Tvö

44 7 0
                                    

⛧⛧⛧

"Dongju, catetan gue udah selesai lu pinjem?" kudongakkan kepalaku, kutatap gadis dengan asma Siyeon itu. Keningku mengerut sebagai bentuk dari akting, kulebarkan satu telapak tanganku di depannya, seakan kepadanya aku berkata, "sebentar."

"Maaf banget, semalem catetan lu dibawa kabur sama anjing gue, pagi ini gue nemu ngapung di atas kolam," kataku, dengan muka penuh penyesalan dan nada memelas lainnya. Kuangkat sekantung plastik yang berisi buku catatan basah milik Siyeon dari tasku di atas lantai, sampulnya telah robek dan tinta yang tertera di atas kertasnya yang putih telah luntur dan tak dapat terbaca.

Gadis itu tampak sedih dan kesal, tapi ketika seseorang berteriak, "woi guru!" ia langsung menyambar kantung plastik itu lalu bergegas ke tempat duduknya setelah berkata, "gapapa, makasih ya."

Ingin rasanya kulemparkan seringai ke arah gadis itu, tapi ketika aku melirik ke arah pintu kelas yang terbuka, mataku terbelalak lebar. Pak Kim, sekarang pelajaran Pak Kim?! Segera kuambil buku mata pelajaran bahasa dari tasku, sebisa mungkin aku pasang wajah tenang saat ia melangkah masuk dengan gagahnya.

"Apa kabar kalian? Gimana liburnya, puas?"

Belum, aku belum merasa puas karena kau belum jadi milikku, dan karena gadis itu masih dapat tersenyum dengan bahagianya di posisi pertama juara kelas. Sungguh, aku mungkin terdengar busuk, tapi gadis itu akan melakukan apa saja untuk meraih nilai sempurna, perfeksionis? Bukan, egois.

"Saya hari ini bawa kabar baik, saya dipercayakan sama guru-guru dan kepala sekolah buat jadi pembina OSIS mulai sekarang," jelas Pak Kim dengan senyumnya yang menarik.

"Wah, selamat pak!" sorakku memecahkan keheningan, aku bertepuk tangan kecil dan berusaha sebisa mungkin untuk menghindari tatapannya. Namun ketika teman-teman sekelasku mulai bertepuk tangan bersamaku, pria itu tertawa kecil dan berterima kasih. Hal itu semakin membuat kupu-kupu dalam perutku berterbangan dengan liar, tidak bisa, apa benar aku jatuh cinta? Tapi, untuk saat ini seharusnya aku memfokuskan diri untuk merebut tahtaku kembali.

"Pembina baru, artinya OSIS baru dong pak?"

"Iya, sebelum seleksi anggota, seperti biasa ketuanya dulu yang ditentukan. Jadi kalo kalian tertarik, langsung hubungi saya."

Ketua organisasi siswa? Rasanya posisi itu akan membantu aku untuk merebut tahtaku kembali, pastinya sainganku akan sulit untuk dikalahkan, banyak yang harus aku kerjakan.

"Dongju, saya harap kamu mencalonkan diri ya," kata Pak Kim tiba-tiba. Jantungku berdegup kencang begitu laki-laki itu menyebut namaku. Tenang, aku harus tenang, aku harus terlihat normal, lurus, bagaimana cara terlihat seperti orang lurus?

"Kalo bapak sampe ngomong begitu, saya ga bakal ngecewain bapak!" aduh, apa sikapku berlebihan?

"Bagus, bagus. Siyeon, kamu juga ya," tambahnya. Aku baru saja akan memuji tawanya yang merdu ketika nama gadis menyebalkan itu ia sebut. Siyeon? Dia sainganku? Awalnya aku mendaftarkan diri hanya untuk membanggakan Geonhak, tapi jika Siyeon ikut mencalonkan, maka aku tak boleh kalah.

⛧⛧⛧

"Oh lu jadi daftar?" tanyaku spontan ketika mataku menangkap wajah Siyeon. Sumpah, aku tidak bermaksud untuk mengatakannya keras-keras.

"Jadi. Kenapa? Takut kalah?"

Oh? Dia mulai berani tampaknya. Bisa kupastikan gadis itu masih kesal karena catatannya yang aku rusak, tadi juga aku sempat menjatuhkan kopiku di atas buku latihannya. Oops.

"Yah, pokoknya semoga yang terbaik menang."

Dan calon ketua organisasi siswa terbaik yang akan menang itu, ada di depanmu.

⛧⛧⛧

Sir PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang