Setelah kami selesai berbicara dari restoran, kami langsung keluar menuju tempat dimana profesor meparkirkan mobilnya. Tapi sebelum itu aku pergi ke dalam toilet sebentar, didalam toilet aku duduk di kloset sambil buang air besar. Dan beberapa saat aku mendengar suara tapak kaki tapi sangat keras seakan-akan dia memakai sepatu boots keras dan keliahatannya dia berhenti pas di depan pintu klosetku, kemungkinan dia berada di urinator tepat didepan pintu klosetku. Pada saat aku sudah selesai buang air besar dan keluar dari pintu kloset, tanpa sadar kepalaku sudah ditodong oleh sebuah pistol tepat didahiku dan yang menodongkan pistol tersebut adalah seseorang lelaki tinggi dengan mantel tebal dan topi bergaya detektif. Akupun tersentak sampai mengambil satu langkah mundur kedalam ruang klosetku tadi, "Aku punya beberapa pertanyaan, kau harus menjawab dengan jujur." ucap orang tersebut, dari suara beratnya bisa dibilang orang ini mungkin setingkat seperti polisi ataupun lebih.
"Apa yang ingin anda tanyakan sampai menodongkan pistol ini kekepala saya?" jawabku tanpa takut akan ancamannya.
"Boleh juga nyalimu nak, baiklah aku akan melakukan ini dengan cepat."
#GLEK# suara tenggerokanku terdengar jelas sedang menelan ludah.
"Apakah kau mengenal seseorang bernama Kisaki Miku?"
Loh? Kenapa dia tahu nama Miku? Dan kenapa dia bertanya padaku tentang Miku?
"Jika kenal lalu kenapa?" Jawabku serius.
"Apa saja yang kau tahu tentang dirinya?"
Maksudnya tentang apa? Akupun terpikir dan ada sesuatu yang aneh dengan pertanyaannya.
"Dia adalah gadis yang cantik dan menawan serta baik hati."
"Ada yang lain? Selain penampilan dan sifatnya? Jika belum jelas aku akan serius dan langsung ke topik, maka aku ganti pertanyaanku tadi. Apa saja yang kautahu tentang dirinya dan orang berjas putih tersebut?"
Ternyata benar dugaanku, orang ini ingin tahu seberapa jauh aku tahu tentang identitas mereka. "Miku adalah orang yang aku selamatkan pada saat dia kecelakaan, dan orang berjas putih itu adalah dokter yang menanganiku di rumah sakit pada saat aku kecelakaan. Kami berdua diajak oleh dokter ke restoran ini karna dia ingin berkenalan dengan kami. Hanya sejauh itu yang aku tahu."
"Hanya segitu?"
"Ya."
"Kalau begitu cukup, karna kau sudah menjawab pertanyaanku dan juga sudah melihatku kau harus ikut denganku atau tidak akan kuledakkan restoran ini!"
Apa!? Orang ini justru lebih gila daripada penampilannya! Nggak mungkin! Disini akan jadi tempat kejadian peledakan bom!? Tak akan kubiarkan!Aku harus bisa mencari jalan keluar dari masalah ini! Aku mulai berfikir keras apa yang harus kulakukan agar bebas dari situasi ini. Aku mulai fokus dan aku melihat ada celah pada saat dia menoleh ke saku jasnya, setelah menunggu timing yang pas. Aku mulai bergerak sedikit, ternyata orang ini lebih duluan tahu aku akan bergerak.
#DOR!#
Diapun melepaskan tembakan ke arah kepalaku tapi meleset ke arah dinding dibelakangku. Tapi aku mulai terasa pusing karena suara tembakan tersebut yang dekat dwngan telingaku, "Cih! Kali ini tak akan meleset dan kau tidak punya banyak waktu lagi! 3 menit lagi bom di restoran ini akan meledak!"
Sialan! Ternyata lebih buruk, yang dipasangnya adalah bom waktu dan waktu ya tinggal 3 menit lagi!? Ini sudah kelewatan! Tiba-tiba, "ALFI!" teriak seseorang yang aku kenal berasal dari pintu toilet.
"M-Miku! Lari! Cepat! Ada bom di restoran ini!"
"S-Sialan kau bocah!"
Ini dia kesempatan!
#BUK!# #BUK!#
Kutangkis lengan kanannya yang memegang pistol dan langsung meninjunya di dagunya dengan sekuat tenaga.
"GUHAK!"
Akhirnya orang ini pingsan dan langsung terkapar dilantai, "Alfi! Kau tak apa-apa? Apa kau tertembak?"
"Maaf Miku, aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas. Tapi kita harus keluar dari sini secepat mungkin! Ada bom yang dipasang di restoran ini dan waktunya kurang dari 2 menit lagi!"
"Baiklah kita keluar bersama-sama, nanti aku akan panggilkan tim penjinak bom. Ayo, aku bantu."Setelah beberapa langkah dari pintu masuk, aku sudah ditolong oleh profesor dan sepertinya tim penjinak bom sudah datang tapi mereka belum masuk ke dalam restoran. Walaupun semua orang sudah dievakuasi keluar, tapi para tim penjinak bom malah terlihat seperti sedang bersiaga akan sesuatu. Tapi aku mulai terdiam saat melihat orang tinggi tadi masih bisa berdiri dan ada di depan pintu masuk restoran tersebut, "Hebat, kau memang menarik seperti kata Mr. I. Kau memang menarik dan pantas diperebutkan! Baiklah ini salam terakhirku, selamat datang di kenyataan busuk dunia ini! HAHAHAHAHA!!!!!"
Beberapa saat kemudian, dia melepas mantelnya dan isinya adalah bom di sekujur tubuhnya, ini adalah bom bunuh diri tak diragukan lagi. Orang tersebut sambil menyengir seram kehadapanku dan beberapa saat kemudian bom tersebut meledak dan seluruh restoran terkena dampak ledakan tersebut. Untungnya jarak kami dari pintu masuk adalah sekitar 5 meter, tapi justru aku mulai tercengang akan melihat apa yang ada di depanku yaitu bekas ledakan yang lumayan besar dan pada saat aku memegang mukaku untuk mengecek apa yang ada di wajahku. Itu adalah darah, darah segar yang berceceran tepat di depanku dan sisanya terciprat di mukaku dan bajuku.Setelah aku disembunyikan oleh profesor kedalam mobil untuk tidak menghindari kontak dari masyarakat, dia langsung membawa Miku dan aku ke hotel tempat mereka menginap dan membawaku secara diam-diam kedalam kamar hotel profesor. Aku merasa shock atas kejadian tersebut, entah kenapa seolah-olah pilihanku ini salah atau memang seharusnya seperti ini? Aku mulai berpikir dengan sangat berat tentang hal ini sampai akhirnya #PLAK!# Miku menampar pipiku dan berkata, "Ada apa denganmu! Kenapa kau menjadi seperti ini? Inilah kenyataan pahit dunia ini dan lihatlah, kau sangat benar-benar diincar oleh orang-orang itu! Lalu kenapa kau kemenerima tawaran profesor? Ingatlah Alfi!"
Akhirnya aku sadar dari pikiran negatifku tadi, dan teringat akan kata-kata yang kukatakan kepada Miku waktu itu tentang tidak peduli bahwa aku menolong seseorang. Dari awal akulah yang lupa akan prinsip hidupku selama ini. Aku mulai sadar, mungkin saja jika aku tidak kenal dengan mereka mungkin teman, keluargaku, bahkan nyawaku sudah direnggut oleh orang-orang semacam pria tinggi tadi.
"Terima Kasih Miku, kau membuatku ingat akan pilihanku. Maaf membuatmu menjadi khawatir"
#POFF~# Wajah Mikupun memerah, "A-a-ah, syukurlah kalau kamu sudah agak mendingan."
Lalu profesor datang dengan ekspresi mengerikannya lagi, "Bagaimana? Hebat bukan? Kau sangat diinginkan oleh mereka, sampai-sampai mereka mengorbankan salah satu anak buah mereka. Kau sudah mengerti, kan Alfi? Betapa berbahayanya dirimu jika kau sendiri di dunia yang rusak ini? Jadi bagaimana rasanya?"
Memang benar apa yang dikatakan profesor, dunia ini sudah rusak. Mulai dari kekerasan yang berlebihan, teror yang berujung maut, dan Hak Asasi Manusia yang dianggap hanyalah bualan omong kosong. Benar-benar membuatku marah dan kesal.
"Benar-benar kesal dan membuatku ingin sekali menghabisi mereka."
"Kau benar-benar ingin bergabung? Tapi, menjadi agen mungkin akan mengorbankan kehidupan normalmu seperti biasa. Kau ingin itu terjadi? Bagaimana kalau keluargamu atau temanmu tahu?" Potong Miku dengan muka khawatir.
"Aku sudah putuskan dan inilah pilihanku, aku rela kehidupanku menjadi susah hanya demi mereka yang ingin aku lindungi hidup normal dan damai di dunia ini. Tuhan itu adil, maka dari itu ini mungkin bisa dibilang salah satu keadilannya dan aku memilihnya karna keminginanku." ucapku dengan tegas.
"Kalau begitu kau tahu dimana tempatnya bukan? Dan kau tahu harus mulai darimana bukan?"
Dari kata-kata itulah aku mulai membulatkan tekadku sebagai manusia egois yang berkeinginan melindungi orang disekitarnya serta yang disayanginya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Forbidden : Legends
AçãoDunia ini telah rusak sampai ke akar yang terdalam. Tapi, apakah kita akan tetap membiarkannya walaupun dunia telah merubah seluruh isinya dan termasuk DIRIMU SENDIRI? Jawaban itu ada di tanganmu yang terlihat hampa dan pikiranmu yang selalu diremeh...