Semesta sepertinya memang menakdirkan mereka berdua untuk bertemu, menjadi alasan untuk bertahan bagi satu sama lain. Tak sesederhana kelihatannya. Nyatanya memasuki kehidupan seseorang untuk sekadar menjadi tempat bersandar memang sesulit itu. Terlebih jika pribadinya secara tegas menolak orang lain mengetahui sosok aslinya yang terbalut lapisan topeng fana.
"Wah kak, aku ga nyangka kita bisa bertemu lagi di sini." mereka Jay dan Jungwon, bertemu di taman komplek perumahan yang cukup elite.
Jungwon merasa sesenang itu ketika netranya tak sengaja menangkap presensi lelaki berambut blonde yang tampak tidak asing. Tersenyum lebar, kakinya melangkah menuju arah pemuda tersebut, mengikis jarak, hingga tiba di hadapan pemuda tersebut dan tanpa basa-basi mendudukkan diri di sampingnya.
"Takdir mungkin?" Jungwon tidak menjawab, memilih mengamati pemuda di sampingnya, tidak seintens dulu tapi. Dahinya mengernyit heran kemudian senyum kecil terbentuk kala melihat Jay tidak lagi merokok, lebih tepatnya sedang memakan permen. Mengayunkan kaki ke depan dan belakang, pertanda senang.
"Bisa jadi, semesta kadang begitu. Omong-omong nama kakak siapa? Aku lupa menanyakannya saat itu. Lalu apakah kakak tinggal di komplek ini?" blak-blakan sekali Jungwon bertanya begitu, tapi ya udah dia masa bodo saja.
"Memang, semesta kadang suka bercanda. Nama gue Jay dan gue tinggal di komplek ini." singkat, padat, jelas, khas seorang Jay sekali.
"Ya begitu lah cara alur kehidupan bekerja haha." tertawa miris, menertawakan hidupnya yang tampak bahagia ketika pada nyatanya tidak. "Nama aku Jungwon. Ah begitu? Bagaimana bisa aku tidak mengenal teman satu komplekku?" melontarkan pertanyaan bagi diri sendiri dan tanpa sadar memasang ekspresi berpikir yang tidak lepas dari indra penglihatan Jay. Menggemaskan, Jay mengakui itu.
Menarik tangan Jay secara tiba-tiba, cukup mengagetkan, memunculkan sisi defensif Jay. Orang yang menariknya tertawa renyah. "Tenang saja, aku tidak akan menyulik kakak. Boleh temani aku ke indomaret?"
Sedikit ragu namun tetap mengangguk. Ngomong-ngomong genggaman Jungwon sudah terlepas, entahlah Jungwon hanya berinisiatif. Mengekori Jungwon yang beberapa langkah di depannya, mendorong pintu kaca yang pastinya tembus pandang, tersenyum tipis ketika salah satu pegawai menyapa 'Selamat datang di Indomaret.', lalu berakhir berdiam diri di depan kulkas penyimpan berbagai macam minuman. Setia menunggu Jungwon yang terlihat kebingungan.
"Beli 2 aja sekalian daripada bingung." mulai malas karena Jungwon terasa begitu lama, padahal baru 7 menit yang lalu.
"Ish sebentar. Kakak suka susu rasa apa?" mengernyitkan dahi heran, menatap curiga manusia di depannya.
"Kenapa emang? Mau beliin?"
"Jawab aja."
"Full cream."
Segera mengambil satu susu stroberi untuknya dan satu susu full cream untuk Jay. Pergi ke kasir untuk melakukan transaksi juga sekalian membeli permen Chupa cups yang terletak di meja samping kasir, membayar dengan uang pas, mengambil tas plastik yang diberi, juga tak lupa memberikan senyum ketika berniat meninggalkan tempat tersebut. Tidak sepenuhnya meninggalkan karena saat tiba di luar mereka mendudukkan diri di bangku yang tersedia.
Mengeluarkan 2 susu dari tas plastik, menyerahkan salah satunya yang berasa full cream kepada Jay.
"Oh? Makasih."
"No problem."
Membuka bungkus sedotan, lalu menusukkannya pada lubang yang dilapisi suatu kertas yang berperan sebagai akses cairan di dalam kotak tersebut masuk ke dalam mulut. Menyesap secara perlahan, menikmati rasa yang tercipta, susu memang seenak itu.
"Tau ga kalo minum susu bisa meningkatkan suasana hati?" Jungwon tiba-tiba bertanya random, menghancurkan badai kecanggungan yang terbentuk. "Setauku kadar vitamin D dalam susu dapat mendorong produksi hormon serotonin jadi susu punya efek nenangin pada otak."
"Jujur gue baru tau sih haha, dan sebagai pecinta susu i'm glad to hear that."
"Yaudah banyakin minum susu aja kak. Lagian banyak manfaatnya selain bisa ningkatin suasana hati. Eh tapi jangan kebanyakan juga, sewajarnya aja hehe." kekehan gemas Jungwon mengalun indah menyapa rungu Jay.
Setidaknya hari ini perasaan Jay menghangat meskipun rasa sakit masih melingkupi. 40 : 60, dengan perbandingannya sedih : senang. Presentase kesenangannya cukup meningkat dari hari yang lalu. Entah apa yang akan datang, semesta kadang penuh kejutan, berusaha menerima, meskipun pada akhirnya tetap bermuara pada keputusasaan dan rasa takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
iris | jaywon
Fanfictionㅡ maybe the world doesn't really like you that much, but there's me who will always love you. [!] hurt/comfort