Bab 12

0 0 0
                                    

“Ehh lo mau kemana? Bareng gue aja.” Tanya Alif dengan menghadang motor Nafa. “Gue mau ke kampus lah Lif, sejak kapan lo pelihara bego.” Jawab Nafa dengan kekehan kecil. Hati alif menghangat mendengar tertawa kecil dari Nafa. Ia tak pernah salah bersahabat dengan Nafa.

“Gak usah repot-repot Lif. Nih liat, ibu udah beliin aku motor yang aku inginkan sejak dulu.” Kata Nafa dengan bangga memperlihatkannya. “Iya deh, yang punya motor baru. Tapi hati-hati ya dijalannya. Jangan lupa baca bismillah dulu.” Kata Alif dengan kekehan kecil dan merasa gemas dengan sikap Nafa setiap harinya. Nafa menjawab dengan mengangguk dan tersenyum hangat.

Bulan yang lalu Ibu Nafa meninggalkan dirinya seorang, ia tak pernah tahu akan rencana Tuhan satu detik yang akan datang pun ia tak tahu. Setelah ibunya pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya, ia selalu ditemani oleh sahabatnya. Namun, kesalahan terbesar adalah ia malah memarahi sahabatnya karena, hal yang ia tak suka yaitu kebohongan. Mengapa Alif tak memberitahu nya sejak awal jika mereka memang telah dijodohkan. Pikiran Nafa waktu mengetahui kebenaran, pikirannya sedang kalut, ia tak bisa berpikir dengan jernih.

“ini wasiat dari ayah untukmu nak,” Indah dengan kuat menahan sakitnya, “ibu harap kamu akan melakukan wasiat dari ayahmu nak. Satu permintaan ibu terakhir adalah melaksanakan wasiat ayahmu.” Kata Indah dengan tenaga yang ia punya. Nafa hanya bisa menangis dan diam, ia tak tahu harus bagaimana. Dengan ia memaksa dokter menyembuhkan ibunya pun, ia tak bisa. Ini sudah suratan takdir bagi dirinya.

Cerita SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang