Prolog

15K 1.6K 616
                                    

-----

Ketika makhluk hidup harus beradaptasi,

-----

Johan

"Ra, tunggu gue ya."

Hari itu setelah gue mulai mencoba berdamai dengan kenyataan, gue pernah meminta seseorang untuk tinggal. Gue meminta dia menunggu gue membenahi diri, bukan untuk jadi sempurna, tapi untuk menjadi layak jika memang suatu saat gue ditetapkan sebagai pendampingnya.

Iya, dia tinggal, tetapi hanya sebentar. Katanya, dia nggak pergi. Dia masih tetap menjadi Laila Adara bagi Johan, menjadi satu-satunya perempuan yang memiliki pengaruh besar dalam hidup gue yang perlahan menemui titik terang. Dan dalam kondisi ini, gue merasa sangat menyesal karena dahulu tidak segera mengikatnya kedalam sebuah hubungan.

Dara bukan pergi karena cowok lain,

Dara bukan pergi karena dia bosan dan ingin angin segar,

Tapi Dara pergi karena cita-cita; angan-angan, meraih kesempatan untuk mencapai apa yang selama ini dia impikan.

Costa Cruise, dia menjadi juru masak di sebuah perusahaan kapal pesiar Italia. Gue pikir dia akan tetap berada di Aryaduta, namun begitu selesai wisuda, dia langsung mendapatkan undangan perekrutan dan diterima sebagai salah satu chef disana. Gue mendukung, gue bangga, namun makin kesini gue semakin merasa bahwa nggak cuma jarak geografis aja yang terukur jauh, tapi juga jarak diantara kita berdua.

"Masih gak ada kabar, bang?" Gue nggak tau kenapa Pram ada di UGD, tapi sepertinya dia mau menjemput salah satu pasien yang tadi pagi diserahkan ke rawat inap.

"Kalo ada mah gua udah salto sambil makan rumput di lapangan."

Tawanya terdengar, "Hahaha bangsat, dia tuh disana udah bahagia, paham gak sih lo sama kode perempuan?"

Gue menutup data nama pasien yang cuma berjumlah lima itu dengan sedikit kencang, "Kalo gue gak mau paham emang kenapa?"

"Idih, udah tua masih bucin." Nyaris aja gue nginjek kakinya yang dilapisi sepatu bertali itu, "Yuk ah semangat buat cari yang baru, jangan berlarut-larut."

Segampang itu ya seseorang nyuruh orang lain buat nyari yang baru?

Pernah gak sih, mereka mikir kalau membuka diri bagi orang asing yang belum tentu bisa menerima kita seperti dia itu bukanlah perkara gampang?

Pernah gak sih, mereka mikir kalau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru itu merupakan sebuah kesulitan?

Karena bagi orang dengan banyak kekurangan seperti Allail Johan Rachmadi, mencari orang baru itu seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Banyak ketakutan yang gue rasa. Takut tidak menemukan yang cocok, yang tidak bisa menerima bagaimana perihnya hidup yang gue jalankan, dan yang tidak bisa memberi damai ketika gue sedang merasa dimusuhi oleh kenyataan.

Baru Dara, dan akan selalu Dara walau gue gak tau apakah dia masih bersedia menjadi si 'selalu' itu atau tidak.

"Tau apa lo soal orang baru?" Dan biasanya, jika sudah begini gue akan menunjukkan dengan jelas bahwa gue tidak suka mendengar omongannya. Gue menghempaskan data pasien dengan kencang, lalu pergi keluar dari station hanya untuk menghindari perdebatan maupun kesalahpahaman.

ADAPTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang