Bab 6

0 0 0
                                    

Alif juga dirinya bingung mau berbuat apa, meluk buat nenangin dosa. “Ini buat lo, hapus air mata lo. Gak baik nangis terus.” Kata Alif sambil menyodorkan sapu tangan miliknya. “makasih Lif, kamu emang sahabat aku yang terbaik.” Jawab Nafa sambil membersih kan yang keluar dari hidungnya. Alif yang melihatnya merinding, ia tak sadar lengkung bibirnya terbentuk ke atas. Nafa..Nafa lo emang gak berubah ya batin Alif.

“Ini anak mamah kenapa? Matanya lebam gitu?” Tanya Indah. “Oh itu Bu, tadi Nafa jatuh jadi nangis hehe.” Jawab Alif sambil tertawa hambar dan melirik sekilas ke arah Nafa. “Iya  jatuh cinta bu,” lanjut Alif dalam hati. “Alif mau minum apa? Biar ibu buatkan untuk  kamu nak.”  Tanya Indah. “Gak usah repot-repot bu, kalau ada air putih yang  pake warna.” Jawab Alif dengan candaan. “kamu bisa aja Lif, Yaudah Ibu ke dapur dulu ya.” Dan tak sadar Nafa tersenyum karena jawaban nyeleneh Alif.

Sejak saat kejadian di ruang tamu itu, perempuan paruh baya itu berpikir  ada yang  disembunyikan oleh anaknya. Tak beberapa lama hari kemudian, Indah menemui Retno. “Apa ini memang takdir mereka?” tanya Indah. “Entahlah aku juga merasa bingung dengan semua ini.” Jawab Retno. “Sudahlah jangan terlalu memikirkan hal itu, sekarang biarkan Tuhan yang mengaturnya. Emm ya dan bagaimana sekarang kondisimu? Apa sudah angsur membaik?” tanya Retno. “Ya begitulah, aku serahkan semuanya kepada Tuhan. Aku hanya bisa berdoa semoga Tuhan berbaik hati agar selalu memberiku waktu bisa terus membahagiakan putriku.” Retno hanya diam dan mendekati Indah, memeluknya dan tanpa sadar air matanya keluar.

Cerita SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang