Hanya karena sebuah kata-kata, tanpa disadari meninggalkan bekas dalam hati. Menyayat dalam jiwa, seolah berusaha membunuh rasa.
Lauren mengamati Grisel, detail sekali. Grisel bergidik takut akan tatapan Lauren, tidak membuat Grisel nyaman justru membuatnya tidak percaya diri.
"Siapa namamu?," Lauren membuka suara, tatapannya fokus pada mata cantik Grisel.
"G-grisel tante." Kaku sekali nada bicara Grisel.
Lauren berdiri, tidak melepaskan matanya dari Grisel sama sekali. Semakin mendebarkan, Devan juga merasa Bundanya sangat mengintimidasi.
"Maaf tante, apabila kedatangan Gris menganggu ketenangan disini, Gris bisa langsung pulang." Grisel tersenyum kikuk, nada bicaranya sopan sekali.
Lauren tertawa pelan, "Tentu tidak sayang,"
Lauren tersenyum, kini ia menatap Devan yang termangu seketika. "Antar temanmu ke kamar tamu, nanti Bunda akan menyuruh bibi lee memberikannya pakaian ganti."
"Tidak perlu tante, Gris langsung pulang saja lagipula ini sudah larut malam, tidak sopan rasanya jika Gris mengganggu ketenangan keluarga tante." Grisel buru-buru menolak ajakan baik dari Lauren.
Lauren menggeleng, senyuman manis terukir diwajah cantik itu. "Ganti pakaianmu nak, setelah itu kalian berdua makan malam dan beristirahat. Kalian mengerti bukan?".
Devan dan Grisel hanya mengangguki secara bersamaan.
Devan mengantarkan Grisel ke kamar tamu, canggung sekali ditambah lagi perlakuan manis dari Lauren baru saja.
-
Sudah pukul enam pagi, dan Grisel tahu diri dimana tempatnya sekarang. Bahkan sepagi ini ia sudah rapi.
Terdengar ketukan pintu memanggil-manggil namanya.
"Nona Grisel, mari turun. Nyonya dan Tuan menunggu dibawah." Seseorang masih setia mengetuk dibalik pintu besar berwarna putih itu.
Grisel terburu-buru keluar, sudah siap untuk kembali ke rumah. Grisel mengamati suasana sarapan pagi yang indah, damai sekali. Ayah dan Bunda Devan yang amat ramah, ditambah lagi canda ria dan tawa dari keluarga Devan. Grisel hanya bisa berdiam, tahu akan takdirnya.
"Wah sudah rapi? Duduklah, tante sudah siapkan sarapan untuk kita semua." Sapa Lauren ramah membuat lamunan Grisel tersadar.
Suasana yang belum pernah Grisel rasakan selama ini akhirnya ia rasakan meskipun bukan dengan keluarganya.
Suasana sarapan terbaik selama Grisel hidup, hanya baru satu kali ini. Mungkin Tuhan sudah mengabulkan keinginan gadis remaja itu.
Grisel duduk tenang, ikut dalam canda tawa keluarga Aldebaran. Selesai sudah acara makan pagi yang penuh ramah tamah ini.
-
Grisel dan Devan tiba di kediaman Pranaja. Ada perasaan takut dalam hati Grisel, Grisel berharap Neneknya sudah kembali dari Rumah sakit.
Devan memencet bel rumah itu, keluarlah seorang Asisten rumah tangga.
Bi Ati membuka pintu, sedikit terkejut dengan kepulangan Grisel yang bersama Devan. "Gris?" Tanyanya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH
Teen Fiction___________________________________________________ -RAPUH- Gadis yang berada ditengah-tengah keluarga yang menyiksa dirinya. Kekerasan oleh orang tuanya adalah makanan setiap harinya. Bentakan, hinaan, caci maki...