6. Perkara Jagung Rebus

1.3K 284 3
                                    

Ketika keranjang penuh dengan jagung rebus disodorkan padanya, lagi-lagi Jihoon harus menelan kekecewaan yang mendalam karena hasil buruannya tidak masak dengan sempurna dan malah memasuki kategori gagal.

Jihoon menghela napas lelah. "Aku butuh daging..." Wajahnya terlihat sangat tidak bersemangat.

Jennie---nama salah seorang gadis yang tergabung dalam kelompok memasak, berdecak dengan kesal. "Ambil saja!" Nada suaranya terdengar mengancam. "Masih untung ada makanan, jika tidak kau sudah mati kelaparan!"

Dengan wajah muram Jihoon mengambil satu buah jagung rebus. "Aku tidak mau menyerahkan hasil buruan lagi," katanya.

"Terserah!" Jennie membalas dengan nada ketus. "Masak sendiri hasil buruanmu, kalau bisa!" Lalu sejurus kemudian Jennie beserta keranjang jagung rebus berpaling menuju tempat lain untuk membagi jagung hidangan makan malam.

Entah suasana hati siapa yang sedang sangat memburuk saat ini, entah itu Jennie atau Jihoon---tapi sejujurnya sejak tadi Jihoon sudah menahan diri untuk tidak mengumpat mengeluarkan segala kalimat kasar. Jennie dengan mood yang buruk hingga berbicara ketus, dan Jihoon yang muak makan jagung rebus setiap hari: merupakan sebuah kombinasi yang sangat bagus untuk menguji kehebatan dalam perkelahian secara verbal. Tapi sayang, Jihoon tidak akan melakukan itu walau dalam lubuk hati paling dalam dia sangat ingin melakukannya.

Mau bagaimanapun Jennie itu--beserta para gadis tukang masak di pack--berusia lebih tua beberapa tahun dari Jihoon (dan info tambahan, Jihoon sedang sebisa mungkin menaruh respek pada siapapun itu meskipun orang tersebut selalu bertingkah membuatnya kesal: mencoba berkelakuan baik sebelum mendapat jabatan yang lebih tinggi).

Di Pack Barat, dalam kehidupan sehari-jari perbedaan usia tidak dipentingkan, imbasnya terkadang semua umur jadi terasa sama saja: berbicara sangat kasual, dan hanya hormat pada yang punya jabatan. Tapi hal itu bukan berarti membuat Jihoon bisa bertindak kurang ajar sampai bertengkar hanya karena perkara jagung rebus, apalagi lawannnya adalah seorang perempuan---sungguh, harga diri Jihoon sebagai lelaki sejati akan jatuh seketika jika membiarkan emosi yang mengendalikan.

Menghela napas lagi, Jihoon harus meredam emosinya sebisa mungkin. Di hadapan api unggun membara yang menghangatkan diri dari udara malam yang dingin, Jihoon terduduk sendirian dan menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong sembari mengambil gigitan besar pada jagung rebus miliknya. "Lihat saja nanti, saat aku jadi Beta aku akan minta kebijakan pada Alpha: semua orang diwajibkan untuk memasak hasil buruannya sendiri," gumannya dalam kesendirian.

Sejurus kemudian secara iseng Jihoon menoleh ke samping, dan secara tak sengaja pula matanya menangkap sesosok Hyunsuk bersama sosok lain bernama Yoshi mendekat, mereka berdua mendudukan diri di sebelah Jihoon.

"Jagung rebus lagi?" Hyunsuk bertanya, tersirat nada sedikit mengejek dalam kalimat pertanyaan yang dilontarkannya. Jihoon meliriknya sekilas, ekspresi wajah Hyunsuk terlihat sedikit menahan tawa sebab calon Alpha itu sangat tahu jika Jihoon sangat mendambakan daging untuk hidangan makan malam.

"Ya, begitulah," jawab Jihoon sekenanya. "Doaku tidak dikabulkan."

Yoshi mendecak. "Itu karma akibat kau selalu ingkar janji padaku, makanya kau tidak dapat daging."

Set!---dengan cepat Jihoon menoleh. "Apa?!" Dia tampak tidak terima dengan pernyataan Yoshi. "Kapan aku ingkar janji padamu?!"

Yoshi mendengus. Kedua tangannya terlipat di depan dada. "Coba kau ingat-ingat lagi apa yang sudah kau lupakan..."

Hm... Mengingat, ya? Jihoon mencoba mengingat apa saja yang dia lakukan seharian ini.

Pada pagi hari Jihoon bangun dari tidur, kemudian mandi, lalu bergegas pergi ke dalam hutan untuk berburu---dan Jihoon menghabiskan sebagian besar waktunya dengan kegiatan berburu. Selepas berburu, barulah Jihoon menyambangi kabin milik Hyunsuk untuk berbincang-bincang sejenak sekaligus meminta izin untuk menginap, dan setelahnya Jihoon pergi kembali ke kabinnya sendiri. Mandi, berpakaian, tidur sejenak, lalu bangun sejam sebelum jam makan malam dan ikut berkumpul di Aula Terbuka. Seingat Jihoon hanya itu yang dia lakukan hari ini, tidak ada yang berkaitan dengan Yoshi.

Jihoon menggeleng. "Tidak ada," katanya.

Yoshi kembali mendecak. "Coba ingat lagi."

Jihoon pun mencoba mengingat kembali dan semua dimulai dari kegiatan hari lampau.

Tidur, bangun, mandi, berburu, makan---hampir semua kegiatan Jihoon didominasi oleh kegiatan-kegiatan tersebut, tidak ada sesuatu yang terlupakan. Mungkin Yoshi hanya membual saat mengatakan Jihoon ingkar janji, soalnya---...sial! Bagai tersambar petir, Jihoon mendadak teringat sesuatu.

Tubuhnya jadi kaku mendadak. "A-aku janji akan membantumu mengajar?"" Jihoon bertanya dengan ragu.

Yoshi mengangguk kecil. "Akhirnya calon Beta ini ingat juga, ya..." kalimatnya terkesan meledek. "Ada hal baru, hal lama jadi dilupakan, ya? Kau berkali-kali janji mau membantuku mengajar, tapi kau malah asik dengan keinginan menjadi Beta-mu sampai akhirnya ingkar janji."

Jihoon meringis. Dia jadi merasa tidak enak hati dengan Yoshi. "Maaf... Aku terlau semangat dengan calon jabatan baru sampai lupa janji membantumu mengajar."

Hyunsuk menggelengkan kepala. Dia berkata, "Padahal aku belum sepenuh hati terima menjadi Alpha selanjutnya, tapi kau sudah se-semangat itu. Bagaimana jika aku sudah benar-benar menerimanya?"

Jihoon kembali meringis.

Hah... jujur saja, saat mengetahui Hyunsuk diajukan sebagai calon Alpha hati Jihoon benar-benar sangat senang, sebab artinya pasti Jihoon yang akan menjadi Beta-nya karena dia adalah tangan kanan Hyunsuk sejak dulu. Bukan karena gila jabatan atau yang lainnya, Jihoon merasa senang karena dengan menjadi Beta dia bisa mengangkat derajat jenisnya: keturunan campuran. Tidak ada lagi yang memandangnya dan keturunan campuran lainnya sebagai kelompok lemah adalah cita-cita Jihoon.

Hampir setiap hari dan sebagian besar waktunya Jihoon habiskan untuk berburu---dan hal-hal lain yang sejujurnya tidak mau Jihoon sebutkan karena takut dianggap sombong: seperti latihan fisik, melempar kapak, dan latihan mengunakan berbagai macam senjata. Biasanya hanya para keturunan murni yang akan melakukan latihan seperti itu, tapi Jihoon bertekad dalam hati dia bisa melakukannya seorang diri demi menjadi Beta yang berkualitas, dan dia bersungguh-sungguh melakukannya.

Atensi Jihoon benar-benar terfokus pada ambisi menjadi Beta-nya, hingga dirinya telupa dengan janji membantu mengajar pada temannya yang juga merupakan seorang keturunan campuran.

"Yoshi, aku benar-benar minta maaf---..."

"Hyunsuk! Hyunsuk!" Mendadak seseorang dari arah jam 12 datang dengan berlari tergesah-gesah. "Ada masalah di perbatasan wilayah," katanya yang kemudian mengatur napas sejenak. "Dua orang asing selamat tapi terluka parah, dan satu penjaga kita ditemukan sudah tidak bernyawa."

Hyunsuk melotot terkejut. Dia spontan berdiri. "Di mana mereka sekarang?"

Orang itu menjawab, "Masih di sana. Bantuan kurang, tidak bisa menolong sekaligus."

"Baiklah." Lalu tanpa berkata lagi, Hyunsuk bergegas lari menuju tempat perkara kejadian.

Jihoon yang melihatnya juga turut bediri. Dia membuang jagung rebusnya dan menoleh sejenak pada Yoshi. "Aku akan menyusul Hyunsuk. Kau kondisikan klink darurat, oke?"

Yoshi mengangguk paham.

"Besok aku akan membantumu, aku tidak akan ingkar janji kali ini." Dan selepas itu Jihoon berlari menyusul Hyunsuk. []

Wolves | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang