3. The Advanced Brainstorming.

38 4 0
                                    

"Baik sepertinya keadaan anda sudah membaik jadi saya perbolehkan pulang."

"Terima Kasih. Dok, kalau boleh saya tau siapa yang menangani saya waktu kecelakaan. Saya dengar dari suster Andini bahwa yang menolong saya bukan anda."

Aku bertanya dengan serius.

"Oh, memang benar. Tetapi dokter itu mungkin sudah pergi, karena dokter tersebut adalah dokter spesialis dari luar negeri yang kebetulan melakukan penelitian disini. Tapi, saya tidak menjamin kamu bisa bertemu dengannya lagi."

"Begitu..." aku menjawab dengan lemas.

Setelah selesai checkup, aku langsung pergi keluar rumah sakit dan ternyata didepan rumah sakit sudah ada Miku disana. Miku mengajakku ke taman di dekat rumah sakit itu dan mulai berbicara kepadaku.

"Sebelumnya aku minta maaf karena telah membuatmu seperti ini."

"Ahh, tidak apa - apa ini juga bukan hanya kesalahanmu. Lagipula aku hanya berpikir bahwa pasti akan hidup menderita dengan beban yang kubawa ini. Aku mungkin saja bisa hidup dengan penuh penyesalan bahwa aku mengetahui penyebab seseorang kehilangan nyawanya dan aku tak melakukan apa - apa untuknya."

Betul, itulah alasan kenapa aku menolongnya. Aku tidak ingin hidup dengan cara yang seperti itu. Aku pun tidak mungkin mengerti logika manusia yang mungkin hanyalah tuhan yang tahu, tapi menurut logika otakku inilah cara yang paling baik untuk dilewati. Inilah salah satu pilihan berbahaya didunia ini.

Entah kenapa setelah aku mengeluarkan kata - kata itu, aku melihat Miku dengan ekspresi kagum . Matanya berbinar - binar seperti sedang melihat sesuatu yang berkilauan, dan dalam sekejap dia mulai berdiri sambil seperti ingin menangis.

"Tapi, kenapa kau merasa seperti bersalah dan selalu menanggung beban seberat itu! Semua orang pasti ingin hidup yang nyaman dan panjang umur, orang biasa tidak mungkin ada yang ingin mengorbankan dirinya demi orang lain! Terutama orang yang baru ditemuinya! Dan kenapa harus aku? Apa karena aku wanita atau alasan lainnya?"

Akhirnya dia mulai menitikkan air matanya dengan perasaan kesalnya yang tertimbun di benaknya. Aku hanya bisa menjawab, "Bukan."

Dia bingung dengan perkataanku, "Eh?".

"Kebanyakan manusia memang berpikir seperti itu, jadi apa masalahnya berpikir berbeda dari mereka? Setiap manusia zaman sekarang mungkin kebanyakan dari mereka sering lari dari kenyataan maupun permasalahan. Kenapa? Karena bukan hanya pikiran mereka yang ingin mencari jalan pintas saja, tetapi hati mereka serta iman mereka telah terpengaruh!"

Aku pun mulai berdiri dan mengatakan isi hatiku kepadanya dengan lantang.

"Maka dari itu, aku tidak perlu alasan orang lain! Aku cukup memakai alasan pemikiranku sendiri dan tentunya berlaku untuk melindungi sesuatu yang penting bagiku! Terserah orang jika dia ingin memakai pemikiran yang lain, tapi inilah cara berpikirku! Inilah Jalanku! Inilah Pilihanku! Tak ada yang bisa menghalangiku di dunia ini kecuali tuhan yang kupercayai itu!"

Nafasku langsung tersengal-sengal setelah mengeluarkan isi hatiku. Dan entah kenapa aku seperti sedang situasi yang agak canggung. Entah kenapa muka Miku langsung berwarna merah padam.

Kami berdua akhirnya diam tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami hingga setelah beberapa saat, akhirnya aku mulai berbicara.

"Ahh, bagaimana kalau sebelum pulang kutraktir makan siang? Anggap saja sebagai tanda terima kasihku kepadamu."

"B-baiklah, aku terima tawaranmu."

Kami langsung pulang setelah aku mengajaknya ke restoran makanan cepat saji di dekat rumah sakit itu, dan dia pun pulang dengan naik busway sambil menundukkan kepalanya seperti sesuatu yang memalukan telah terjadi.

Sampainya aku dirumah, aku langsung naik ke kamar dan istirahat di kasurku. Sambil berguling, aku mulai memutar lagu lewat headset ku. Tapi, sesaat aku memutar lagu J-pop kesukaanku, aku merasakan seperti ada listrik menyambar ke seluruh tubuhku seperti diriku mulai tersetrum tetapi tidak terasa sakit.

Aku akhirnya mampu menggenggam handphone ku dan langsung mematikan lagunya. Aku pun bingung, dan akhirnya muncul banyak pertanyaan dalam hatiku. Kenapa bisa ada listrik di tubuhku walaupun aku tidak menyentuh sumber listrik yang besar? Aku langsung berpikir keras saat itu juga hingga malam dengan dihantui pertanyaan - pertanyaan tentang apa yang terjadi lagi pada tubuhku ini.

The Forbidden : LegendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang