23 - Percobaan Bunuh Diri

85.4K 8.4K 141
                                    

Baca sampe akhir ya, nini mau ngomong penting. ❤

***

"Papah? "

Zhiva berkata dengan suara yang sangat lirih, rasanya dia tidak percaya jika Justin lah orang yang membunuh Fira. Orang yang notabenya istrinya sendiri, orang yang berjuang mati-matian melawan depresi karenanya.

"Zhiva tenang. " bisik Aster memperingati Zhiva.

Sedangkan Justin hanya menunduk diam, dia memang bersalah dan dia menyadari itu. Jika Zhiva marah padanya pun itu wajar, dan dia akan menerimanya.

"Papah? Gak salah? Aku kira papah gak sejahat ini, ak-aku kira pa... " Zhiva tidak bisa melanjutkan ucapannya, dia tidak bisa menahan air matanya.

"Maafin saya. "

"MINTA MAAF APA? MAMAH UDAH NGGAK ADA PAHH, MAMAH UDAH MENINGGAL GARA-GARA PAPAH!!! " suara Zhiva naik satu oktaf, bahkan Aster sampai menahan tubuh gadis itu saat hendak maju mendekat ke arah Justin.

"Saya minta maaf. "

"ZHIVA BENCI SAMA PAPAHHHHH! " teriaknya tepat dihadapan Justin.

"Maafin saya, Zhiva. "

Zhiva menggelengkan kepalanya dengan cepat, dia menarik tangan Aster untuk segera keluar dari kantor polisi ini. Dia dengan segera masuk ke dalam nobil, menangis tersedu-sedu didalam sana.

Sungguh tidak pernah terlintas dalam benak Zhiva jika Justinlah pembunuh ibunya, Zhiva tau jika Justin memang orang yang tidak setia dan suka main tangan. Tapi dia kira Justin tidak akan setega itu membunuh istrinya sendiri.

Selama ini Zhiva hanya diam saat Justin menyakitinya, tidak pernah berontak apalagi kabur dari rumah. Itu semua ia lakukan demi Fira, tapi sekarang? Dengan entengnya Justin membunuh Fira.

Kedua tangannya menutup wajahnya sendiri, hanya terdengar suara tangisan yang memilukan. Saat ia merasakan pelukan pada tubuhnya, tangis Zhiva semakin pecah. Dengan cepat dia membalas pelukan itu, mencengkam kuat tubuh Aster menyalurkan segala kesedihannya.

"Aku hiksss gak yangka... " lirih Zhiva berbisik.

"Jangan benci sama dia. "

"Aku benci. "

Aster mengelus pelan punggung Zhiva, dia cukup paham apa yang Zhiva rasakan. Pasti sangat sakit mengingat ibunya dibunuh oleh ayahnya sendiri.

***

Aster mengantarkan Zhiva ke apartemen, tadi perempuan itu meminta untuk pulang saja. Dia tidak mau pergi kemana-mana, bahkan dia tidak mau Aster menemaninya.

"Aku temenin disini ya? " bujuk Aster entah untuk yang ke berapa kali.

"Aku pengen sendiri. "

"Nanti aku di ruang tamu aja, kamu di ka-"

"Pulang Ter. "

"Hhh, yaudah aku pulang. Kamu jaga diri baik-baik. " putus Aster pada akhirnya.

Sebelum pergi Aster memeluk Zhiva singkat dan mencium puncak kepalanya, dibalas oleh Zhiva dengan mencium pipi laki-laki itu.

ASTERLIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang