Bab 6

65 35 4
                                    

Typo bertebaran help me...

***

Hari minggu, waktunya bagi keluarga Zifa beraktivitas bersama yaitu joging disekitar perumahan komplek yang mereka tinggali. Setiap hari minggu banyak warga sekitar juga yang melakukan joging bersama keluarganya. Sepanjang jalan banyak juga warga yang menyapa keluarga Zifa.

"Ayah, bunda! Berhenti dulu ihh! Zifa capek!" Ucap Zifa  menghela nafas kasar dengan keringat yang bercucuran. Roy dan Nadia pun menghampiri anaknya yang ada dibelakangnya.

"Baru segitu aja dah ngeluh! Perasaan dari tadi kamu bukannya lari tapi jal---"

"Udah toh bund, anak mu ini kecapean! Jangan marah terus, ayah beli minum dulu. Mendingan bunda sama Zifa neduh dipohon itu!" Roy pun memotong pembicaraan istrinya itu, dan menyuruh istri dan anaknya berteduh dipohon rimbun yang Roy tunjukkan.
Nadia dan Zifa pun beristirahat ditempat yang Roy tunjukkan.

Takk!

"Ihhh, bunda!" Ucap Zifa menatap tajam bundanya seraya mengelus jidatnya yang dijitak oleh bundanya.

"Lagian kamu ngelamun sih! Ngelamunin apa coba?" Ucap Nadia bertanya-tanya. Zifa hanya menggelengkan kepalanya.

"Ini diminum dulu!" Ucap Roy yang tiba-tiba sudah duduk disamping Zifa. Zifa pun menerima minuman yang disodorkan oleh ayahnya.

"Manjain ajh anaknya! Aku apalah hanya butiran debu yang ga dibutuhkan." Ucap Nadia menyindir Roy, suaminya itu memang kelewatan. Bagaimana tidak kesal dengan suaminya itu, masa minumannya cuma hanya untuk anaknya. Dirinya pun juga haus. Huh menyebalkan memang.

Roy dan Zifa pun terkikik geli karena melihat ekspresi bundanya saat ini. Zifa akui, bundanya itu memang agak sedikit cemburu kepadanya. Mungkin karena dia juga selalu bermanja-manjaan dengan ayahnya.

"Apaan sih bun, anak sendiri masa harus dicemburuin segala! Bunda ga seru ah!" Ucap Zifa dengan nada yang dibuat merajuk. Nadia pun hanya mencibirkan bibirnya.

"Utuutu makin sayang bundanya Zifa deh! Kirain ayah, bunda ga haus. Ya udah ayah beli satu deh." Ucap Roy dengan wajah tanpa dosanya itu. Nadia hanya mengerucutkan bibirnya, membuat Zifa gemas sendiri.

"Ayah sana anterin bunda beli minum! Zifa juga mau pergi sebentar sama Ciara, Liza boleh ya yah?" Ucap Zifa seraya mengeluarkan jurus andalannya, yaitu muka memelas.
Sebenarnya Zifa malas keluar hari ini, namun karena sahabatnya yang tak mau berhenti mengirimkan dia pesan jadilah ia harus pergi bersama sahabatnya. Zifa pikir juga ini adalah sebagai bentuk permintaan maaf dari dia karena waktu kemarin-kemarin ia pulang terlebih dahulu.

"Ya udah iya, tapi Zifa harus inget! Ga boleh pulang malam oke!" Ucap Nadia dan Roy bersamaan. Kebiasaan Zifa jika sudah bermain bersama sahabatnya, maka Zifa pasti akan lupa waktu. Kebiasaan buruk yang Zifa terapkan itu, membuat orangtuanya khawatir. Wajarkan jika orang tua yang khawatir pada anaknya? Yang ga wajar itu, ketika orangtua yang tidak khawatir pada keadaan anaknya. Iya bukan sih?

"Kalau jodoh dunia akhirat itu beda ajh! Ada romantis-romantisnya walaupun galak juga," ucap Zifa seraya mencium tangan keduanya. Dan setelah itu berlari untuk menghindari amukan dari bundanya.

"Zifa! Bunda malu! Awas kamu ya!"
Roy hanya menutup telinganya. Istrinya jika sudah mengeluarkan suara emasnya, maka seisi dunia akan terguncang. Dan benar saja, para warga yang sedang melakukan aktivitasnya banyak melihat kearah mereka. Istrinya memang menyebalkan, tapi Roy mencintainya juga. Biar bagaimanapun istrinya adalah kehidupan bagi dirinya dan anaknya.

                                                                      *** 

"Kebiasaan deh! Lu kalau ditungguin lama. Ehh kalau ga ditungguin ajh, udah kerajinan banget dateng duluan!" Ucap Liza dan Ciara bersamaan seraya menatap Zifa dengan malas.

ZIFTAR (Zifa dan Akhtar) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang