Aku tidak merasakan apa - apa seperti batu, entah kenapa aku merasa seperti tidak bisa bergerak lagi. Terutama apa yang ingin kurasakan saat ini, seperti tidak ada sama sekali. Setelah beberapa saat aku mulai merasakan sesuatu, apakah suatu seperti sakit atau lembut? Senang atau sedih? Tetapi, yang mulai kurasakan seperti mimpi buruk bagiku bagaikan seluruh pikiran dan diriku mulai kembali dan itulah yang membuat diriku merasa takut karenanya.
Aku langsung terbangun dengan muka pucat seperti habis bertemu malaikat maut. Dan secara langsung ada seseorang gadis yang langsung memelukku setelah dia melihat diriku bangun, dia benar - benar menangis seakan aku adalah orang yang mungkin tidak akan pernah kembali lagi di dunia ini. Aku tidak sadar dengan kehadirannya di sampingku, tapi kubiarkan dia menangis tersedu sedu di dadaku walaupun terasa sedikit sakit. Aku langsung bingung siapakah gadis ini yang tiba-tiba memelukku dari samping. Beberapa saat kemudian, Amin datang dengan muka tidak percaya seperti aku masih hidup.
"A........Al..........F........I....? Fi? Ka.....kau ma...ma..masih hi....hi....hi....hidup?"
Aku hanya menganggukkan kepala sambil menjawab pertanyaannya dengan bingung.
"Alfi!!!!"
Dia langsung menuju kesebelah ranjangku dan memegang tangan kiriku sembari mengecek apakah denyut nadiku masih ada. Tentu saja dia terkejut karna denyut nadiku masih ada.
"Alfi, kau masih hidup. Alhamdulillah aku kira kau bakal benar-benar mati waktu itu."
Akupun langsung teringat dengan kejadian tabrakan itu.
"Aku dimana?"
"Kau di rumah sakit, fi. Serius loh, aku langsung terkejut mendengar kalau kamu kena tabrakan kmarin."
Jadi aku sudah tertidur selama 1 hari dan kemungkinan ada yang menolongku dan mereka membawaku langsung ke rumah sakit ini.
"Oh ya, siapa gadis ini?"
"Loh, kok kamu nggak tau? Kami nggak tau siapa dia, tapi dia bersikeras ingin menunggu di sampingmu dari kemarin. Kukira dia kenalanmu, tapi ada juga yang bilang kalau dia telah ditolong olehmu."
Jadi? Dia gadis yang kutolong kemarin ya. Aku baru sadar ketika memperhatikan rambut dan parasnya yang mirip dengan gadis kemarin. Setelah aku memintanya melepaskanku dan dia mulai tenang, aku mulai bertanya padanya.
"E...., sebelumnya aku minta maaf dulu karna menarikmu dengan keras dan secara paksa kemarin. Aku benar-benar minta maaf."
Setelah menghabiskan kalimatku, dia malah seperti ingin menangis lagi. Aku langsung panik, dan berpikir suatu cara agar dia tidak menangis.
"Ahh, baik-baik. Aku baik-baik saja kok, nggak usah pedulikan aku. Yang penting kamu selamat, kamu nggak apa-apa kan?"
Dia pun hanya mengangguk tanda jawaban iya, dan langsung menundukkan kepala.
"Ah, iya. Aku lupa memperkenalkan diri, namaku Alfi Syahri dan ini temanku, Muhammad Amin. Namamu siapa?"
Dia pun mulai sedikit membuka mulutnya dan mulai berbicara.
"Mi....ku. Kisaki Miku."
"Oh, kau orang jepang ya mungkin itu masalahnya kau tidak mengerti bahasaku kemarin ya."
"Ti..tidak, bukan begitu. Aku cuma tidak tahu kenapa kamu memperingatkanku kemarin. Maaf, sampai membuat kamu terluka begini."
"Tidak apa-apa, yang penting kamu selamat. Maaf sudah membuat kamu menungguku di sini."
Entah kenapa wajahnya yang putih itu langsung berubah menjadi merah padam dan langsung berbalik membelakangi mukaku.
"Uhuk! Kayaknya ada yang mencuri kesempatan."
"Min, sekali lagi kau berkata seperti itu maka kau akan kujadikan kursi untuk guru seperti satu bulan yang lalu."
Dia langsung menutup mulut sambil mengangkat kedua tangannya pertanda dia menyerah.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada aku?"
"Kami benar-benar sempat khawatir saat aku mendengar kamu kecelakaan. Tapi, kami tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu."
Akupun langsung terdiam entah apa yang akan terjadi pada diriku pada disaat mendatang. Akupun langsung berpikir, tubuhku hanya dibalut oleh perban dibagian tangan kanan.
"Min, saat aku di rumah sakit aku dalam keadaan berdarah bukan?"
Dia pun menjawab dengan heran, "Loh, kan kamu katanya cuma terjatuh karna tersambar mobil. Tangan kananmu yang katanya banyak lecetnya."
Miku pun mulai bicara, "Bukan, aku yakin alfi terlempar sampai membuat beberapa tulangnya patah. Tapi, anehnya kata dokter dia cuma jatuh dan terluka di tangan kanannya saja."
Aku pun terkejut, aku memang yakin tubuhku terlempar dan membuat beberapa tulangku patah. Rasa sakit itu saja masih terasa di tubuhku, tapi kenapa tubuhku tidak terluka sama sekali dan sembuh dalam satu malam? Tidak mungkin teknologi zaman sekarang bisa menyembuhkan luka atau patah tilang hanya dalam sekali malam. Aku pun mulai terdiam serius sambil berkata pada diriku sendiri, sebenarnya apa yang terjadi pada tubuhku ini?
"Ayolah, yang seperti itu jangan kau pikirkan terus. Yang penting kau masih selamat."
Miku pun mengangguk setuju. Dengan itu sedikit beban di hatiku mulai ringan karna mereka berdua. Tapi, aku harus tahu juga kenapa tubuhku bisa seperti ini. Jika tidak bisa saja membuat resiko yang besar untuk kedepannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Forbidden : Legends
ActionDunia ini telah rusak sampai ke akar yang terdalam. Tapi, apakah kita akan tetap membiarkannya walaupun dunia telah merubah seluruh isinya dan termasuk DIRIMU SENDIRI? Jawaban itu ada di tanganmu yang terlihat hampa dan pikiranmu yang selalu diremeh...