Marah

535 93 37
                                    

Johnny menatap Jungwoo yang berada di hadapannya. Suasana cukup canggung karena Jungwoo hanya berdiam diri― karena biasanya memang Jungwoo yang mencari pembahasan.

Johnny menatap cangkir kopi di hadapannya, "Jadi.. Em.. Maaf aku baru meminta maaf dan mengajakmu bertemu sekarang. Aku tidak punya nyali bahkan untuk meminta maaf dan menatapmu. Aku merasa kabur dari masalah― setelah aku tertangkap berciuman aku malah memutuskan hubungan kita."

Jungwoo terkekeh miris, "Tidak apa hyung. Aku juga tak bisa melakukan apapun kalau hati hyung memang bukan untukku." Jungwoo terdiam sebelum melanjutkan, "Aku juga minta maaf karena mencium hyung secara lancang saat liburan agensi waktu itu."

Johnny menggelengkan kepalanya, "Tidak apa. Jangan menyalahi dirimu sendiri. Tidak apa jika kau membenciku― tapi jangan menekan semuanya pada dirimu sen―"

"Hyung, jangan bersikap seperti ini. Aku takut jatuh ke lubang yang sama lagi."

"Yaa! Sampai kapan kau akan tetap diam dan memasang topeng sebagai 'teman baiknya', huh?" Ten lama-lama kesal juga melihat tak ada perkembangan yang pasti dari Yukhei dan Jungwoo walau mereka jadi semakin dekat lagi akhir-akhir ini.

Yukhei menghela napas, "Entahlah. Jungwoo nampak masih sangat mencintai Johnny hyung. Tak ada yang bisa ku lakukan― kalau aku menyatakan perasaanku, aku hanya akan dapat penolakan."

Kun memainkan penanya, "Lagipula, kenapa Jungwoo sangat tidak peka? Bukankah sudah jelas kau menunjukan kalau kau suka pada Jungwoo sejak dulu?"

Ten menggelengkan kepalanya, "Sejak jaman dia belum jadi artis saja sudah tak terlihat― apalagi sekarang? Kesempatanmu semakin menipis."

"Yaaa, ini namanya pengorbanan!" sahut Yukhei tak terima.

"Kalau aku jadi kau, lebih baik ku cari yang lain saja daripada selalu dianggap bayangan― atau memang kaunya saja yang bodoh tidak menyatakannya sejak dulu." sindir Ten.

Kun terkekeh, "Dulu saat dia ingin menyatakannya selalu ada hambatan, Ten. Oh astaga― itu sangat lucu sekaligus memprihatinkan."

Ten memasang raut mengingat, "Oh! Saat tiba-tiba Jungwoo malah mengenalkan kekasihnya―"

"HEY!" Yukhei mendelik dari bangkunya.

Drrrttt

Ten mengambil ponselnya, "Halo? Oh, kau sudah selesai? Hmm, habis ini tak ada jadwal sih. Restoran itu jauh dari kantor. Kau ingin menunggu 15 menit? Baiklah."

Ten menutup ponselnya dan mengambil tasnya lalu menatap Kun dan Yukhei, "Aku pergi dulu―"

"Johnny dan Jungwoo sudah selesai berbincang?" sahut Yukhei. Ten menganggukan kepalanya, "Mhm. Tapi aku tidak tau itu berjalan dengan baik atau tidak."

Kun menatap Ten yang masih melihat mejanya― sedang berpikir apa yang ia harus bawa lagi, "Apa definisi baik dari percakapan mereka menurutmu?" Kun tau Ten punya pemikiran lain.

"Ya, siapa tau mereka kembali bersama―"

"HEY!" Ten langsung berlari keluar ruangan sebelum Yukhei melemparkan pena kearahnya. Kun terbahak dengan puas.

Ten mengirim pesan kepada Johnny kalau ia sudah sampai. Tak lama Johnny keluar dari restorannya bersama Jungwoo.

Ten segera mengambil ponselnya dan menelpon Yukhei, "Yaa, kau tidak ingin menjemput Jungwoo? Ku lihat susananya kurang baik."

ˢᵘᵖᵖᵒˢᵉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang