Tiga

8.3K 1.4K 462
                                    

-----

We don't meet people by accident,
There always be a reason

-----

Kimberly

"Putus zat."

"Astaga, lagi?"

Bahu gue melemas, baru jam sembilan pagi dan gue sudah mendapatkan dua pasien yang mengalami sakau atau putus zat. Gue gak bisa berbuat banyak karena kurangnya fasilitas alkes dan obat-obatan. Yang gue lakukan hanya memberikan penanganan sebisanya dan mencari cara supaya pasien bisa tenang.

"Catatannya dia pengonsumsi putaw."

Secara umum, putaw dikenal sebagai narkoba jenis heroin. Efeknya berkali-kali lipat lebih berbahaya dari narkoba jenis lain. Status pasien gue yang terindikasi sakau karena putaw ini merupakan tahanan kejaksaan. Katanya Lapas sudah menghubungi pihak-pihak terkait, pasalnya kondisinya lumayan parah karena kesadarannya yang menurun.

"Pupil melebar, denyut jantung meningkat." Ucap gue setelah selesai melakukan pemeriksaan terhadapnya. "Ambulans langsung dateng? Ke rumah sakit mana?"

"Katanya RSUD gak bisa nerima, kemungkinan dibawa langsung ke pelayanan rehabilitasi NAPZA di Cisarua karena tahanan ini ... anak anggota DPRD, ada permintaan dari pihak keluarga."

Cisarua ya?

Maksudnya Rumah Sakit Jiwa?

"Bisa kesana tanpa saya?"

"Takutnya ada apa-apa, kamu ikut saja." Saking chaosnya, Kasubseksi Pembinaan aja sampai datang ke klinik untuk meninjau.

"Tapi saya punya pasien TBC yang lagi butuh pengawasan juga." Ucap gue seraya memandang cemas kearah sebuah bed yang ditempati oleh narapidana yang meringkuk membelakangi kita semua. Dia sedang mendapatkan nebulisasi, sudah enam jam berada di klinik karena sesak napas setelah sholat subuh berjamaah.

"Kita darurat tenaga dokter juga rupanya." Dia memijat keningnya sebentar, "Pergi aja sama tahanan sakau ini, bantu urus dia selama dapat penanganan disana. Disini biar saya sama Tania yang handle, juga kejadian hari ini harus segera saya laporkan supaya menjadi perhatian."

Gue agak merinding melihat bagaimana raut wajah Pak Ranu berubah kesal dan penuh dengan ambisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue agak merinding melihat bagaimana raut wajah Pak Ranu berubah kesal dan penuh dengan ambisi. Biasanya kalau udah gitu, siap-siap aja besoknya satu Lapas gonjang-ganjing oleh keributan. Gue tebak, dia bakalan minta dokter atau tenaga kesehatan tambahan. Dan gue tebak lagi, dua atau tiga hari kemudian permintaannya dikabulkan— ini masih bikin gue bingung karena setiap apa yang dia rencanakan sangat mudah jadi kenyataan, kayak punya koneksi orang dalam.

Pagi itu, setelah melewatkan apel dan ambulans tiba, gue berangkat menuju Cisarua menggunakan akses tol terdekat— Buah Batu. Kalau mesti gue kasih tau, lokasi Lapas Narkotika kelas II A ini cukup jauh dari peradaban alias letaknya di perkampungan dan juga pesawahan. Infrastruktur jalannya kurang bagus, sehingga kalau ada napi atau tahanan yang dibawa pakai mobil kejaksaan, gue suka khawatir soalnya kalo desak-desakan mereka bisa kebanting sana-sini selama di perjalanan.

ADAPTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang