Bau hujan itu menyenangkan, sederhana, membuat hati tenang. Petrichor namanya, aroma khas yang hanya bisa dijumpai ketika hujan menyelimuti bumi. Hujan turun tak kenal waktu, mengajarkan kita untuk tidak memaksakan hal sesuai dengan yang kita inginkan. Ia turun menghadirkan banyak makna, kerap memunculkan pelangi setelahnya. Memberikan keindahan yang fana, namun tetap saja buat hati berwarna.
Yang perlu disadari, hujan tak pernah menjanjikan pelangi. Mahakarya Tuhan yang tercipta dari berbagai warna yang bersatu membentuk kurva elok, menyimpan makna berbeda di setiap satuannya, seperti hidup manusia yang punya cerita masing-masing di tiap langkahnya.
"Yah, Won, hujannya deres banget nih. Lo bawa payung ga?" mereka baru saja selesai menimba ilmu, namun sang langit menginterupsi mereka yang berniat menyeberang ke halte bus yang berada di seberang jalan dengan menurunkan ribuan tetesan air.
"Ada nih, tapi kecil. Gapapa?" tangannya mengambil payung berwarna biru langit yang tersimpan apik di tasnya.
"Gapapa, trobos aja lah Won." Jay membuka payung milik Jungwon, meletakkannya tepat di atas kepala kemudian menarik lengan Jungwon mendekat padanya dengan maksud agar Jungwon tidak kehujanan karena mereka terlalu berjarak. Payung dipegang oleh Jay yang mana lebih tinggi dari pemuda manis di sampingnya.
Menyiapkan mental. Mengembuskan napas secara perlahan. Tanpa sadar keduanya berpegangan tangan ketika kaki mereka telah berpijak pada tanah yang berair. Tertawa bersama, menikmati momen yang tercipta. Tidak menyangka bahwa menerobos hujan menggunakan satu payung untuk berdua akan semenyenangkan ini. Bahu mereka basah namun mereka tidak memedulikannya, terlanjur terbuai dengan suasana.
Di balik semua itu, hati Jungwon tersenyum pilu. Berharap momen ini tidak akan berakhir. Berharap untuk diberi kesempatan lebih lama meskipun dunia sekejam itu padanya.
Keduanya tiba di halte bus, menaiki tangga dengan perlahan, takut kepeleset. Payung yang sudah terlapisi tetesan air hujan dikibaskan dengan kecepatan sedang, memunculkan percikan air yang tidak sengaja terkena Jay.
"Pelan-pelan aja, Won. Ga usah brutal gitu deh haha."
Tidak memedulikannya, Jungwon melipat payung tersebut dengan lihai, sudah terbiasa. Mengusap air yang menempel pada bangku yang tersedia kemudian mendudukkan diri di bangku yang sedikit basah tersebut. Keduanya diam, hanya memandangi kendaraan yang berlalu lalang. Terkadang mengayunkan kaki ke depan dan ke belakang untuk menghilangkan rasa bosan yang melanda.
"Kak, suka petrichor ga?"
"Apaan itu?"
"Bau hujan, aroma khas yang hanya bisa dijumpai saat hujan turun."
"Hujan ada baunya? Gue baru tau haha."
"Loh masa? Coba cium baunya deh, nenangin."
Entah perasaan Jungwon atau apa, Jay keliatan murung saat melihat hujan. "Apakah dia tidak menyukai hujan?" pertanyaan itu tiba-tiba terlintas di benak Jungwon.
"Gue ga suka hujan, Won." gotcha! Sesuai dugaan Jungwon, ternyata pemuda di sampingnya tidak menyukai hujan.
"Loh, kenapa? Padahal hujan itu nenangin, dan hawanya enak aja gitu kalau hujan turun."
"Males, mau keluar rumah ribet. Langit juga ketutup sama abunya awan, gue jadi ga bisa liat langit yang selalu bikin tenang. Suasana hati gue ikutan buruk jadinya haha. Apalagi kalo ada petir, ga suka banget gue. Terus jalanan suka becek, gue jadi males jalan, pengen terbang aja rasanya."
"Kalo terbang waktu hujan nanti disambar petir kak. Se-ga suka itu ya sama hujan?"
"Iya, banyak kenangan buruk yang tercipta saat hujan turun. Masa iya hujan diciptakan untuk gue benci?"
"Mungkin aja? Sama konsepnya kayak aku yang benci ular. Ular diciptakan buat aku benci, gitu kan?"
"Ga usah ngada-ngada, Won. Gue cuma bercanda. Tapi setidaknya hujan kasih banyak manfaat buat kehidupan manusia di bumi. Tapi tetep aja, hujan bagi gue itu sebagai bentuk kesedihan dan identik dengan kenangan yang datang."
"Yea, i know right. Hujan juga ngajarin kita banyal hal." Jungwon menutup matanya, membiarkan sang indra penciuman menikmati bau hujan. "Meski udah jatuh berkali-kali, hujan ga pernah menyerah tau kak. Banyak orang ngeluh karena kalau hujan turun itu agak ribet, tapi di samping itu dia turun bawa banyak manfaat dan ketenangan. Lalu, hujan turun ga kenal waktu karena dia adalah anugerah maka dari itu kita juga seharusnya nerima hujan dan hal baik yang datang tanpa memaksakan waktu sesuai dengan yang kita inginkan. Bukannya aku ngepojokin kakak, cuma pengen berbagi aja? I know you have a reason why you don't like rain tapi kamu bisa belajar banyak hal dari turunnya hujan, Kak."
"Bener kata lo. Hujan ngajarin kita banyak hal. Tapi tetep aja susah won, gue selalu kebayang kenangan buruk waktu hujan turun. Alesan utamanya.. mama kecelakaan waktu hujan, gatau kenapa mobilnya tiba-tiba kegelincir. Kebetulan mama gue nyetir sendiri karena habis pulang dari kantor. Ngeliat hujan bikin gue keinget mama, sedih bawaannya, pengen nyalahin semesta. Yang ngejutin lagi, mama suka banget sama hujan."
"Ah begitu.. maaf kak aku gatau. Kakak hebat banget bisa bertahan sejauh ini, mama kakak pasti bangga banget." Jungwon bangga, bangga sekali dengan Jay yang seluar biasa ini. Jay yang bisa bertahan dari kejamnya dunia, Jay yang sangat kuat, Jay yang bertransformasi menjadi pemuda yang lebih baik. Ia suka, saat Jay tertawa dan tersenyum, berharap hal itu akan terus bertahan.
"Ada ga satu hal yang kakak suka saat hujan turun?"
"Pelangi. Gue suka pelangi yang tiba setelah hujan turun."
"Dari pelangi kita bisa belajar kalo semua orang ingin bahagia kak, ga pengen ada yang bersedih. Kakak ga bisa lihat pelangi kalo ga ada hujan. Kalo kakak pengen lihat pelangi maka kakak harus menerima hujan. Pelangi yang muncul menjadi janji alam semesta kalo hal buruk telah berlalu, jangan stuck di masa lalu dan biarin diri kakak tenggelam di dalamnya, ga baik kak. Mama kakak pasti ga bakal suka, jadi coba usahain suka hujan ya, karena dengan hal itu kakak bisa ngenang mama kakak."
"Hujan ga selamanya, pasti dia bakal berhenti. Kalo rintik hujan ga mampu hapus kesedihan kakak, kakak bisa berharap matahari akan datang esok hari membawa mimpi baru. Dan inget satu hal kak, hujan ga pernah menjanjikan pelangi, tapi setidaknya ia mengusahakan pelangi itu ada. Lalu, Tuhan ga pernah merencanakan langit selalu biru."
"Lo emang selalu bisa nenangin gue Won, ga bayangin gimana kalo gue ga ketemu lo. So, always by my side, please?"
"Ga janji tapi aku usahain. Be happy terus kak, aku suka liat kakak senyum atau ketawa. Jangan hilangin mereka dari hidup kakak ya."
'Hujan tidak pernah menjanjikan pelangi, namun setidaknya ia mengusahakan pelangi itu ada.'
KAMU SEDANG MEMBACA
iris | jaywon
Fanfictionㅡ maybe the world doesn't really like you that much, but there's me who will always love you. [!] hurt/comfort