao yang pernah ia pecahkan. Bagian kaca yang pecah itu disatukan lagi dengan selotip bening, membuat Hendery terkekeh.
Xiaojun pasti ingin keluarga seperti bingkai kaca foto ini.
Ia ingin keluarganya, biarpun retak dan hancur, masih bisa tetap menyatu.

Clair De LuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang