-RAPUH: 13 Three room

272 11 12
                                    

Beberapa orang baik kini hadir. Walau ku tahu belum tentu ia datang sebagai takdir.

-Griselda Gavriel-

-

Grisel bermalam di halte sendirian, sampai ada seorang wanita membangunkannya. Orang-orang yang sudah menunggu bus berdatangan, bus pun datang mengangkut orang-orang tadi ke tempat tujuan masing-masing.

Grisel hanya diam menyaksikan orang, mobil, bus, dan hal lain-lain yang berlalu lalang. Sangat nyaman duduk sendiri di halte bus sembari menghirup udara segar embun pagi.

Handphone yang semalaman Grisel genggam berbunyi memberikan notifikasi dari Devan.

Tak lama kemudian Devan datang menghampiri Grisel yang masih duduk dengan lugunya. Tatapan Grisel lurus bagai tak memiliki tujuan, tatapan kosong, dan nyeri pada perut yang tidak dia permasalahkan.

Hujan mulai mengguyur kawasan ini sedari pagi, percikan air yang menenangkan telinga gadis muda itu, sebelum akhirnya pria muda menghampirinya dengan payung, menuntunnya hingga masuk ke dalam mobil.

Dalam perjalanan sangat hening, Devan tahu perasaan Grisel, yang mungkin saat ini tidak bisa ditimpali pertanyaan mengapa? Darimana? Kenapa? Bagaimana?.

"Dev... boleh kita ke danau dulu?" Akhirnya Grisel membuka suara, memecah keheningan.

"Tidak! Diluar hujan, dan kondisi kamu bahkan masih lemah." Fokusnya tidak beralih dari jalanan yang terus dijatuhi tetesan air.

"It's okay, please?. just once" Bantah Grisel dengan nada ringannya.

"No. Besok aja, sekarang kita pulang."

"Kemana? Gris gak punya rumah." Tidak terlalu banyak berfikir, namun itu tepat, Grisel tak ada keluarga.

Devan menghela nafasnya berat. "Tante Adin nunggu kamu dirumahnya. Bersyukurlah kamu bertemu orang baik seperti beliau."

Grisel tersenyum mendengar penuturan Devan. Benar, Adin adalah orang baik, sangat baik bahkan.

-

Malam pun tiba, Adin masuk ke kamar Grisel. Membawa semangkok bubur hangat. "Makan dulu sayang, belajarnya lanjut nanti. Fokus pemulihan dulu, ok?" Adin duduk ditepi kasur yang Grisel jadikan tempat membaca berbagai buku pelajaran yang Adin belikan kemarin.

Grisel menoleh, matanya berkaca-kaca ingin sekali mengeluarkan tangis. Mengingat semua perlakuan Ibu nya dulu dibandingkan dengan perlakuan Adin. Berbeda saat Lavina menampar, mencaci maki, memilih kasih antara Rosa dengan Grisel. Namun Adin? Dia lah Ibu yang Grisel selalu bayangkan, kasih sayang dengan temu singkat tak disengaja, kebahagiaan singkat penuh arti.

Grisel menghela nafas dengan senyuman manis yang mengembang, "Bun.. Grisel udah bikin keputusan, Grisel bakal keluar dari rumah ini.. Maafin Gris yang bukan siapa-siapa justru seketika hadir menyusahkan."

Deggg...

Adin sudah menduga bahwa Grisel bukanlah anak si pemanfaat keadaan. Adin tau Grisel adalah anak baik yang patut diberi apresiasi karena kuat mentalnya.

Adin bangkit dari duduknya, "Makan buburnya, Bunda ada urusan sebentar. Jangan mengambil keputusan kalau hati Grisel sedang tidak baik" Adin mengusap lembut rambut Grisel, dan pergi keluar dari kamar gadis itu.

_____

"Nak? Apakabar dengan gadis yang waktu itu kesini? Mamah rindu sama dia" tanya Mama Devan pada putra bungsunya itu.

RAPUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang