Langit sepertinya sedang merasakan hal yang sama dengan Nafa. Cuaca hari ini, sedari pagi terlihat mendung mentari pun tak bergairah untuk menampakkan diri. “Bu...” lirih Nafa namun, masih terdengar oleh Indah. “Ya, kenapa Fa?” tanya Indah menghampiri Nafa yang berdiri dan menuntun untuk duduk di kursi meja makan. “Ibu tolong berkata jujur ya” Pinta Nafa, ibunya tersenyum hangat sembari mengusap kepala anaknya dengan penuh kasih sayang. “Apa ini benar?” tanya Nafa sembari mengeluarkan amplop dari Rumah sakit. “Kamu dapat ini dari mana Fa?” tanya Indah yang tangannya mulai bergetar.
Malam itu, Nafa sedang mencari baterai di kamar Ibunya karena, ia tak punya. Tak sengaja Nafa melihat amplop yang terletak di atas meja rias Ibunya. Ia mencoba perlahan berjalan dan mendekati meja itu, ia ragu untuk membuka nya tapi rasa penasaran menghinggapi dirinya. “Surat apa ini? Ibu kan sehat-sehat aja. Kenapa amplop ini ada di kamar Ibu. Oh iya aku lupa, ini pasti amplop Ayah waktu dulu.” Nafa bermonolog. Nafa mulai membaca setiap kata yang ada di dalam surat itu, ia butuh penjelasan dari Ibunya.
“Kamu tak usah khawatirkan ibu nak, semuanya akan baik-baik saja.” tutur Indah. “Tapi, apa kita akan selalu bersama bu?” air matanya mulai turun, “ atau Ibu juga sama dengan Ayah akan meninggalkan aku sendiri?” tanya Nafa beruntun. Indah mencoba menenangkan putri kecilnya, ia tak sanggup mengatakan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Singkat
Teen FictionJika bersamamu adalah kemustahilan, Dan kemustahilan yang aku kira ada, kini telah hilang dan tergantikan dengan keajaiban doa. Semesta belum merestui kita untuk bertemu, namun semesta selalu menghantarkan teka-teki yang belum terjawab untuk kita be...