Seix

36 7 0
                                    

⛧⛧⛧

"Bapak kenapa ke sini? Diundang Eunseong?"

"Iya, kaget ya?" Pria berumur 19 tahun itu menegakan badannya, ia meneguk minumannya tanpa mengalihkan pandangan dariku. Kugigit bibirku ketika jantungku berdegup kencang dan hampir meloncat keluar. "Jangan panggil bapak dong, kita kan di luar sekolah."

"Ah oke, Kak Geonhak," mendengar itu Geonhak tersenyum dan tawanya yang merdu terbebas. Ia meletakkan gelas plastiknya di meja belajarku tanpa menyingkirkan halangan tangannya. Tolong keluar, aku lelah menahan kupu-kupu menyebalkan ini, rasanya seperti mereka akan beterbangan dan menyerbu Geonhak.

"Katanya jangan dipanggil bapak, tapi ke pesta non formal malah pake dasi," kataku lagi sembari tertawa kecil. Kutarik dasinya, membuat ia terbungkuk dan menunduk padaku, sekali lagi tawanya lepas berkat itu.

"Ga cocok ya? Lepasin aja kalo mau," kini aku sudah tak peduli lagi akan keadaan sekitar, entah apakah tirai jendelaku sudah tertutup, entah apakah pintu kamarku sudah rapat, atau apakah anjingku akan terbangun dari tidurnya. Jarak yang memisahkan wajahku dengan Geonhak bahkan kurang dari 20 sentimeter, mataku terfokus pada bibirnya yang masih tersenyum.

"You don't even need any clothes to look good."

Geonhak memindahkan tangannya yang kosong ke sandaran kursiku. Kini aku benar-benar terperangkap dalam lautan cologne miliknya yang memabukan. Ketika pemuda itu memiringkan kepalanya sedikit, kutarik lagi dasi bergaris miliknya dan kusapa bibir ranumnya dengan bibirku.

Setan mana yang merasuki kami aku pun tak tahu, tapi satu hal yang aku tahu adalah bibirnya terasa manis dan aku tak bisa berhenti. Aku semakin tenggelam ketika ia mulai melumat bibirku dengan lembut. Namun aku merasakan kehadiran orang lain di dalam ruangan itu, seakan ada yang mengawasi.

Geonhak memindahkan kecupannya ke telingaku, ia membisikkan sesuatu yang membuat aku merinding. Aku telah tersesat dalam pesonanya, dan aku merasa tak penting lagi dunia. Tapi ketika aku menolehkan kepalaku ke arah jendela, membiarkan Geonhak menjelajahi leherku dengan leluasa, aku melihat seseorang di sana.

Berdiri di tengah gemerlapnya lampu taman, dengan senyum cerah yang tampak seperti seringai dan mata yang mengawasi. Jantungku seakan berhenti ketika wanita itu menurunkan ponselnya dan berlari pergi. Bagus, aku akan mati.

Kau mau tahu siapa itu tadi? Nona Park, Siyeon Park.

⛧⛧⛧

Sir PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang