Bab 10

0 0 0
                                    

“Hahaha makanya, ambil pelajarannya dari  setiap kejadian. Mau itu dari temen atau orang lain.” Ujar seseorang dengan tertawa puas dan yang kini tengah menghibur 2 sahabatnya. “come on man, perempuan di dunia ini bukan satu aja. Banyak kali, di sini juga banyak.” Kata Fauzan sambil melihat sekeliling. “Lo Dho, mau sama yang seksi? Ada, noh si Siska. Dan lo Lif, mau sama yang bocil? Noh ada, si Faza.” Kata Fauzan bangga. Bukannya malah diberi sorak seria malah mendapat pukulan dari kedua sahabat nya. “bego lo, gak bakal gue sama si Siska.” Jawab Ridho. “gue gak bakal terpengaruh ya sama ide-ide gila lo.” Kata Alif.

Beriringnya waktu, kini Nafa mencoba menghadapi masalah yang ia mulai sendiri. Ia tahu, Tuhan tak mungkin memberikan masalah tanpa solusi. Untuk ibunya, Nafa sekarang mencoba lebih tegar. Ia harus selalu semangat dan selalu ada di sisi ibunya.

Waktu beberapa yang lalu, ibunya mulai bisa menceritakan yang sebenarnya. “Sekarang aku sudah besar bu, ibu gak usah khawatirin aku.” Kata Nafa. Ibunya hanya bisa menangis dalam diam, ia tak sanggup jika Nafa juga harus ikut terbebani oleh penyakitnya.

“Ibu kenapa malah nangis?” tanya Nafa. “Ibu sakit,” mulutnya seperti terkunci, “ibu sakit tumor di kepala nak.” Jelas Indah. Nafa yang mendengar tak sanggup melihat ibunya. Ia dengan sigap mendekat dan memeluk ibunya. “maafkan Nafa bu, Nafa janji gak bakal jauh-jauh dari ibu.” Kata Nafa. Tangis haru biru kini menyelimuti mereka berdua.

Cerita SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang