-RAPUH : 10 Deep wound

201 16 10
                                    

"Luka dampak oleh kejamnya semesta membuatku lelah akan dunia. Mengakhiri hidup adalah hal yang selalu terlintas seolah itulah hal yang akan membuatku tenang dalam samping Tuhan."

-

Gadis 16 Tahun itu pun duduk di tepi sebuah danau.

Menyendiri, Luka, Sayatan hati, Sakit mental, Tertekan keadaan, Kalut membuat rasa takut.

Hujan turun deras malam ini, mengguyur seisi kota. Membasahi gadis yang tengah duduk sembari menyayat kulit indahnya. Sebuah serpihan kaca ia goreskan pada tangan cantik itu.

"Ini untuk luka hari ini," Dengan satu sayatan ia menyerukan kalimat itu. Kembali pada sayatan-sayatan kedua, ketiga, keempat? Bahkan berkali-kali.

"Ini untuk Papa, Mama, dan Rosa." Sekejap berhenti, Grisel melanjutkan aktifitas Self injury nya.

Hanya sekejap berhenti bukan mengakhiri, "Ini untuk enam belas tahun sosok Griselda Gavriel hidup suram dan-" Gadis itu tergeletak lemah tak berdaya.

Grisel benar-benar lelah, mentalnya sakit, hatinya dipenuhi luka, entah kehilangan arah atau memang tak memiliki tujuan hidup.

Itulah Griselda Gavriel.. Dirinya abu-abu.

-

Perlahan Grisel membuka mata. Pandangannya sedikit kabur, kepalanya pusing, enggan membuka mata.

"Kau baik-baik saja nak?." Ucap seorang wanita cantik seumur dengan Lavina.

Grisel mengamati sekeliling.

Grisel di infus, nafasnya tersendat berat, tangannya penuh dengan perban putih menempel.

"Maaf, an.. ahh. Anda siapa?" Untuk berucap saja masih begitu kaku, kelu.

"Adin. Siapa namamu?" Tanya wanita setengah baya itu balik bertanya pada Grisel.

"Grisel tante" Sedikit senyuman keluar dari bibir tipis Grisel, untuk menghormati orang yang lebih tua didepannya.

"Grisel? Nama itu.. Mengingatkanku akan sesuatu"

"Ada yang salah dengan nama Gris?."

"Ahh bukan begitu, lupakan saja Gris" Ada apa dengan Adin, bahkan ia hampir berfikir terlalu jauh.

"Bagaimana saya bisa disini? Apa yang terjadi tante?" Grisel masih tak sadar dengan keadaannya sekarang.

"Saya pulang dari kantor semalam, tidak sengaja melihatmu tergeletak di tepi danau sendirian. Keadaanmu sangat kacau, ada orang yang menyakitimu?," Jelas Adin.

"Tidak ada yang menyakiti Grisel, ehm sebelumnya terimakasih tante, maaf. Sangat merepotkan pastinya." Grisel merasa bersalah karena sudah pasti merepotkan orang baik seperti Adin.

"Dimana rumahmu?"

"Grisel tak memiliki rumah. Keluargaku memberi Grisel, tak ada yang menginginkan kehadiranku ditengah tengah mereka. Tak apa," Grisel terus mencoba tersenyum.

Deg! Hati Adin tersayat mendengar penuturan Grisel. "Umurmu sangat muda, kenapa bisa mereka membencimu begini? Lalu dimana kau akan tinggal?".

RAPUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang