; 4

2.2K 318 7
                                    

Bintang itu unik. Meskipun ia kecil, ia sanggup berkilau di langit yang sangat gelap, selalu berkelap-kelip jenaka, menghibur hati yang sedang resah. Bintang tidak seperti bulan dan matahari yang hanya ada satu di langit, dia selalu berbagi tempat untuk ribuan bintang lainnya di tempat yang sama. Bintang juga salah satu benda langit yang mempunyai cahaya sendiri, punya potensi, tanpa harus mengharapkan yang lainnya.

"Won, mau liat bintang ga?"

"Lah kalo kakak menengadah ke atas bukannya udah liat bintang?

"Bukan kayak gitu, liat bintang yang lebih jelas. Pake teropong bintang, gue tebak pasti lo belum pernah."

"Sombong amat, tapi bener sih haha. Boleh deh, kapan lagi dapet kesempatan liat benda langit kayak bintang lewat teleskop."

"Yaudah ayo ke rumah gue. Lemme show you something spectacular."

Singkat saja, mereka tiba di rumah Jay. Sempat heran mengapa rumah yang terbilang cukup besar itu hanya terdiri dari art, di mana orang tua Jay? Pertanyaan itu muncul dalam benak Jungwon. Ingin bertanya namun Jay keburu menggenggam tangannya, membawanya ke salah satu ruangan di atap rumah Jay.

"Won, ini random banget. Tapi lo keliatan bahagia terus kayak ga punya masalah." keduanya sedang berada di salah satu ruangan di atap rumah Jay, sekadar mampir untuk melihat bintang yang tersenyum genit. Gemerlapnya seakan memercik harapan. Teleskop yang sudah sejak lama menganggur kini kembali memunculkan fungsinya.

"Kakak mikir gitu?" matanya tak lepas dari teleskop yang sudah beralih tangan pada Jay.

"Ya. Gue kadang iri sama lo yang bisa keliatan bahagia gitu, tanpa perlu munculin sifat defensif."

"Ga mungkin kak kalo aku ga ada masalah. Pada hakikatnya, manusia pasti ada cobaan, entah itu untuk menguji kita atau malah bagian dari karma. Tuhan ga bakal ngasih cobaan yang ga bisa kita selesein, mungkin aja ga aku ga bisa hadapin cobaan yang kakak dapat. So, kakak hebat masih bisa bertahan sampe sekarang, sometimes you should appreciate yourself, you deserve the world and you're precious, ga usah iri sama orang lain. Setiap orang punya porsi masing-masing."

"Lagipula, makna defensif tiap orang beda kak. Bisa aja yang nyatanya lagi ga baik-baik aja nunjukkin senyum yang sebenernya cuma replika biar dikira kalo dia baik-baik aja. Tiap orang punya cara yang berbeda untuk menyembunyikan masalahnya."

"Aduh kan.. jadi tegang gini. Maaf deh ya karena gue ubah atmosfernya, but as you said before, i will take a note about what you say. Dari apa yang lo bilang, gue jadi belajar banyak hal, so thank you." Jungwon hanya tersenyum menanggapi.

"Nih, lo bisa pake duluan."

"Bentar, sebelumnya aku mau nanya. Tadi kakak ngapain teleskop ini? Aku ga pernah pake teleskop, so i'm curious about that."

"Fyi, ini namanya teropong atau teleskop bintang. Cara pakainya ga begitu rumit. First, harus paham cara gunain finderscope, finderscope biasanya terletak di sisi teleskop. Fungsi finderscope adalah membidik benda langit yang pengen kita liat, dan biasanya pada finderscope ada crosshair untuk mempermudah dalam membidik objek." ucap Jay sembari menunjukkan pada Jungwon yang disebut dengan finderscope dan crosshair.

"Second, atur mount teropong bintang. Teropong bintang biasanya punya dua jenis, yaitu altazimuth atau equatorial. Punya gue itu mount altazimuth yang dioperasiin dengan cara naikin, nurunin, gerakin ke kanan dan kiri."

"Third, atur tripod. Ini sama halnya kayak kamera, teropong bintang gunain tripod untuk jaga dia tetep berdiri tegak. Nah harus diperhatiin bener dan pastiin teropong bintangnya seimbang biar ga jatuh. Selain itu, cari lokasi yang permukaannya datar dan kokoh biar lebih aman."

"Fourth, tentuin waktu yang tepat. Kita harus tau waktu yang tepat untuk meneropong langit, juga harus cari tau objek langit apakah yang kita ingin liat. Berhubung kita mau liat bintang, waktu neropongnya saat langit malam 'bersih' dengan kata lain ga mendung."

"Fifth or lastly, pilih lokasi yang cocok. As i said before, kita harus cari tempat yang permukaannya rata dan kokoh. Selain itu, pertimbangin juga masalah polusi cahaya. Berhubung kita tinggal di perkotaan, jadi kita harus di bagian atas biar ga terpapar polusi cahaya yang bisa menganggu proses peneropongan bintang. Haha panjang juga ya gue jelasinnya."

"Woah karena itu kakak ada suatu ruangan khusus untuk liat bintang di atap. Makasih karena udah bawa aku kesini dan izinin aku buat liat gemerlap bintang yang selalu bikin senyum."

"Glad kalo lo seneng, sekarang coba perhatiin deh. Lo bakal amaze sama pemandangannya, karena emang seindah itu. I can't even say a word."

Seperti dugaan, netra Jungwon berbinar seakan tertabur gemercik bintang yang memancarkan cahaya mewah kala menjelajah angkasa melalui benda tabung panjang beraksesoris cermin. Reaksinya sungguh priceless, Jay mengakui hal itu. Tanpa sadar tersenyum menawan.

"Wow.. This is unbelievable. Sekali lagi, makasih banyak." ucap Jungwon tulus, belah bibrnya mencipta senyuman indah, membuat kedua kelopak matanya ikut tersenyum, pipi gembil yang selalu membuat Jay gemas ikut andil dengan mencipta lubang yang tampak sempurna jika dipadukan dengan wajah manis Jungwon.

iris | jaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang