Sembilan Belas

6.8K 1.2K 386
                                    

----

Maybe one day we'll be perfect for each other

----


Kimberly

Gue gak tau kapan tepatnya Johan hilang dari klinik, namun yang pasti setelah gue kembali dari kantor subseksi keamanan untuk memberikan laporan, laki-laki itu sudah tidak ada di sana. Nanya Catra juga percuma, dia baru balik dari terapi kelompok dan baru tau soal keributan apa aja yang tadi terjadi disini. Kata Tania sih, Johan cuma keluar dari klinik bawa semua barang-barangnya tapi sampe sekarang itu orang nggak balik lagi.

WhatsApp gue gak dibaca, telepon gue juga gak ada yang diangkat. Mungkin Johan pulang, dan gue bisa maklum sehingga memutuskan untuk memberikan dia waktu istirahat. Setelah jam kerja berakhir di pukul lima tepat, sesegera mungkin gue pulang dan melihat ada sandal yang tadi dipakai Johan depan kamar lelaki tersebut. Berarti dia betulan pulang, mobilnya juga ada yang menandakan kalau Johan enggak kemana-mana.

Setelah membersihkan diri dan berganti baju, gue pergi ke depan untuk mengantarkan cucian ke tempat laundry langganan. Sambil nyetir, gue mengecek apakah lelaki itu sudah membaca pesan gue atau belum. Rupanya centang dua itu masih berwarna abu-abu, Johan juga mematikan fitur last seen sehingga gue gak tau kapan terakhir dia online di WhatsApp.

Biasanya sih, Johan kalo males on WhatsApp, suka ngetweet gitu di akunnya dia. Dan pas gue cek, tebakan tersebut nyatanya nggak meleset karena tweet terakhir laki-laki itu adalah satu jam yang lalu.

Gue mampir dulu ke tukang nasi uduk langganan buat beli makan. Sekalian juga kali ya beliin buat Johan? Dia suka Lele apa enggak? Atau biar aman, gue beliin nasi uduk sama ayam bakar aja apa ya? Soalnya selama ini, gue belum pernah diajak Johan makan di tenda pecel lele makanya gak tau apakah dia demen atau justru geli sama ikan lele goreng kayak gue.

Ketika sampai di rumah tinggal, hari sudah gelap dan hampir saja Isya. Meski sempat ragu antara ketuk pintu atau enggak, akhirnya gue cuma berteriak dan menyimpan satu plastik hitam di lantai depan kamarnya.

"Han, gue beliin nasi uduk, depan pintu ya kereseknya."

Gak ada respon, mungkin hampir dua puluh detik gue nunggu namun kemudian memutuskan buat segera balik ke kamar karena gak ada tanda-tanda Johan akan keluar. Sesudah sampai di kamar, gue masih ngintip lewat jendela sampai di menit ke lima, gue melihat pintu depan terbuka.

Bajunya masih yang tadi siang, rambutnya berantakan dengan wajah yang tetap terlihat pucat.

Bajunya masih yang tadi siang, rambutnya berantakan dengan wajah yang tetap terlihat pucat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia mengambil keresek tersebut, lantas kembali masuk dan menutup pintu rapat-rapat. Moodnya keliatan jelek banget, kenapa sih dia malah menyendiri gitu alih-alih ngejadiin gue hiburan kayak biasanya? Gue sedih kalo liat Johan kayak kambing lagi demam, mana auranya jadi ... gitu deh, suram.

ADAPTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang