; 1

8.9K 641 24
                                    

Takdir biasanya sering mempertemukan kita dengan seseorang, entah untuk membuat kita merasa dicintai dan berharga, atau untuk membuat kita bertahan dari kerasnya dunia, atau malah membuat kita menjadi manusia kuat dengan menghadirkan rasa kehilangan.

Seperti pertemuan Jay dan Jungwon secara tidak sengaja ketika berada di rumah sakit. Entah ada keperluan apa, mereka tiba-tiba bertemu di rooftop rumah sakit. Menatap objek biru keemasan yang tercipta elok di hamparan langit sembari menikmati semilir angin yang menyibak rambut.

"Kak, kalau mau mati jangan di sini!" tiba-tiba Jungwon berteriak cukup keras kala netranya menangkap presensi seorang pemuda yang berdiri sambil memejamkan mata di pembatas rooftop, padahal ia baru saja beberapa langkah dari pintu masuk.

Jay, pemuda yang berdiri tadi mengalihkan pandang, menatap Jungwon dengan heran lalu beranjak turun agar kesalahpahaman ini cepat berlalu.

"Siapa coba yang mau mati? Gue cuma mau liat pemandangannya aja." bohong, jelas bohong. Niatnya memang seperti itu sebelum pemuda asing ini menghentikannya.

"Oh gitu? Tapi kenapa harus naik segala? Dari bawah bukannya bisa?"

"Ya suka-suka gue lah." ketus, seakan tidak ingin diganggu.

Jungwon melangkahkan kakinya mendekati pemuda tersebut, sementara pemuda tersebut hanya diam di tempatnya, memilih tidak peduli, tidak merasa terusik sama sekali.

Jungwon, pemuda bersurai coklat yang terlihat lebih kecil dari pemuda lainnya mencoba mengusir atmosfer yang tidak bersahabat. Canggung, ia benci terjebak di situasi ini. Menatap orang di sampingnya lekat, membuat yang ditatap memalingkan wajahnya menghadap Jungwon, risih karena ditatap seintens itu.

"Kenapa intens banget ngeliatnya? Biasa aja bisa kan?" aura mengintimidasi menguar jelas, membuat Jungwon sedikit bergidik namun tak gentar.

"Oh gapapa, ga suka aja sama suasana canggung jadi secara ga sengaja natep kakak. Maaf kalau keganggu, aku ga maksud." pemuda yang ia ajak bicara tidak menggubris, membuat Jungwon meringis pelan dan tanpa sadar menggigit bibirnya gemas. Memikirkan cara apa yang bisa digunakan untuk menghibur karena jika diliat-liat tatapannya hampa, seperti terbebani oleh sesuatu. Ia baru menyadari bahwa Jay menghisap benda yang bisa membuat kecanduan.

"Kakak ngerokok? Maaf kesannya lancang, tapi rokok ga bagus buat kesehatan terutama paru-paru kak. Zatnya bahaya, bikin candu, bahkan bisa membunuh juga. Daripada kakak ngerokok, mending makan permen aja deh. Nih aku kasih." entah keberanian dari mana, Jungwon mengambil salah satu tangan Jay yang sedang menganggur lalu memberikan beberapa permen yang sedari tadi tersimpan dalam saku hoodie yang ia pakai.

"Lo siapa sih? Sok kenal banget sama gue sampe ngasih permen segala. Gue ga butuh dikasihanin." hendak mengembalikan permen yang dikasih, Jungwon buru-buru menahannya lalu mendorong perlahan, seperti memberi tanda 'jangan dikembalikan, buat kakak saja'.

"Aku emang ga kenal kakak, bahkan baru ketemu pertama kali di sini. Dari tatapan kakak, aku merasa kakak terbebani oleh sesuatu dan ingin bebas. Entahlah aku hanya menerka-nerka tanpa tau faktanya. Tapi apapun itu, aku harap setidaknya kakak punya satu alasan untuk bertahan karena kakak itu berharga." tetap saja tidak digubris, membuat Jungwon mengehela napas lelah.

"Ah, memang aku ini sok tau sekali haha, maaf ya kalau risih. Tapi aku harap kakak makan permen yang aku beri, ya mungkin saja bisa mengurangi intensitas merokok. Kalau begitu aku aku pergi dulu. Senang bertemu dengan kakak." kalimatnya diakhiri dengan senyuman bulan sabit yang terlukis indah di bibir mungilnya. Jay sempat terkesiap melihat betapa menggemaskannya dimple yang tercipta di pipi gembulnya.

"Oh iya, sebelum pergi, aku hanya ingin memberi tau kalau mengonsimsi permen coklat dapat bantu meningkatkan mood karena coklat mengandung phenylethylamine (PEA) yang merupakan bahan yang dikenal untuk meningkatkan suasana hati."

"Selain itu, coklat adalah makanan manis, di mana akan ada perubahan kimiawi di otak setelah seseorang mengonsumsi makanan manis. Makanan manis mampu membuat otak melepaskan hormon serotonin dan membantu menstabilkan suasana hati hingga mencegah depresi. Makanan manis juga bisa mengaktifkan pusat kesenangan di otak, meningkatkan produksi hormon dopamin, sehingga dapat membuat seseorang merasa bahagia setelah mengonsumsinya. Jadi, aku harap semoga mood kakak bisa meningkat setelah makan permen coklat yang ku beri."

Setelah mengatakan kalimat yang panjang × lebar, sosoknya pergi, menghilang di balik pintu rooftop, menyisakan Jay seorang diri yang masih terpaku untuk mencerna keadaan.

Menatap permen di genggamannya, mengucapkan kata terima kasih yang entah ditujukan untuk siapa, membuka bungkusnya, lalu melemparnya ke sembarang arah. Suka-suka Jay saja lah. Memasukkannya ke mulut lalu menghisapnya perlahan, tercipta rasa manis yang beradu dengan indra perasa di lidahnya. Tak buruk juga, begitu pikir Jay. Terlalu gensi memang.

Entah ajaib atau bagaimana, memakan permen coklat sembari menatap hamparan biru yang baru saja ia sadari sebagai candunya membuat dia merasa tenang.

iris | jaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang