8. Teman Senasib

1.2K 280 4
                                    

"Jadi kau kabur dari rumah juga?"

"Iya..."

"Lalu bertahan hidup di sini? Sudah berapa lama?"

"Tidak lama, baru sekitar 3 hari."

Junkyu mendengar sesuatu dalam tidurnya. Dia membuka mata dengan berat hati, lalu melihat Jaehyuk tanpa kacamata hitam duduk santai dan sedang makan bersama dengan cowok asing seumurannya di sampingnya---tapi penampilan cowok asing itu terlihat aneh.

Dari sudut pandang Junkyu, cowok itu memakai kaos putih dengan terusan celana olahraga dan wajahnya sekilas terlihat imut menggemaskan. Kesimpulan sementara untuk cara berpakaian memang seperti manusia biasa, tapi tangannya tampak berbulu dan telinganya meruncing ke atas seperti telinga hewan serta tampak berbulu pula.

Set!

Jaehyuk menoleh pada Junkyu, seolah-olah merasakan adanya ekstistensi lain yang baru saja terbangun dari tidur cantiknya. "Ah... Junkyu! Kau mau makan?" Wajahnya terlihat berseri dan bersih. Jaehyuk seperti habis mandi walau pakaian yang dikenakannya tidak berubah.

Junkyu mencoba mendudukan diri dari keadaan berbaring. "Kita ada dimana?" Matanya mengerjap pelan melihat ke sekeliling. Dia kini ada di suatu tempat, lumayan luas seperti gua, tapi tidak terlihat gelap karena adanya pancaran sinar matahari dari luar.

"Kau ingat kejadian semalam?" Jaehyuk mulai bertanya secara retoris. "Kita pingsan, tapi malah kelewat tertidur lelap."

"Benarkah?" Junkyu merasa tidak yakin.

Jaehyuk mengangguk menyakinkan. "Iya..." katanya. Cowok itu berpaling menoleh pada sosok asing di samping, tangannya menepuk bahu pelan si sosok asing. "Dan ini Mashiho, dia yang semalam membuat kita takut, tapi aslinya dia tidak menakutkan."

Si Mashiho ini lantas menyengir lebar. "Maaf membuat kesalahpahaman saat kejadian kemarin malam," katanya.

Jujur, menurut Junkyu pribadi dirinya merasa bingung harus merespon apa, terlebih lagi perutnya terasa sangat perih karena belum memakan apapun sejak kemarin---dia jadi sulit berpikir.

Dan Jaehyuk tampaknya paham dengan kondisi Junkyu sekarang. Maka jadilah cowok itu memberi Junkyu beberapa potong daging bakar di atas sehelai daun sebagai pengganti piring. "Makan saja dulu. Aku tahu kau lapar."

Junkyu menerima dengan penuh suka cita. "Terimakasih," katanya. "Ngomong-ngomong, ini daging apa?"

"Kelinci," jawab Mashiho. "Yang semalam aku buru."

Oh, kelinci malang yang itu rupanya.

Junkyu pun mengambil satu gigitan penuh. "Mmm..." dia mulai berguman tidak jelas. Matanya terpejam sejenak meresapi sari daging yang tercecap. Di detik selanjutnya, mata Junkyu terbuka lebar serta tampak berbinar "Ini enak!"

Mashiho tersenyum dengan penuh kebanggaan. "Terimakasih," katanya.

Dan Jaehyuk menambahkan, "Dia ini jago masak!" pujinya.

Oh... jago masak rupanya. Pantas saja masakannya terasa enak. Junkyu mengangguk paham.

"Oh, iya." Junkyu kembali mengambil gigitan kedua. Sembari mengunyah dia berkata, "Aku menguping pembicaraan kalian sebelumnya. Mashiho, kau kabur dari rumah juga?"

"Ya, begitulah," jawab Mashiho. "Kita senasib, punya gejala aneh yang tidak bisa dijelaskan secara nalar."

Junkyu kembali mengangguk. "Sejak kapan kau mulai mengalami tumbuh bulu seperti itu? Bahkan sampai telinga pun berubah... kau takut tidak, saat tahu itu?"

Mashiho terdiam sejenak, menghitung mundur hari-hari pada saat kapan dia tertimpa sial. "Sekitar seminggu yang lalu, kalau tidak salah? Dan aku sedikit takut, tapi aku coba untuk tidak berlebihan."

Hah?!

Jaehyuk seketika terbelalak. "A-apa? Kenapa tidak bilang kalau kau jadi seperti ini sekitar seminggu lalu?"

Mashiho menggidikan bahu. "Kau tidak bertanya soal itu."

"Ck!" Jaehyuk mendecak. Wajahnya jadi sedikit cemberut.

"Tapi kenapa perubahan kita tidak sama, ya?" Junkyu bertanya. Dia kembali mengambil gigitan ketiga.

Kepala Jaehyuk mengangguk. "Ya, itu benar. Junkyu baru mengalaminya kemarin, belum seminggu tapi tiba-tiba bulu tumbuh lebat di tangan dan sekitaran punggung. Nah, sedangkan aku sekitar seminggu yang lalu, tapi hanya mata saja yang berubah, semua masih normal kecuali mata."

Mashiho merespon. Dia tampak berpikir, wajahnya berubah sangat serius. "Aku tidak tahu dan tidak paha, kenapa bisa begitu," katanya. Lalu kemudian dia menggidikan bahu sembari menyengir lebar. "Tapi tidak perlu pusing memikirkannya. Lebih baik lanjutkan makan, atau membahas kembali tentang 'ada dimana kita sekarang?'"

Hm... Junkyu pikir yang dimaksud Mashiho ada benarnya juga. Baik Jaehyuk, Mashiho, ataupun Junkyu sendiri tidak bisa menjelaskan kenapa dan bagaimana hal bisa terjadi, maka sebaiknya bahas saja yang lain. Lagi pula, secara teknis pertanyaan paling awal Junkyu belum terjawab. "Biar aku tebak. Kita ada di... gua?"

Jaehyuk kembali mengangguk. "Betul!" Dia berseru senang bagai Junkyu baru saja memenangkan kuis berhadiah. "Tapi letak spesifiknya, kau tahu di mana?"

"Eh, daratan?" tebak Junkyu.

"Salah---eh, benar. Tapi bukan itu jawaban yang diinginkan," kata Mashiho. "

Dahi Junkyu menyerngit. "Lalu di mana?"

"Di bawah pohon," jawab Jaehyuk.

Junkyu kembali menyerngit, heran,  tidak terlihat percaya.

"Tanahnya tinggi, akar besar merambat, lalu ada lubang, jadilah gua," jelas Jaehyuk. "Kau lihat saja nanti di luar."

Junkyu berguman pelan dan tidak jelas.

Junkyu mengambil gigitan keempat. Dia memilih untuk tidak ambil pusing tentang permasalah ada di gua mana dirinya, dan melanjutkan makanan. Pria mungil dalam hatinya mengatakan agar sebaiknya tidak mengkhawatirkan masalah lain kecuali masalah perut yang keroncongan untuk saat ini.

Persetan dengan tumbuh bulu, perut lapar mengamuk minta diisi. Fokuslah pada makanan.

Mereka pun akhirnya makan---hanya makan sambil bercerita, tapi hanya antar Jaehyuk dan Mashiho saja, Junkyu fokus mengisi perutnya.

Semuanya berjalan baik, belum ada hal aneh lain yang muncul: misalnya seperti hewan liar mendadak masuk menyerang, ataupun tumbuh bulu di area baru.

Tapi di beberapa menit selanjutnya, hal aneh datang berupa interupsi dari seseorang.

"Tok, tok, tok!"

Semua tangan berhenti menyuapkan daging.

Mashiho menoleh pada Junkyu. "Itu... kau?"

Junkyu menggidikan bahu. "Ya, aku harap bunyi perut laparku seperti itu," katanya.

Kemudian---

"Astaga, aku lapar sekali. Perjalanan jauh, makananku habis dan aku sekarang lapar."

---seseorang masuk. Pria... atau mungkin anak laki-laki sebaya mereka bertiga. Menggunakan celana jeans hitam, kaos putih, sepatu lari, kemeja merah kotak-kotak yang sengaja tidak dikancing, serta sebuah tas besar di belakang punggungnya.

Orang asing itu masuk ke dalam gua. Matanya meliar melihat hidangan daging kelinci ala Koki Mashiho. "Ha! Apa itu? Kelihatannya enak, boleh aku coba?" Dia menatap Mashiho dengan wajah memelas.

Mashiho bingung harus bagaimana. Mashiho tidak tahu dan tidak kenal siapa orang itu. Tapi orang asing itu bilang jika dirinya kelaparan.

Saling membantu tidak boleh pilih-pilih orang, kan? Ya, seingat Mashiho begitu. Sebab tidak ada orang yang terlahir jahat, semua pasti punya hati, maka bantulah sebisa mungkin.

"Ya, boleh. Ambil saja," kata Mashiho.

Wajah orang asing itu langsung terlihat berseri. "Terimakasih." Dia mengambil daging, dan kemudian duduk di samping Junkyu. "Oh, ya... namaku Yedam. Kalian bisa tanya soal tumbuh bulu yang kalian alami itu, kalau mau. Aku tahu kenapa itu terjadi."

Junkyu, Jaehyuk, dan Mashiho mengangguk paham--- TUNGGU! Apa katanya tadi?!

Semua mata memandangnya penuh kejut. []

Wolves | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang