Siap

498 96 17
                                    

Hari ini Ten sudah kembali bekerja setelah seminggu ia libur. Oh, tapi mengapa ia tak menerima jadwal apapun dari Kun? Apa tidak ada tawaran kerja untuk Johnny?― itu sangat tidak mungkin.

Ten akhirnya pergi ke agensi. Ia masuk dan mendapati Yuta dan Kun disana― ia melihat meja kerjanya yang penuh dengan berkas.

Ten mengambil kertas itu, "Persetujuan renovasi studio A―" Ten menyerit dan mengambil kertas lainnya, "Data rookies yang harus di masuki ke dalam web―"

Ten menatap Kun, "Ge, ini bukan jadwal Johnny?"

Kun menganggukan kepalanya, "Memang bukan. Kemarin Johnny bilang kepada ku kalau dia ingin menganti managernya― setelah aku konfirmasi kepada Doyoung dia bilang oke dan kembali menempatimu untuk jadi bawahanku." Kun terdiam sebentar sebelum melanjutkan, "Ah, dan Doyoung bilang tawarannya untuk menjadikan mu artis masih berlaku."

Ten menyerit― ia tidak perduli tentang dirinya yang ditawari menjadi artis. Tapi, kenapa Johnny memecatnya?

"Kenapa Johnny memecatku?" tunggu, bukankah harusnya dia senang?

Kun menggedikan bahunya, "Entahlah, dia bilang itu alasan personal dan dia tak mau masalah ini mempengaruhi karirnya."

Yuta yang sedang fokus mengatur jadwal Yukhei ikut menoleh, "Maybe you do something bad to him."

Ten terpaku sebentar, "Ge, kau tau Johnny dimana sekarang?"

Kun memasang raut berpikir, "Entahlah? Dia bilang ia ingin liburan sebentar― tak menunjukan spesifiknya dia ingin kemana."

Ten segera keluar dari ruangan. Yuta menatap Kun, "Apa-apaan.. Kau pasti tau." tak mungkin dan tak akan bisa seorang artis pergi tanpa agensinya ketahui― apalagi Johnny sedang tak punya manager.

Kun terkekeh, "Biarkan anak itu menggunakan otaknya."

Selama perjalanan Ten berpikir tempat yang paling mungkin Johnny kunjungi. "Coffee shop? Dia tak mungkin ke tempat itu untuk liburan." ucap Ten pada dirinya sendiri.

Ten mengendarai mobilnya dengan pelan sembari menerka-nerka. Ia berhenti ketika lampu jalanan menunjukan warna merah.

Matanya melirik ke jalanan― sunflower. Ia melihat seorang wanita membawa bunga matahari. Oh, sunflower― YA, sunflower!

Ten ingat Johnny pernah bilang ingin ke salah satu taman bunga matahari yang terkenal. Oh! tapi apa namanya?

Ia mengambil ponselnya dan mencari taman bunga matahari terdekat dari apartment Johnny― ya mungkin saja dia disana, 'kan?


Ten memarkirkan mobilnya dan segera mencari Johnny disana. Berkeliling seperti orang bodoh di tengah hari yang terik ini.

Ten menghela napas pasrah. Ia mencoba berkali-kali menelpon Johnny tapi pria itu tidak mengangkatnya.

Ia masuk ke cafe untuk membeli minum― namun matanya terpaku ketika melihat Johnny yang sedang duduk di dekat jendela di temani dengan segelas ice americano.

Ten menghela napasnya dan menghampiri Johnny. Johnny yang menyadari keberadaan seseorang itu hanya menoleh sebentar sebelum kembali sibuk dengan ponselnya.

ˢᵘᵖᵖᵒˢᵉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang