/#03/

654 88 16
                                    

"Apa benar anda  saudara NightD?"

*

"Abangmu, *****, kecelakaan pagi ini..."

*

"...Dan sekarang, ia telah berpulang..."

*

"Saya harap anda bisa kemari sesegera mungkin..."

***

Pernyataan sang Dokter cukup membuat NightD syok seketika. Seluruh tubuhnya sontak lemas mendapat kabar dari pihak rumah sakit. Ia menyandarkan tubuhnya kedinding saking tak mampu menahan tubuhnya sendiri.

Shika dengan cepat menghampiri NightD yang terduduk lemas dilantai. Ia panik dan cemas, tidak tau harus berbuat apa. Satu-satunya yang ia bisa hanyalah mengelus surai rambut coklat milik NightD, mencoba menenangkan seseorang yang sudah ia anggap kakaknya sendiri.

"Kakak..." panggil Shika pelan. NightD diam tak menjawab, pandangannya menggambarkan kekosongan dan kesedihan. Shika memeluk lengan kanan NightD, berharap bisa memberikan setidaknya sedikit kehangatan padanya.

"Ka..." Merasa namanya dipanggil, Shika dengan cepat menoleh. Melihat NightD yang mulai terisak dan mengeluarkan air mata di mata biru laut miliknya. "T-tadi itu... apa aku salah dengar?"

Shika meringis dan menggeleng pelan. NightD menghela napas berat dan menyeka air matanya, mencoba bangkit walau masih sedikit ling-lung dan melangkah kakinya kekamar mandi untuk membilas dan bersiap ke rumah sakit. Shika hanya bisa memeluk bonekanya erat, merasakan apa yang dirasakan NightD saat ini.

Belum selesai dengan kepergian Ibunya, kini NightD harus merelakan kepergian Abangnya. Luka hatinya belum tersembuhkan karena Ayah dan ibu barunya, kini ia harus menerima luka yang lebih besar lagi.

Shika disini tak bisa berbuat banyak, karena tugasnya hanyalah mewujudkan apa yang ia inginkan selama ini dan membuat NightD setidaknya bahagia disini. Setelah itu, barulah ia dan ketiga sahabat Beacon...

***

Diruangan yang bernuansa putih dan sedikit mencengkam, NightD berdiri dalam diam didepan satu ranjang seseorang yang terbaring dan tertutup kain. Ia tak bisa berbuat apa selain diam, bahkan berbicara saja ia kesulitan. 

Tersenyum dibalik kesedihan, tertawa dibalik tangisan, tenang dibalik trauma-nya. Kenapa, kenapa harus dia yang merasakan semua itu? Kenapa dia yang harus berpisah dengan seseorang yang ia sayangi? Kenapa dia yang harus rela kehilangan seseorang yang ia cintai?

Dunia ini kejam... dunia ini tidak adil...
Masih banyak orang diluar sana, dan kenapa harus dirinya?

NightD menghela napas berat, ia tersenyum gentir melihat nasib sial yang selalu datang kepadanya. Tangisan tak lagi bisa ia bendung, perlahan air matanya kembali turun. Hatinya berat untuk ditinggalkan seseorang lagi.

Dia bukannya tidak ikhlas... melainkan belum siap ditinggal pergi...

"Night." NightD menoleh, melihat Odo yang masuk keruangan dan menghampirinya. Terlihat Shika juga bersamanya, tengah berdiri dibalik Odo. Tidak menjadi seorang hantu, melainkan seorang gadis biasa yang bersama boneka teddy bear-nya.

Kedua bahu NightD melemas, pandangannya kabur dan pikiran kacau, ia kembali oleng kebelakang. Namun dengan Odo meraihnya lebih dulu sebelum membentur dinding. Dengan panik Odo menyuruh Shika memanggil suster sementara dirinya menahan tubuh NightD.

Perlahan, pandangannya semakin kabur, dan... gelap.

T.B.C.

Senior! Ajarkan aku cara membuat sad scene-! ;-;

Dahla ga bisa fokus, sambil meet pula TvT
Vote dan komen, ya! Kutunggu notif dari kalian <3

The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang