5. The Bitter Truth About Yourself.

33 4 0
                                    

Setelah aku meminta izin kepada guru piket, aku langsung mengikuti profesor ke dalam mobilnya. Aku duduk di kursi depan disebelahnya, dan dia duduk di kursi kemudi dibagian kiri sambil bersiul. Pada saat dalam perjalanan, aku hanya diam dengan perasaan canggung untuk memulai topik pembicaraan. Beberapa saat kemudian, hp milik profesor berdering dan dia langsung mengangkatnya. Tapi, hanya beberapa detik telpon tersebut berlangsung dan profesor berbicara kepadaku, "Alfi, kita ke hotel ku dulu sebentar ya. Ada yang ingin aku ambil." aku hanya mengangguk setuju akan ucapannya. Tetapi entah mengapa aku mulai merasa merinding pada saat profesor menyengir tanpa alasan yang jelas setelah mendengar pernyataanku.

Beberapa saat kemudian, mobil kami berhenti di sebuah pintu masuk lobby hotel bintang lima paling mahal di Palembang. Di saat itu pula aku mulai tercengang akan kekayaan yang dimiliki orang disebelahku ini, dan aku mulai bertambah ragu apakah orang ini memang seorang dokter spesialis terkenal atau bukan. Tiba-tiba pada saat aku masih melamun akan kekaguman pada profesor ini 'Clek''Jdum', aku merasa ada seseorang yang masuk kedalam mobil dan tepat dibelakangku. Waktu aku menghadap kebelakang, aku langsung melihat muka yang tak asing lagi kulihat. Dengan rambut panjangnya yang halus nan menawan dengan wajah cantiknya yang selalu menarik perhatian orang lain, itulah Miku.

"M-M-Miku!" Teriakku terkejut.
"A-Alfi! Kok kamu ada disini?" Ucapnya sambil kebingungan.
"Hey hey! Dilarang pacaran loh di dalam mobilku." Ucap profesor sambil memasang muka datar dengan ekspresi jengkel terhadap kami. Kamipun langsung terdiam seperti anak anjing menuruti perintah tuannya, tapi muka kami berdua masih merah karena tak kuat menahan rasa malu kami. Di saat perjalan lagi, suasana dalam mobil tambah canggung dan sangat tidak enak sampai-sampai profesor berteriak, "Aahhh!!! Kalian ini kenapa kayak sepasang kekasih lagi kasmaran tapi sama-sama malu sih? Menjengkelkan tahu!" kami pun tanpa sadar serentak menjawab, "BUKAN!!".

"Lagipula profesor, sebenarnya kita akan kemana dan apa hubungannya dengan Miku sampai dibawa dalam masalahku ini?"
"Hey, jangan meremehkan Miku. Walau dia imut-imut gitu, dia cukup berbahaya loh."
"D-dokter! Jangan memberi tahu Alfi yang tidak-tidak!" Balas Miku dengan muka kesal.
"Yah, lagipula mungkin kau tidak mengetahui ini tapi, Miku itu Bodyguard aku loh."
"EH?" Aku pun disitu tercengang terdiam sampai akhirnya kami tiba di sebuah restoran keluarga yang ada fasilitas karaokenya. Aku berjalan dengan ekspresi tercengang karena kebingungan sambil dituntun oleh Miku dengan cara menarik tanganku. Di saat aku terasa ada yang menarikku, aku langsung sadar bahwa yang menarikku adalah Miku dan aku langsung berpikir dengan otakku.

Kalau menurutku sangat aneh, kenapa Miku bisa terseret dalam masalah ini sampai seolah-olah dialah salah satu kunci dalam masalah ini. Kenapa dia bisa disini saja sudah membuatku sangat terkejut, kenapa dia bisa jadi bodyguard profesor dan juga dialah orang yang aku tolong pada saat kecelakaan tersebut. Kalau dia meminta bantuan profesor untuk menolongku itu mungkin masuk akal dan semuanya terikat, tapi pertanyaan yang ada dibenakku adalah kenapa Miku ikut dalam masalah ini dan membicarakan tentang apa yang terjadi pada tubuhku? Jika jawabannya adalah dia ingin dijadikan saksi mata bagi profesor tersebut, rasanya sangat kecil kemungkinannya. Aku hanya merasa profesor itu bukanlah orang yang sesimpel itu, memang terkadang dia mengatakan sesuatu seolah mudah dikerjakan tapi sebenarnya lebih dalam dari itu. Aku tidak pernah berurusan dengan orang seperti dia, tetapi jika bertemu orang yang 'hampir' seperti dia itu mungkin saja.

Tanpa sadar akupun sudah duduk didalam salah satu ruang karaoke bersama Miku dan profesor menyusul masuk, mungkin dia yang memesan satu ruangan ini. Setelah kami semua duduk, akhirnya profesor mulai manawarkan kami buku menu.
"Alfi, kau mau apa? Pesan saja, kali ini aku yang bayar semuanya. Ok?" sambil mengedipkan mata kanannya.
"Serius prof? Kalau begitu aku ingin parfait stroberi." Ucap Miku dengan senyum dimukanya tanpa rasa ragu.
"Kalau tidak apa-apa, baiklah. Aku pesan waffle keju, jika minum aku serahkan pada profesor."
"Serius? Baiklah, aku pesan 2 buah waffle keju, 2 botol sprite, dan 1 buah parfait stroberi." ucapnya sambil menekan tombol penerima suara di sebelahnya. Dan setelah itu terdengar suara seperti salah satu pegawai restoran ini bahwa dia akan mengantarkan pesanannya nanti.

"Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau kita perkenalan ulang saja? Kamu pasti bingung dengan keadaan ini bukan? Tapi, apa yang kuberitahu ini tidak akan menjamin keselamatan jiwamu Alfi. Ada kemungkinan kau akan menjadi target seseorang atau mungkin ikut bersama kami SELAMANYA, bagaimana?" akupun mengangguk tanda setuju dengan tanpa ragu sedikitpun.
"Baik, namaku Prof. Schrodiger Lorentz aku adalah dokter spesialis otak dan organ dalam manusia serta ilmuwan dari organisasi yang berada langsung dibawah pimpinan PBB, yaitu 'Agency of Spy Agents' atau bisa kau sebut ASA. Mungkin terlihat sederhana, tapi kami sebenarnya memang ada dan kami justru bergerak dibalik bayang-bayang pemerintahan serta hak penyelidikan kami justru lebih diprioritaskan ketimbang FBI maupun CIA. Tugas kami bermacam-macam mulai dari membuat isu baik maupun buruk di dunia yang rusak ini sampai memusnahkan bukti tentang jejak penjahat yang tidak boleh diketahui oleh masyarakat luar termasuk penjahat itu sendiri. Sedangkan wanita yang disebelahmu itu adalah salah satunya, bodyguardku Agen no. 1391120 Kisaki Miku dari Jepang."
"Salam kenal, maaf aku tidak bisa menjelaskan secara rinci pada waktu itu."
"Tidak apa-apa kau juga harus menjaga identitasmu juga, kan? Lagipula, profesor jangan bilang kau memberi tahuku informasi sepenting ini semudah ini bukan? Jangan bilang ini adalah sebuah bohongan belaka atau kau punya motif tersendiri?" tatapku serius.
"Tentu saja, seperti yang kau tahu insiden tentang dirimu tersebar luas lewat internet dan media massa juga. Ini salah satu spekulasiku, sepertinya kau diincar oleh beberapa sindikat maupun pihak lain Alfi."
"Jika bukan karena aku menerima informasi seperti ini, berarti karena aku yang selamat dari insiden itu?"
"Miku adalah saksi mata pada saat itu, seperti yang kau tahu sebenarnya kondisimu benar-benar parah pada saat itu. Itulah kenapa Miku sangat panik waktu itu, tetapi pada saat kau dibawa ke rumah sakit aku menemukan sesuatu yang sangat hebat dalam tubuhmu itu."
"Sebenarnya apa yang ada dalam tubuhku ini profesor?" aku pun semakin penasaran dibuatnya.
"Itu adalah sel-sel tubuhmu meregenerasi luka dan tubuhmu kembali ke bentuk normal hanya dalam waktu singkat dan dalam keadaan sangat parah. Tapi, setelah aku teliti dengan jelas yang membuatnya bertambah cepat adalah otakmu yang menyebarkan semacam 'listrik' ke sel-sel ditubuhmu itu. Karna aku melihat tanganmu mengeluarkan listrik statis yang beralsal dari kepalamu. Hasilnya adalah sel-sel ditubuhmu malah merespon untuk hidup dan aktif memperbaiki tubuhmu yang rusak parah. Bisa dibilang kamu adalah manusia unik."
"Jadi, memang ada sesuatu didalam tubuhku ini."
"Tapi, profesor kenapa informasi ini bisa bocor keluar? Seharusnya hanya anda yang tahu akan hal ini bukan?" ucap Miku sambil kebingungan. Tapi aku akhirnya menangkap apa yang dibicarakan profesor.
"Maksud profesor info ini belum bocor, tetapi malah keanehan ini sudah tersebar luas lewat media massa maupun sosial. Tapi, bagaimana mereka bisa tahu tentang sebenarnya?"
"Jangan remehkan ilmuwan ataupun orang diluar sana! Memang kelihatannya tidak masuk akal tentang dirimu yang selamat, tapi mereka mungkin berlomba dengan kami maupun ingin mencoba menjadikanmu kelinci percobaan."

Disitu aku mulai terdiam dan akhirnya profesor mulai berbicara, "Aku ingin membantumu dan juga melindungimu, Alfi bagaimana kau bergabung dengan kami?" Miku langsung marah, "Apa! Prof, jangan buat Alfi ikut dalam pekerjaan yang berbahaya lagipula dia hanyalah pelajar biasa!"
Aku mulai menghentikan Miku dan berbicara, "Jika aku bisa melindungi orang lain maupun yang aku sayangi, aku akan ikut walaupun itu adalah jalan yang sulit sekalipun". Mulai saat itulah kubulatkan tekad untuk tidak melibatkan orang-orang disekitarku jika memang mereka akan jadi korban dari apa yang aku perbuat atau rasa acuhku terhadap tindakanku terhadap orang-orang berbahaya tersebut. Aku harus melindungi mereka.

The Forbidden : LegendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang