"Ah..... prof? Kenal sama mereka?"
"Nggak tau tuh, pasti orang aneh yang tiba-tiba mau mencari kepopuleran lewat aksi terorisme."
"Loh, prof kok tenang-tenang aja sih? Lihat ini!" kataku sambil berbisik menunjukkan kedua lenganku yang terikat.
"Walaupun begitu, kalau kau tadi tidak menyerah mungkin kepalamu sudah bolong oleh timah panas yang banyak itu." katanya dengan tenang.
Memang benar, kami semua terperangkap di sini dan walaupun kami melawan pun hanyalah perbuatan yang sia-sia. Pada saat kami dalam pesawat, kami benar-benar lengah dan dikepung oleh sekumpulan lelaki bersenjata api. Tapi, yang mereka pegang adalah sebuah Machine Gun dengan Bayonet diujungnya serta bom tangan. Dalam keadaan seperti ini, profesor saja masih sempat mengumpat, "Coba aku bawa semua senjataku di rumah!" dalam bahasa Jerman, dan untungnya Miku mau menerjemahkannya untukku.Dan begitulah kami terperangkap di sini bersama para penumpang pesawat dan orang" yang ada di Bandara Hearthrow London. Tak bisa kubayangkan kota seaman London yang terkenal akan Keluarga Kerajaan Inggris ini keamanan kotanya bisa tertembus oleh sekelompok lelaki dan sepertinya ada wanita juga yang menggunakan perlengkapan lengkap untuk bertempur dengan senjata api.
"Sepertinya mereka sudah profesional dengan penyanderaan seperti ini."
"Darimana kau bisa tau?", jawabku.
"Sudah lama tidak ada aksi terorisme sebesar ini di London, dan untungnya beberapa intel kami ada yang belum diketahui. Tapi, orang-orang yang menjemput kita tidak ada di sini."
"Sudah dihabisi?"
"Semoga saja belum.", jawab Miku.
Dia benar-benar gelisah, mungkin wajar bagi Miku dan profesor untuk gelisah. Tentu saja, mereka mungkin berpikir pasti informasi tentang diriku cepat tersebar dan mereka langsung bergerak untuk mengejarku. Tapi, yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya agar bisa keluar dari sini dengan selamat bersama mereka."Hmm... jangan terlalu keras berpikir. Aku tidak mau kau gila sebelum kau mati."
"Tenangkan pikiranmu dulu, kau jangan terlihat cemas dihadapan mereka.", balas Miku.
Meskipun, Miku berkata begitu diapun mungkin lebih khawatir daripada kami. Dan pada saat itu juga, "Hei! Anak muda yang disana! Kau! Iya kau yang cebol, mana pemimpin kamu?". Tiba-tiba profesor memanggil salah satu diantara teroris itu, "Hei! Apa maumu?" jawabnya dengan marah sambil menodongkan senapannya ke kepala profesor. Aku dan Miku pun langsung panik, "Ho... ada apa pak?" ada seseorang yang datang menghampiri dan menjawab dengan sopan.
"Nah, ini baru orang yang mengerti tata krama."
"Ada yang bisa saya bantu?", jawabnya.
"Anakku disini sedang menahan buang air, bisakah kau lepaskan ikatannya? Dia sudah menahan sejak tadi di turun dari pesawat."
"Oh, baiklah.", pria tinggi itupun langsung menyuruh anak buahnya. "Maaf, tapi kami tak bisa melepaskan ikatan itu. Makadari itu dia hanya akan ditemani ke toilet."
Pria itupun langsung menyuruh pria pendek yang tadi di panggil untuk menemaniku, "Temani dia ke toilet dan awasi dia, tapi jangan mengintip.", perintah si pria tinggi.
"Jangan mengatakan yang menjijikan bos! Nanti mereka malah meremehkanku!", balasnya.Setelah itu akupun langsung ditemani pria pendek tadi sambil menggiringku dari belakang. Sesampainya aku d toilet, dia pun mengikutiku sampai masuk. Tapi anehnya adalah orang ini mengikutiku sampai di depan pintu toilet dan dia menahan pintu toilet, "Ikatanmu tak akan dilepas, untuk mencegahmu berbuat yang aneh-aneh."
Aku pun terdiam di depan pintu toilet. "Hei!? Kenapa kau hanya berdiri disana, hah!? Mau kutembak apa kepalamu dengan senapan ini hah!?", balasnya dengan marah.
"Ah, kenapa kau menahan pintu toilet ini? Aku kan ingin buang air besar?", jawabku dengan pelan. Dia pun mulai tertawa terbahak-bahak sampai memegang perutnya karna saking gelinya mendengar perkataanku, "Kau bercanda, HAH!? Kau pikir hanya dengan ke toilet kau tidak akan ketahuan melakukan hal-hal yang tidak akan kami ketahui kan? Aku sudah terbiasa untuk hal seperti itu! Lagipula dengan ini aku bisa melihatmu akan buang air atau tidak.".
"Tunggu dulu! Walaupun kau bisa tahu aku tidak berbohong, tapi tetap saja itu sudah termasuk kelewatan!", balasku dengan nada tinggi.
"Untuk apa aku peduli dengan kalian yang akhirnya akan mati juga setelah ini? Kalian manusia lemah itu aib bagi semua umat manusia! Apa kalian lupa dengan hukum lama kita?!", dia pun mulai menodongkan senapan dengan bayonet-nya ke arah leherku yang ujung pisaunya hanya berjarak 10 sentimeter.
"YANG KUATLAH YANG AKAN BERKUASA!", itulah yang dikatakan olehnya dengan lantang. "Hal inilah yang kalian selalu lupakan dan sering kalian tolak! Tapi dunia sudah berubah, kau kira untuk apa kita membuat senjata? Untuk pertahanan diri? JANGAN BUATKU TERTAWA!! Mereka berfikir membuatnya akan membuat keseimbangan pada dunia busuk ini!"
"Tapi memang benar mereka membuat senjata karna demi keseimbangan di dunia kan? Yang lemah bisa melawan yang kuat dan yang kuat bisa bertambah kuat." balasku dengan lantang.
"Lalu bagaimana kau jelaskan dengan orang kuat yang bertambah kuat, hah? Bukankah itu tambah tidak seimbang?"
"Siapa bilang mereka bertambah kuat dan tidak terkalahkan?"
"Apa katamu?", jawabnya dengan bingung.
"Jika dunia ini tidak seimbang, berarti ada yang salah dengan dunia ini. Dan tidak mungkin lebih atau kurang. Dunia ini dulu membuatnya seimbang adalah pemikiran manusia masih berfikir sempit, tapi sekarang bukannya akal mereka semakin besar dan bertambah luas? Bukannya semakin terbuka pemikiran manusia, mereka semakin bisa tahu mana yang benar dan mana yang baik. Kita sudah dari dulu belajar tentang ini bukan? Dan yang membuat dunia sekarang tidak seimbang adalah...", aku mengangkat kedua lengan ku dan menunjuk ke arah sang pria pendek.
"Orang-orang seperti kalian yang berfikir sempit sampai membuat kekacauan dan merubah keseimbangan yang sudah hampir seimbang yang berbicara aneh tentang berkuasa sendiri dan hanya bergantung pada cara orang lama di zaman sekarang.", ucapku dengan lantang.Si pria pendek tersentak sampai mengambil langkah mundur dan dia pun mulai marah termakan ucapanku bulat-bulat dan dengan posisi siap menembaknya dia mengarahkan senapannya ke arahku, "Sepertinya kau punya nyali besar.... salah, bukan nyali besar. Kau pasti sudah lelah hidup di dunia ini, kan!? Baiklah, sepertinya kau yang akan jadi yang pertama dari yang lain peri ke dunia lain!".
Aku langsung tercengang dengan perkatannya, "Apa yang ingin kau lakukan pada semua orang!? Bukankah ada negosiator diluar?"
"Tentu saja kita akan mengambil uangnya dan juga... NYAWA KALIAN SEMUA! Untuk apa nyawa orang lemah dipertahankan!?"Emosiku pun naik ke puncaknya, dan disaat itu aku merasa diriku ini harus melakukan apapun demi menyelamatkan mereka semua, termasuk prof dan Miku.
"HABIS KAU SIALAN!!!!!", dia pun menembakkan pelurunya ke arahku. Tapi disaat itu, aku hanya berfikir harus melewati peluru itu dan menghabisi orang didepanku. Dan disaat itu aku bisa melihat arah peluru tersebut dan menaikkan kedua tanganku yang terikat dan menggunakannya untuk mementalkan peluru tersebut. Dan peluru itu tersebut ternyata tak mengenaiku maupun menggores kulit dan bajuku, melainkan menggores tali ikatan tanganku sehingga tanganku bebas. Disaat itulah aku memanfaatkan kesempatan itu dan langsung menjauhkan senapan itu dari arah tembakan yang bisa mengenaiku dan kudorong leher orang pendek itu dengan sangat keras sampai kubenturkan ke dinding cermin wastafel dan membuat kacanya menjadi berhamburan dan beberapanya tersangkut di kepala orang itu. Disaat itulah aku pertama kali dalam hidupku, aku hampir membunuh orang. Sempat dalam hatiku tergerak dan mulai ketakutan. Tapi satu tujuan yang membuatku berani dan membulatkan tekad untuk harus melakukan ini, yaitu ada seseorang yang harus aku lindungi apa pun yang terjadi.Setelah itu aku mengambil beberapa perlengkapan yang dipakai oleh orang tersebut dan kupakai, dan dengan begitu aku membulatkan tekad untuk melindungi orang-orang yang terjebak disini. Dan dengan emosiku yang meluap-luap, akupun menguatkan langkahku bagai sebuah binatang buas yang ingin mengamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forbidden : Legends
ActionDunia ini telah rusak sampai ke akar yang terdalam. Tapi, apakah kita akan tetap membiarkannya walaupun dunia telah merubah seluruh isinya dan termasuk DIRIMU SENDIRI? Jawaban itu ada di tanganmu yang terlihat hampa dan pikiranmu yang selalu diremeh...