Empat [devian August]

25 1 0
                                    

"sebuah ketulusan pasti akan datang dari hati, tentunya tidak akan memandang sesuatu yang di miliki"

Selamat membaca


Bagian empat


[Devian August]


***


Sejak tadi devian masih berada di depan cermin, melihat pantulan dirinya yang terlihat seperti orang dewasa. Devian membiarkan Chandra kakeknya merubah penampilannya sedemikian rupa dengan alibi hari ini adalah hari pertamanya masuk kerja.

"Opa ini terlihat berlebihan" devian merajuk.

"Engga Dev, kamu cocok pake style kaya gini" jawab Chandra meyakinkan cucunya yang terlihat tidak percaya diri.

"Dev cuma jadi guru matematika, bukan kepala sekolah"

"Memang ada masalah kalau guru matematika berpenampilan rapih kaya gini?"

Devian menghela nafas pasrah, dia tidak akan menang jika berdebat dengan opanya. Devian pasrah untuk hal itu, pagi ini moodnya sudah hilang di tambah dengan pakaian yang sangat formal ini.

Sebelum berangkat devian menyempatkan untuk menemui mayarena di kamarnya, dia harus tetap tersenyum lebar saat melihat ibunya yang masih harus terbaring lemah di atas tempat tidur.
Tentu saja itu senyum yang di paksakan devian agar tidak terlihat sedih di depan ibunya.

"Dev mau belajar kerja hari ini mah. Mamah sehat-sehat di rumah, hubungi dev kalau terjadi apa-apa" ucap devian sambil mengelus lembut tangan mayarena yang sedang di genggamnya.

"Hati-hati ya nak, mamah bakal kangen kamu" mayarena menarik putranya agar lebih mendekat ke arahnya, lalu di peluknya devian sebentar.

Tatapan matanya beralih pada Chandra yang sedang menunggu di ambang pintu "dad, aku titip devian ya" pinta mayarena.

"Jangan terlalu khawatir sama anakmu Maya, pikirkan kondisimu. Kamu harus sembuh" ucap Chandra semangat.

Bibir pucatnya tertarik menciptakan senyuman. Walaupun wajahnya pucat dan tatapannya sayu Maya akan selalu terlihat cantik.

Kemudian Chandra dan devian pun berjalan keluar, sebelum benar-benar berangkat devian menghampiri Richard yang sedang bersantai di ruang keluarga.

"Pah Dev pamit pergi" pamit devian seraya menyalami Richard.

Richard menatap putranya dengan tatapan datar "kamu jadi guru matematika? Di sekolah milik opahmu?" Devian mengangguk pelan sebagai jawaban pertanyaan Richard.

"Apa opahmu ga ada niat buat ngasih kamu jabatan yang lebih tinggi dari guru matematika, padahal cucunya sendiri" lanjut Richard.

"Berhenti nyalahin opah, ini kemauan Dev pah"

"Kamu sedang menjelek-jelekan saya Richard?" Tanya Chandra yang baru saja datang.

Richard sedikit terkejut dengan kedatangan Chandra yang tiba-tiba "bukan gitu dad, saya ga ada maksud buat menjelek-jelekkan Daddy" bela Richard.

"Sudahlah. Saya tidak punya waktu untuk mendengar penjelasan kamu"

Kemudian Chandra mengajak devian untuk segera pergi sebelum memancing keributan yang lebih parah.

Hari ini devian harus rela menjadi seorang guru di sekolah milik keluarganya itu, Hilbert high school. Opanya selalu mendesak dia untuk belajar mengelola beberapa cabang cafe yang keluarga Hilbert miliki dan juga sekolah. Alih-alih agar devian berlatih untuk mencari uang sendiri, karena kedepannya pun semuanya akan di handle oleh devian.

my possesive teacher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang