Selamat MEMBACA!
Kabar kehamilan Layla sudah menyebar hingga ke seluruh telinga keluarga keduanya.
Sore ini adik dari papah Aryo datang menjenguk Layla yang masih di rawat dirumah sakit.
"Badan kamu kurusan La, diet ya?"
"Kalau lagi hamil jangan diet, kasian anaknya. Lagian kamu kalau niat pengen kurus jangan diet pas hamil. Nyiksa anak namanya." Ujar tante Soraya berdecak heran.
Layla menghela nafas perlahan, mencoba kebal dengan segala omongan tante dan sepupu-sepupu Aryo yang sejak kemarin silih berganti menjenguknya
"Saya nggak diet tante, memang karena morning sickness jadi bawaannya mual terus dan nggak nafsu makan."
"Dipaksain atuh La, jangan manja gitu kasian anaknya."
"Assalamualaikum."
Layla menatap Aryo yang baru saja pulang dari kantor selepas menghadiri meeting bersama buyer.
"Eh Yo, gimana kerjaan kamu? Lancar?"
Aryo tersenyum "lancar tante."
"Karena kamu sudah datang, tante pamit dulu ya."
Aryo mengangguk "hati-hati tante, terimakasih sudah menjenguk Layla."
"Santai aja yo, La inget pesen tante ya."
Layla berusaha tersenyum meski moodnya hancur.
Bedrest ini sungguh menyiksa Layla, niat hatinya ingin damai justru telinga dan hatinya panas mendengar semua omongan dari saudara-saudara Aryo yang selalu memojokannya.
Mood wanita itu semakin kacau balau, belum lagi masalahnya dengan Aryo yang masih belum menemukan titik terang meski saat ini sifat Aryo mulai sedikit melunak dan perhatian.
"Makan dulu La, saya bawain pizza toping rendang yang tempo hari kamu tanyain ke saya."
"Saya nggak laper mas."
"Kamu mau jus?"
Layla menggeleng
"Atau makanan yang lain? Cemilan mungkin?"
Lagi-lagi Layla menggeleng, membuat Aryo jengkel.
"Terus kamu maunya apa? Bilang. Jangan diem aja. Saya bukan dukun." Ujar Aryo frustasi.
"Saya mau bedrest dirumah. Saya nggak mau dijenguk sama saudara-saudara mas Aryo. Saya capek mas, telinga saya panas, hati saya sakit." Ungkap Layla yang kini sudah menangis, perasaannya benar-bebar kacau.
Aryo menghela nafas "Niat mereka baik La. Mereka sayang sama saya, kamu dan calon anak kita."
Layla yang masih bersimbah air mata kini menatap Aryo penuh luka.
"Mas bilang begitu karena mas nggak pernah tau apa yang mereka katakan dan apa yang saya rasain."
"Fine, saya atur semuanya."
Sore menjelang, Aryo dan Layla kini berada di dalam mobil menuju ke tempat yang sudah Aryo sediakan.
"Kita mau kemana?"
"Ke tempat dimana kita bisa nyaman dan rileks." Jawab Aryo.
"Satu minggu kedepan saya off dari kantor, saya ambil cuti untuk kita." Lanjut Aryo
"Kita butuh waktu untuk meluruskan semuanya demi rumah tangga kita." Imbuh pria itu.
Sebuah vila sederhana dua tingkat dengan pemandangan serba hijau menjadi pilihan Aryo. Vila ini adalah milik sepupunya.
"Kebutuhan kita semua sudah ada di dalam. Ayo masuk." Ajak Aryo mengulurkan tangannta pada Layla.
Sejenak Layla memandang tangan itu, butuh beberapa detik hingga ia menerima uluran itu.
Hap!
Hangat menjalar di permukaan tangan Layla, begitupun dengan Aryo.
"Disini ada wak Darsih, yang aka masak dan beres-beres. Kita mandi dulu sekarang baru kita makan."
"Kamu pengen makan apa?"
Layla nampak berpikir, hingga kemudian pilihannya jatuh pada soto.
"Saya siapkan air hangat dulu untuk kita berendam."
Wanita itu mengangguk, ia duduk di pinggir ranjang kayu jati berkelambu putih sambil meneliti ornamen-ornamen kayu di kamar yang akan ia tempati seminggu kedepan.
....
"La.."
"Hmm?"
Aryo menatap Layla yang duduk bersandar dihadapannya. Wanita itu menutup matanya menikmati aroma bunga dan hangatnya air yang merendam tubuhnya.
"Maafkan saya ya."
Perlahan Layla membuka matanya, menatap Aryo sekilas lalu menutup matanya kembali sembari mengambil nafas dalam-dalam.
"Saya sadar saya mempunyai banyak kekurangan sebagai teman hidup kamu."
"Saya mau berubah demi kamu, demi anak kita. Tegur saya kalau saya ada salah, jangan hanya diam dan berspekulasi sendiri. Saya...
"Saya sayang La sama kamu."
Layla tertegun. Padahal ini bukan sebuah ungkapan cinta.. tapi mengapa terasa sangat mendebarkan?
"Ekhm.. Layla juga minta maaf mas, nggak seharusnya Layla banyak menuntut."
"Layla juga bukan istri yang baik."
Aryo cepat-cepat menggeleng, pria itu membawa Layla bersandar di dadanya.
"You're the best La, you are the only one I want. And I couldn't ask for a better wife."
"Cuma kamu yang bisa membuat perasaan saya selalu menghangat. Cuma kamu yang bisa menerima segala kekurangan saya. Kamu sempurna untuk saya."
Layla mendongak menatap Aryo dalam-dalam dan mendaratkan sebuah kecupan di bibir Aryo.
"Layla yang beruntung mas.. Layla nggak cantik, Layla juga tidak secerdas dan secemerlang teman-teman wanita mas. Tapi Layla bisa punya suami seperti mas."
Aryo menggeleng "saya jauh lebih beruntung."
Jemari Aryo menari diatas perut Layla, satu tangannya ia gunakan untuk memijat pundak kanan dan tengkuk Layla.
"Jangan sakit lagi ya bundanya bayi."
Temaram sinar bulan mulai menguasai gelapnya langit malam ditemani taburan bintang.
Suasana begitu syahdu, semesta seolah mendukung dua insan yang baru saja menyatukan hati mereka, mencoba berdamai dengan masa lalu dan bergandengan tangan berdua menyambut masa depan.
Mereka yakin, di masa depan mereka akan melewati banyak kerikil rumah tangga, namun kuat pula keyakinan mereka bahwa mereka akan saling menguatkan, menjaga dan mengingatkan satu sama lain.
End
Bontang 19 Januari 2K21With LOVE
Q.ArmaTenang.. masih banyak ekstra part!!!
Cerita ini bakalan ringan konflik.. karena saya merasa hidup ini sudah cukup berat.. maka saya putuskan bahwa cerita ini akan ringan-ringan saja.
Tencu
Kedepan saya akan angkat konflik2 ringan saja seputar keluarga ini.
Semoga kalian suka
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Husband [SHORT STORY] [COMPLETED]
Short StoryHIGH RANKS #7 in Short Story (25/01/21) #4 in Short Story ( 25/05/21) Layla Malisha, seorang guru taman kanak-kanak di sebuah desa yang terletak cukup jauh dari perkotaan. Hidupnya semula damai dan bahagia, hingga sebuah perjodohan yang telah orangt...