"Kebahagiaan tidak selalu tentang harta, bisa saja harta yang akan merenggut suatu kebahagiaan secara perlahan"
Selamat membaca
Bagian sepuluh
[Perih]
***
Kini devian baru saja sampai di rumahnya, hari ini cukup lelah untuk devian. Cukup menguras tenaga dan pikiran, walaupun lebih mendominasi ke pikiran.
Di tambah lagi dengan urusan neila yang kini masih ia pikirkan, entahlah rasa pedulinya terhadap neila makin hari semakin membesar.
"Gimana hari ini nak?" Tanya seorang pria paruh baya yang kini sedang duduk di kursi sofa.
"Baik pah" jawab devian ikut duduk di kursi.
"Lalu apa alasan kamu menyembunyikan identitas kamu yang sebenarnya" tanya Richard yang sedang menatap putranya.
"Aku pengen hidup tenang, punya teman kerja yang menganggap aku sebagai devian bukan sebagai cucu pewaris tunggal keluarga hilbert" jawab devian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi
"Apa kamu yakin cara yang kamu lakuin bakal ngasih hasil yang kamu mau" Richard sedekit tidak percaya dengan apa yang sedang di lakukan sang putra.
"Aku yakin pah"
Richard menghela nafas panjang, menghadapi anaknya yang keras kepala memang sedikit sulit. "Cepat atau lambat semua orang akan tau tentang kamu sebenarnya. Lagi pula memang benar kamu pewaris tunggal"
Devian menatap Richard sangat dalam "tolong hargain keputusan aku kali ini pah"
"Jangan sebarin identitas aku ke publik" lanjut devian tegas.
Devian ingin sekali mempertegas ayahnya jika dirinya bisa memilih dan bisa menentukan sendiri mau bagaimana kelanjutan hidupnya.
Devian bangkit dari duduknya "aku ke kamar dulu, mau istirahat"
" Kamu harus inget Dev, hidup mamah kamu ga akan lama lagi. Kamu akan menjadi pewaris tunggal keluarga Hilbert"
Ucapan Richard tadi berhasil membuat langkah devian berhenti, tangannya ia kepalkan kuat-kuat. Devian menoleh untuk menatap Richard dengan tatapan menusuk.
" Cukup pah. Papah jangan pernah bilang kalau umur mamah ga lama lagi, aku yakin mamah bisa sembuh. Papah tega, papah egois. Papah selalu mengedepankan ego. Harta udah membutakan papah. Satu hal yang harus papah tau, harta ga selalu ngebuat kita bahagia"
Devian kembali melanjutkan langkahnya, ia berlari terburu-buru disaat menaiki anak tangga. Devian menendang pintu kamar sehingga menimbulkan suara bising, tak peduli jika pintu itu hancur atau tidak.
dirinya melempar semua barang yang ada di kamarnya ke sembarang tempat. Apa yang di katakan Richard benar jika Maya ibunya akan meninggalkan devian seperti apa yang di lakukan wanita itu.
Tangannya meraih sebuah foto yang terpajang di meja kamarnya, lalu melemparkannya namun tangan devian berhenti di udara. Dilihatnya foto itu kembali, seorang gadis cantik sedang tersenyum lebar ke arah lensa kamera. Terlihat sangat cantik, devian sangat suka senyumannya.
Seketika tangis devian pecah. Tangannya terulur untuk mengusap pelan wajah gadis di foto itu " kamu kenapa tega ninggalin aku "
" Arghhh.. " devian berteriak meluapkan segala emosi yang berkecamuk di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
my possesive teacher
RomanceTidak ada yang menyangka atas apa yang neila alami. Mendapatkan sosok suami yang tak bukan adalah gurunya sendiri. Guru yang ia juluki dengan sebutan guru possesive, karena ia selalu melarang segala sesuatu yang neila lakukan. Dari puluhan guru dan...